Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Terjadi Kasus Penculikan Anak dengan Mengambil dan Menjual Organ Tubuh Korban?

Jumat, 10 Januari 2020 16:43 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Terjadi Kasus Penculikan Anak dengan Mengambil dan Menjual Organ Tubuh Korban?

Informasi bahwa telah terjadi kasus penculikan anak dengan mengambil dan menjual organ tubuh korban viral di media sosial, khususnya Facebook, dan aplikasi pesan WhatsApp. Di Facebook, informasi itu diunggah di antaranya oleh akun Rusli Rosnani dan akun Iit Sofia pada 8-9 Januari 2020.

Unggahan kedua akun itu memuat beberapa gambar, yakni:

- Gambar tangkapan layar sebuah status WhatsApp yang berbunyi, "Telah ditemukan mayat seorang anak SDN Pademangan Barat 11 kelas satu pada pukul 22.00 di Kemayoran dgn kondisi yang mengenaskan yaitu anggota organ tubuh bagian dalamnya telah diambil dan dijual oleh pelaku. Untuk para rekan guru untuk lebih waspada terhadap anak anak didiknya."

- Foto berita di koran yang berjudul "Satu Anak, 5 Miliar: Predator Intai Korban Tanpa Pengawasan" dengan rincian harga organ tubuh yang dijual di pasar gelap.

- Foto seorang pria yang disebut sebagai pelaku penculikan anak.

- Poster dengan logo Polda Metro Jaya yang berisi peringatan untuk memaspadai pelaku penculikan anak yang kerap menyamar sebagi pedagang, pengemis, ibu hamil, orang gila, dan sebagainya.

Terdapat satu foto lain yang diunggah oleh akun Iit Sofia, yakni foto mayat seorang anak yang disebut sebagai korban penculikan yang telah diambil organ tubuhnya. Dalam foto itu, terlihat dua pria yang menemukan mayat tersebut di antara semak-semak.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Rusli Rosnani (kanan) dan akun Iit Sofia (kiri) di Facebook yang memuat informasi keliru soal terjadinya kasus penculikan anak dengan mengambil dan menjual organ tubuh korban.

PEMERIKSAAN FAKTA

Terkait penemuan mayat anak SD yang telah diambil organ tubuhnya

Dikutip dari situs Viva.co.id, Kepala Polsek Kemayoran Komisaris Syaiful Anwar membantah kabar bahwa telah ditemukan mayat siswa kelas satu SD Pademangan Barat 11 di Kemayoran, Jakarta Pusat. "Tidak benar, itu hoaks," kata Syaiful pada 25 Oktober 2018. Menurut Syaiful, pihaknya telah melakukan penelusuran untuk mengecek kebenaran informasi itu. Namun, tidak didapati peristiwa tersebut di wilayah Kemayoran.

Penjelasan dari Syaiful ini juga dimuat oleh situs Tribunnews.com pada 29 Oktober 2018. Menurut Syaiful, jajarannya tidak menemukan adanya kasus penculikan ataupun penemuan mayat di kawasan Kemayoran. Ia juga tidak menerima laporan orang hilang dari masyarakat. "Sdah dua kali Kemayoran diisukan begini (penculikan dan penemuan mayat). Tapi tidak ada laporan dari satu pun keluarga korban," katanya.

Terkait foto mayat yang disebut sebagai korban penculikan

Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, foto mayat tersebut pernah dimuat oleh situs RiauAndalas.com pada 25 Oktober 2018. Mayat itu adalah mayat seorang anak perempuan berumur 11 tahun yang diduga korban pembunuhan. Mayat tersebut ditemukan di Desa Tanjung Medan Utara, Kecamatan Tanjung Medan, Kabupaten Rokan Hilir, Riau.

Berita tentang penemuan mayat itu juga dipublikasikan oleh situs FokusRiau.com pada 28 Oktober 2018. Menurut polisi, korban adalah murid kelas 5 SD di Desa Tanjung Medan Utara. Ia dibunuh dan kemudian diperkosa oleh pria berinisial HL, 32 tahun. Setelah itu, HL merobek perut korban dengan tujuan jasadnya cepat membusuk.

Terkait berita "Satu Anak, 5 Miliar"

Berita di koran yang berjudul "Satu Anak, 5 Miliar: Predator Intai Korban Tanpa Pengawasan" itu pernah beredar pada 2017 di Sulawesi Utara. Dikutip dari berita di laman Kompas.com pada 24 Maret 2017, berita tersebut telah dinyatakan sebagai hoaks oleh Divisi Humas Polri.

Gambar tangkapan layar berita di Kompas.com yang memuat bantahan Polri terkait berita "Satu Anak, 5 Miliar".

Melalui akun resminya di Instagram, Divisi Humas Polri membagikan gambar tangkapan layar berita itu dan melabelinya dengan stempel hoaks. Divisi Humas Polri juga menuliskan keterangan: "Kepolisian pastikan informasi penculikan dan penjualan organ tubuh anak-anak yang viral di media sosial adalah hoax. Kapolri Jenderal Tito Karnavian meminta masyarakat untuk tidak termakan isu dan resah terhadap maraknya kabar penculikan anak dan penjualan organ tubuh di media sosial."

