[Fakta atau Hoaks] Benarkah Putri Putin Tewas Usai Terima Dosis Ke-2 Vaksin Covid-19 Rusia?
Senin, 24 Agustus 2020 13:42 WIB
Klaim bahwa putri Presiden Rusia Vladimir Putin meninggal usai menerima dosis kedua vaksin Covid-19 Rusia beredar di internet dalam beberapa hari terakhir. Menurut klaim itu, putri Putin yang bernama Katerina Tikhonova itu tewas pada 14 Agustus 2020.
Situs yang paling awal memuat informasi tersebut adalah Toronto Today, yakni pada 15 Agustus 2020, dalam artikel yang berjudul "Vladimir Putin's daughter DIES aftesr second dose of COVID vaccine". Menurut artikel itu, Putri Putin mengalami efek samping yang tidak terduga dari vaksin Covid-19 buatan Rusia, Sputnik V, dan meninggal di Moskow.
Artikel itu menyebut, berdasarkan sumber di lingkaran dalam Rusia, Katerina mengalami kenaikan suhu tubuh tidak lama setelah mendapatkan dosis kedua vaksin Sputnik V. Ia pun mengalami kejang. Menurut artikel tersebut, dokter tidak bisa menangkal efek samping vaksin itu dan Katerina dinyatakan meninggal pada 14 Agustus malam.
Gambar tangkapan layar artikel di situs Toronto Today.
Apa benar putri Presiden Rusia Vladimir Putin meninggal usai menerima dosis kedua vaksin Covid-19 Rusia?
PEMERIKSAAN FAKTA
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memeriksa sumber resmi pemerintah Rusia. Dalam akun Twitter resmi Kremlin, @KremlinRussia, tidak ditemukan penjelasan apapun tentang meninggalnya putri Putin akibat vaksin Sputnik V. Selain itu, tidak ditemukan pemberitaan dari media kredibel seputar meninggalnya putri Putin.
Dilansir dari organisasi cek fakta Filiphina, Vera Files, menurut Kedutaan Besar Rusia di Manila, informasi itu palsu. Dalam emailnya kepada Vera Files, Sekretaris Pers Kedubes Rusia di Manila, Natalia Linovitskaya, menyatakan, "Don't r(e)ad fake news."
Organisasi cek fakta Amerika Serikat, Snopes, pun telah memverifikasi klaim tersebut dan menyatakannya "salah". Informasi itu tidak bersumber dari pernyataan resmi Kremlin maupun Putin atau laporan dari media kredibel, melainkan dari situs bernama Toronto Today yang dibuat hanya beberapa minggu sebelum artikel tersebut diterbitkan.
Selain itu, "bukti" yang diberikan oleh situs ini untuk mendukung klaim tersebut tidak kredibel. Toronto Today menawarkan dua sumber untuk mendukung klaim itu. Pertama, "sumber di lingkaran dalam Rusia" yang tidak disebutkan namanya sehingga tidak menyuguhkan detail tentang insiden tersebut. Kedua, video YouTube tentang pembacaan kartu Tarot.
Saat ini, video kartu Tarot tersebut telah dihapus. Namun, terarsip bahwa video itu diberi disclaimer yang berbunyi "bacaan Tarot tunduk pada interpretasi dan tidak boleh dianggap mutlak" dan bahwa informasi dalam video tersebut "mungkin tidak akurat".
Sejauh ini, seperti dilansir dari artikel di kantor berita Rusia Tass pada 11 Agustus 2020, Putin hanya menyatakan bahwa salah satu putrinya telah menguji vaksin Covid-19 Rusia pada dirinya sendiri dan dia merasa sehat. Putin pun menuturkan bahwa vaksin Covid-19 ini membentuk sel dan kekebalan antibodi yang stabil.
"Saya tahu betul, karena salah satu putri saya divaksinasi. Jadi, dalam hal ini, dia ikut serta dalam tes," kata Putin. Dia mencatat, setelah suntikan pertama, putrinya mengalami demam dengan suhu 38 derajat Celcius, dan pada hari berikutnya, demamnya sekitar 37 derajat Celcius. "Setelah suntikan kedua, dia kembali sedikit demam. Tapi kemudian semuanya baik-baik saja, dia merasa sehat dan memiliki jumlah (antibodi) yang tinggi."
Vaksin Covid-19 Rusia
Dilansir dari Kompas.com, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa Rusia telah menjadi negara pertama yang memberikan persetujuan regulasi untuk vaksin Covid-19 pada 11 Agustus 2020. Vaksin yang diberi nama Sputnik V ini merupakan vaksin yang dikembangkan oleh lembaga penelitian Gamaleya yang bekerja sama dengan kementerian pertahanan Rusia. Vaksin Sputnik V menggunakan galur-galur adenovirus, sebuah virus yang umumnya menyebabkan flu biasa, untuk memicu respon imun tubuh.
Tapi, dilansir dari BBC, pemerintah Rusia menyetujui penggunaan vaksin ini sebelum dilakukan percobaan pada ribuan orang, yang dikenal sebagai uji coba fase ketiga. Para ahli menganggap uji coba fase ketiga ini merupakan bagian penting dari proses pengembangan vaksin. Menteri Kesehatan Rusia, Mikhail Murashko, menyatakan uji klinis yang melibatkan beberapa ribu peserta akan menyusul.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan bahwa pihaknya menantikan untuk meninjau uji klinis. Ahli virologi Rusia pun memperingatkan bahwa vaksin itu bisa berbahaya bagi orang-orang yang memiliki antibodi terhadap virus Corona penyebab Covid-19. Dikutip dari BBC, pada 11 Agustus 2020, WHO menyatakan telah berbicara dengan otoritas Rusia mengenai peninjauan vaksin Sputnik V.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa putri Presiden Rusia Vladimir Putin meninggal usai menerima dosis kedua vaksin Covid-19 Rusia keliru. Tidak ditemukan sumber resmi ataupun pemberitaan media kredibel yang menyatakan bahwa putri Putin meninggal setelah diberi suntikan kedua vaksin Sputnik V. Informasi itu berasal dari situs bernama Toronto Today yang dibuat hanya beberapa minggu sebelum artikel tersebut diterbitkan. Bukti yang diberikan oleh situs ini pun tidak kredibel. Kedutaan Besar Rusia di Manila, Filipina, juga telah membantah klaim itu dan menyatakannya sebagai informasi palsu.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke [email protected]