Menyesatkan: Indonesia Menyerang Myanmar untuk Selamatkan 691 WNI
Jumat, 18 Juli 2025 17:45 WIB

SEBUAH akun TikTok [arsip] mengunggah konten kolase foto dengan klaim Indonesia menyerang Myanmar. Video itu menampilkan Presiden Prabowo, Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, parajurit TNI Polri dan WNI (warga negara Indonesia) yang diselamatkan.
Pengunggah konten menulis bahwa Indonesia kembali menunjukkan taringnya. Tanpa satu peluru, 691 WNI berhasil diselamatkan dari penyekapan di Myanmar. Operasi senyap ini dipimpin langsung Presiden Prabowo, melibatkan BIN, Kemenlu, TNI, dan relawan lintas negara. Di balik keberhasilan ini, tersimpan strategi diplomasi, intelijen, dan ketegasan yang bikin junta Myanmar murka.
Namun, benarkah Indonesia menyerang Myanmar untuk membebaskan WNI?
PEMERIKSAAN FAKTA
Tempo memverifikasi konten tersebut dengan wawancara serta membandingkan dengan pemberitaan kredibel. Hasilnya, Indonesia tidak pernah menyerang Junta Militer Myanmar. Kolase foto pada konten itu tidak berkaitan dengan serangan Prabowo membebaskan WNI.
Humas Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Rolliansyah Soemirat, mengatakan, ?tidak benar ada 'serangan kejutan' pembebasan WNI di Myanmar yang dipimpin oleh Presiden RI dan melibatkan Kemlu, TNI, BIN, maupun relawan lintas negara.
Kemenlu menempuh upaya diplomasi dan koordinasi yang terencana dan bertahap untuk merepatriasi WNI bermasalah dari wilayah Myawaddy, Myanmar sejak awal tahun 2025.
“?Upaya ini dilakukan atas arahan Bapak Presiden Prabowo yang ditindaklanjuti Menlu RI, dipimpin langsung oleh Dubes RI Bangkok dan Direktur Pelindungan WNI Kemlu, serta dikoordinasikan penanganannya di dalam negeri oleh Kemenkopolkam,” kata Roy kepada Tempo, Kamis, 17 Juli 2025.
?Melalui upaya bersama tersebut, Kementerian Luar Negeri Pusat dengan KBRI Yangon dan KBRI Bangkok telah berhasil merepatriasi sekitar 699 WNI dari Myawaddy, Myanmar selama periode Februari-Maret 2025.
“Kementerian Luar Negeri terus mengimbau masyarakat agar tetap kritis terhadap berita-berita yang tidak diketahui sumber kebenarannya,” kata Roy.
Pemulangan WNI dari Myanmar
Klaim ini beredar dikaitkan dengan "operasi senyap” pemulangan ratusan WNI dari Myanmar yang diduga menjadi korban perdagangan orang (TPPO) yang dipekerjakan di sektor penipuan online.
Tempo melansir bahwa Mabes Polri menyatakan, total warga negara Indonesia (WNI) korban tindak perdagangan orang yang telah dipulangkan dari Myanmar berjumlah 699 orang. Jumlah itu terkonfirmasi setelah rombongan terakhir yang berjumlah 169 orang tiba di tanah air pada Rabu, 19 Maret 2025.
“Jadi secara keseluruhan terdapat 699 warga kita yang jadi korban TPPO dan sudah kembali. Pemulangan ini berlangsung dalam beberapa gelombang sejak pertengahan Februari,” kata Direktur Tindak Pidana Perempuan dan Anak dan Pidana Perdagangan Orang Brigjen Nurul Azizah, dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jumat, 21 Maret 2025.
Nurul mengatakan pemulangan WNI korban TPPO itu berlangsung dalam empat gelombang. Pemulangan pertama berlangsung pada 22 Februari 2025 dengan jumlah 46 orang. Pemulangan gelombang kedua terjadi pada 28 Februari dengan 84 orang.
Lalu gelombang pemulangan ketiga terjadi pada 18 Maret dengan 400 WNI. Sehari berselang ada 169 orang yang tiba di tanah air.
Berdasarkan pemeriksaan sementara, Nurul menyebutkan para korban TPPO bekerja di industri penipuan online di Kota Myawaddy, Myanmar. Industri itu meliputi judi online, love scamming, dan penipuan berkedok investasi.
“Sebagian besar direkrut lewat media sosial dengan tawaran gaji 25 hingga 30 ribu Bath atau sekitar Rp15 juta per bulan,” kata Nurul.
Setelah sampai di Myawaddy, para korban tidak mendapatkan bayaran sesuai tawaran semula. Para korban bekerja di bawah ancaman kekerasan bila tak mencapai target jumlah korban yang harus ditipu.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim Indonesia serang Myanmar adalah menyesatkan.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]