Kepala Polda Sulawesi Utara, Inspektur Jenderal Bambang Waskito, juga mengatakan, "Di rumah sakit sudah dicek, tidak ada harga-harga seperti itu. Itu meresahkan masyarakat. Namun demikian, untuk meyakinkan masyarakat, seluruh jajaran sudah saya perintahkan saat bubar anak sekolah, tempat bermain anak di-back up anggota. Saya imbau juga, masyarakat jangan main hakim sendiri kalau ada yang dicurigai."

Terkait foto pria yang disebut sebagai pelaku penculikan anak

Berdasarkan penelusuran Tempo, foto pria yang disebut sebagai pelaku penculikan anak itu berasal dari sebuah video yang pernah beredar pada 2018. Salah satu kanal di YouTube yang pernah membagikan video itu adalah kanal Juragan Sosmed, yakni pada 24 Oktober 2018.

Namun, kanal tersebut memberikan klarifikasi bahwa pria dalam video tersebut bukanlah pelaku penculikan anak. Dalam keterangannya, disebutkan bahwa pria itu memang sempat diamankan warga Lempuyang Bandar, Kecamatan Way Pungubuan, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, pada 24 Oktober 2018.

Warga menduga pria tersebut adalah pelaku penculikan anak. Warga pun menyerahkannya kepada polisi. Namun, setelah dilakukan interogasi, Kepala Polsek Way Pengubuan, Lampung Tengah, Inspektur Satu Uus Usman, mengatakan bahwa pria itu hanyalah orang yang sedang menunggu bus dalam perjalanan pulang.

Untuk memastikan informasi tersebut, Tempo menelusuri video wawancara Uus dalam video kanal Juragan Sosmed di kanal YouTube lainnya. Hasilnya, ditemukan video wawancara Uus yang dimuat oleh kanal milik media Lampung, Genta Merah. Video yang diunggah pada 24 Oktober 2018 itu diberi judul "Kapolsek Jelaskan Pria Bekeliaran di Lamteng Bukan Penculik Anak".

Gambar tangkapan layar video unggahan kanal YouTube Genta Merah yang memuat wawancara Kepala Polsek Way Pengubuan terkait penculikan anak.

Berikut penjelasan lengkap Uus: "Terkait dengan beredarnya video penculikan di Dusun Palis, Kampung Lempuyang Bandar, Kecamatan Way Pengubuan, dengan ini saya Kapolsek Way Pengubuan menyatakan bahwa tidak benar terjadi kasus penculikan di Dusun Palis, Kampung Lempuyang Bandar, Kecamatan Way Pengubuan karena orang tersebut mau pulang ke Batanghari, Lampung Timur. Karena orang tersebut asing di Kampung Lempuyang Bandar, maka oleh warga dibawa ke balai kampung dan diisukan sebagai penculik. Sebetulnya, mereka tidak menculik ataupun bukan penculik, karena mereka itu mau pulang dan menunggu kendaraan."

Terkait poster berlogo Polda Metro Jaya

Tim CekFakta Tempo pernah memeriksa fakta terkait poster dengan logo Polda Metro Jaya yang berisi peringatan untuk memaspadai pelaku penculikan anak yang kerap menyamar itu. Poster yang pernah beredar pada Oktober 2019 tersebut telah dinyatakan keliru.

Pasalnya, isi poster tersebut telah dibantah oleh pihak kepolisian di sejumlah daerah, salah satunya Kepala Bidang Humas Polda Gorontalo Ajun Komisaris Besar Wahyu Tri Cahyono. Bantahan itu dimuat dalam berita di situs Republika pada 30 Oktober 2018.

Wahyu mengatakan bahwa imbauan yang tersebar di media sosial itu, yang mencatut Polda Metro Jaya sebagai pihak yang mengumumkan, adalah berita bohong alias hoaks. "Kami sudah konfirmasi ke Polda Metro Jaya. Polri tidak pernah memberikan informasi-informasi yang meresahkan masyarakat seperti itu," katanya.

Pada 29 Oktober 2019, Divisi Humas Polri juga mengunggah keterangan resmi dari Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo, dalam akun resminya di Twitter. Unggahan itu berisi bantahan dari Dedi terkait beredarnya isu penculikan anak dalam beberapa waktu terakhir. "Kalau ragu-ragu silakan untuk diklarifikasi dan dikonfirmasi ke kepolisian terdekat," ujar Dedi.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, informasi bahwa telah terjadi kasus penculikan anak dengan mengambil dan menjual organ tubuh korban adalah informasi yang keliru. Berbagai gambar serta informasi yang digunakan untuk mendukung klaim itu sudah terbukti sebagai hoaks ataupun tidak terkait dengan kasus penculikan anak.

IBRAHIM ARSYAD

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id