[Fakta atau Hoaks] Benarkah Pesan Berantai Soal Petugas Rapid Test Covid-19 yang Tak Ganti Sarung Tangan?

Senin, 8 Juni 2020 19:40 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Pesan Berantai Soal Petugas Rapid Test Covid-19 yang Tak Ganti Sarung Tangan?

Pesan berantai yang berjudul "Rapid Tes Mendadak" beredar di media sosial dan grup-grup percakapan WhatsApp dalam beberapa hari terakhir. Pesan berantai ini menyinggung tentang petugas rapid test virus Corona Covid-19 yang tidak mengganti sarung tangan setelah menangani pasien.

Di Facebook, pesan berantai ini dibagikan salah satunya oleh akun Elfrida Dalimunthe, yakni pada 5 Juni 2020. Berikut narasi lengkapnya:

*RAPID TES MENDADAK*_*Mohon menjadi PERHATIAN bagi diri Anda maupun keluarga*_

Bila Anda tiba-tiba terjebak dalam operasi *RAPID TES* dadakan.Tiba2 datang Petugas yang meng *HARUS* kan Anda mengikuti Rapid Tes, maka yang perlu diperhatikan adalah *SARUNG TANGAN* Petugas.

Kalau sarung tangan yang dipakai hanya itu-itu saja (satu) *tanpa ganti*, dimana setelah Petugas itu pegang orang/pasien yang di Rapid Tes, kemudian tanpa ganti sarung tangan, Petugas lalu memegang Anda, maka disinilah letak rawannya *PENULARAN VIRUS*, karena kita tidak tahu dan Petugas pun tidak tahu, apakah orang yang dipegang sebelum kita tadi *REAKTIF, POSITIF* atau *NEGATIF*

Jadi *PENULARAN* bukan karena kita berada ditempat umum saja, akan tetapi saat Rapid Tes dilakukan massal atau perkelompok, Petugasnya *TIDAK GANTI2 SARUNG TANGAN* _(bisa terjadi)_

Untuk itu agar aman, silahkan anda minta *GANTI sarung tangan Petugas* (Anda berhak), dan jika Petugas tidak berkenan, Anda boleh *MENOLAK di Rapid Tes* (berhak) demi keselamatan dan kesehatan Anda.

*salam sehat*_semoga bermanfaat_#copas

Hingga artikel ini dimuat, pesan berantai yang diunggah oleh akun tersebut telah dibagikan lebih dari 900 kali dan disukai lebih dari 400 kali.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Elfrida Dalimunthe.

Bagaimana kebenaran dari pesan berantai soal petugas rapid test Covid-19 yang tak ganti sarung tangan tersebut?

PEMERIKSAAN FAKTA

Dilansir dari Timesindonesia.co.id, pesan berantai tersebut sempat beredar di grup-grup WhatsApp warga Semarang, Jawa Tengah. Merespons pesan berantai itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang, Abdul Hakam, menegaskan bahwa setiap petugas DKK Semarang, dalam melakukan tes swab ataupun rapid test kepada pasien, dipastikan mematuhi prosedur operasional standar terkait penggunaan alat pelindung diri (APD).

"Petugas rapid atau swab test DKK Semarang selalu mengganti sarung tangan setiap kali ganti pasien. Jadi, masyarakat tidak perlu resah atau khawatir dengan isu penularan Covid-19 melalui sarung tangan petugas seperti yang diberitakan dalam pesan kaleng tersebut," ujar Abdul pada 1 Juni 2020.

Abdul juga memastikan bahwa setiap pasien yang diperiksa oleh tim penjaringan lapangan yang melakukan tes massal sudah memenuhi protokol kesehatan, seperti cuci tangan baik sebelum maupun sesudah tes. "Demikian juga halnya pasien diharuskan cuci tangan dengan sabun atau memakai hand sanitizer setelah mendapatkan pelayanan, sehingga tidak terjadi penularan virus," tuturnya.

Dilansir dari Suara.com, Wiwin Sulistyawati, petugas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wates, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, bercerita soal perlindungan berlapis yang dikenakannya ketika melakukan tes swab terhadap pasien. Saat melakukan tes swab, ia harus memakai tiga setel baju, yakni satu setel pakaian operasi, satu setel APD lengkap, dan satu setel jubah.

Tak hanya itu, perlengkapan berlapis dikenakan untuk melindungi tangan hingga mata, mulai dari sarung tangan yang menutup sampai lengan hingga mengenakan kacamata khusus yang dilapisi face shield atau pelindung wajah. "Kurang lebih butuh waktu setengah jam hanya untuk melakukan semua persiapan pengambilan swab itu," ujar Wiwin pada 5 Mei 2020.

Biasanya, estimasi waktu yang dibutuhkan Wiwin untuk mengambil sampel dari hidung dan tenggorokan berkisar antara 5-10 menit, tergantung kondisi pasien. Wiwin mengaku pernah mengambil swab sebanyak empat pasien dalam sehari. Dari pasien satu ke pasien lainnya, setiap mengambil swab, Wiwin harus mengganti sarung tangan lapisan ketiga.

Dilansir dari Kompas.com, Tonang Dwi Ardyanto, Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian sekaligus Juru Bicara Satgas Covid-19 RS Universitas Sebelas Maret atau UNS, Solo, Jawa Tengah, menjelaskan penggunaan sarung tangan oleh petugas medis. Ia mengatakan bahwa penggantian sarung tangan selalu dilakukan.

Namun, ketika petugas medis harus menangani pasien atau orang dalam jumlah banyak, tidak efisien jika langsung mengganti sarung tangan. "Kalau satu pasien dengan pasien lain jedanya cukup panjang, kami istirahat dulu, kami lepas sarung tangan dan cuci tangan," ujar Tonang pada 5 Juni 2020.

"Tapi, begitu ada pasien baru ya ganti sarung tangan. Tapi, kalau harus ambil pasien yang berurutan banyak, tidak efisien kalau mengganti sarung tangan," tuturnya. Meski demikian, ia memastikan bahwa petugas medis melakukan standar kebersihan sesuai ketentuan.

Dalam melakukan rapid test pun, menurut Tonang, petugas medis memiliki standar sterilisasi. "Di rumah sakit, ada standar kebersihan. Ada lima momen, salah satunya, saat menangani pasien dan akan menyentuh pasien berikutnya, harus cuci tangan," ujarnya.

Tonang menjelaskan, dengan rutin mencuci tangan sebelum dan setelah mengurus pasien, rantai penularan dari satu pasien ke pasien lain dapat diputus. "Prinsip dasarnya itu cuci tangan, dan sudah bukan hal baru lagi. Kalau sudah menjadi kebiasaan, jadi tidak akan lupa," katanya.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, isi pesan berantai soal petugas rapid test virus Corona Covid-19 yang tak ganti sarung tangan di atas keliru. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam, mengatakan bahwa petugas rapid atau swab test selalu mengganti sarung tangan setiap kali berganti pasien. Wiwin Sulistyawati, petugas tes swab RSUD Wates, juga bercerita soal sarung tangan yang dikenakannya. Dari pasien satu ke pasien lainnya, setiap mengambil swab, Wiwin harus mengganti sarung tangan lapisan ketiga. Adapun Juru Bicara Satgas Covid-19 RS UNS, Tonang Dwi Ardyanto, menjelaskan bahwa petugas rumah sakit harus cuci tangan saat menangani pasien dan akan menyentuh pasien berikutnya. Dengan rutin mencuci tangan sebelum dan setelah mengurus pasien, rantai penularan dari satu pasien ke pasien lain dapat diputus.

ZAINAL ISHAQ

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke [email protected]