Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Kiai di Banten yang Dipaksa Suntik Vaksin Covid-19?

Jumat, 15 Mei 2020 20:00 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Kiai di Banten yang Dipaksa Suntik Vaksin Covid-19?

Sebuah video yang diklaim sebagai video pemaksaan penyuntikan vaksin Covid-19 terhadap seorang kiai di Banten beredar di Instagram. Video serta klaim tersebut diunggah oleh akun @perindu_syurga_1112 pada 4 Mei 2020 dan telah ditonton lebih dari 10 ribu kali.

Dalam video itu, terlihat pria berompi hitam yang memakai masker sedang beradu mulut dengan pria dengan gamis panjang berwarna putih. Peristiwa ini terjadi pada malam hari di sebuah kampung. Tidak jelas apa yang diucapkan oleh kedua pria dalam video itu.

Adapun narasi oleh akun tersebut menyebut bahwa rezim memaksa para kiai di Banten disuntik dengan dalih untuk ketahanan tubuh dari virus. Disebutkan pula bahwa anggota PKI menyamar sebagai petugas kesehatan untuk menyuntikkan vaksin yang sebenarnya berisi virus Corona Covid-19 ke tubuh para ulama.

"Ini maksudnya apa yaa? Emang sudah ada ya? Vaksin buat ketahanan tubuh agar terhindar dari virus Covid-19. Kenapa harus disuntikkan ke para kyai kyai dan santri santri. Cepat atau lambat program rezim utk pengetesan Covid-19 ke para kyai sdh dilakukan. Rezim memaksa para kyai untuk di suntik dgn dalih untuk ketahanan tubuh dari virus. Kyai di Banten ini tegas menolak!" demikian narasi yang ditulis akun tersebut.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Instagram @perindu_syurga_1112.

Apa benar video itu adalah video pemaksaan penyuntikan vaksin Covid-19 terhadap kiai di Banten?

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mengambil gambar tangkapan layar video di atas, kemudian ditelusuri dengan reverse image tool. Hasilnya, ditemukan bahwa kanal YouTube milik stasiun televisi tvOne, tvOneNews, pernah mempublikasikan video itu pada 30 April 2020. Namun, video itu merupakan video pasien positif Covid-19 yang berdebat dengan petugas kesehatan karena menolak diisolasi di rumah sakit.

Menurut penjelasan dalam video itu, peristiwa tersebut juga terjadi di Mataram, Nusa Tenggara Barat, tepatnya pada 29 April 2020. Pasien tersebut beralasan telah menjalani karantina mandiri selama 35 hari dan tidak mengalami gejala apa-apa. Pasien itu pun menantang petugas tersebut untuk masuk ke rumahnya dan mengklaim bahwa dirinya tidak menularkan virus Corona Covid-19 ke keluarganya.

Peristiwa ini juga banyak diberitakan oleh media massa. Dikutip dari Kompas.com, pasien yang menolak dibawa petugas untuk diisolasi itu, berinisal S, adalah warga Kelurahan Cakranegara, Mataram, NTB. Sementara petugas yang menjemput berasal dari Tim Satgas Covid-19 Puskesmas Taliwang.

Saat itu, S menyanggah bahwa dirinya sakit meskipun, berdasarkan informasi dari Pemerintah Provinsi NTB, hasil tes swab S menunjukkan hasil positif Covid-19 dan harus menjalani isolasi di rumah sakit. Selain itu, S juga diketahui pernah menghadiri acara Ijtima Ulama Sedunia di Gowa.

Dilansir dari Kumparan.com, pasien tersebut diketahui baru saja mengikuti salat tarawih berjamaah di masjid dekat tempat tinggalnya. Padahal, dia sudah dinyatakan positif Covid-19. Pasien itu juga memiliki riwayat hadir dalam Ijtima Ulama Sedunia di Gowa beberapa waktu lalu.

Pasien tersebut tidak memberitahukan kondisinya yang sempat menjalani tes swab Covid-19 kepada warga sekitar. Hal itu membuat warga tidak tahu bahwa pasien itu seharusnya menjalani isolasi. Bahkan, warga berada dalam satu masjid yang sama dengan pasien tersebut untuk salat tarawih berjamaah.

Belum ada vaksin Covid-19

Hingga hari ini, belum ada vaksin khusus untuk Covid-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru menyebut bahwa ada 7-8 kandidat teratas vaksin untuk Covid-19. Pada awal Maret 2020, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan perlu waktu 12-18 bulan untuk mendapatkan vaksin itu. Namun, upaya tersebut tengah dipercepat, dibantu dengan dana US$ 8 miliar dari 40 pemimpin negara, organisasi, dan bank.

"Kami memiliki kandidat vaksin yang baik sekarang," kata Tedros, seperti dikutip dari arsip berita Tempo pada 12 Mei 2020. "Yang teratas sekitar tujuh atau delapan. Tapi kami memiliki lebih dari seratus kandidat," ujar Tedros menambahkan.

Tedros tidak mengidentifikasi secara detail kandidat vaksin teratas itu. Sejak Januari, Tedros berujar, WHO telah bekerja dengan ribuan peneliti di seluruh dunia untuk mempercepat pembuatan vaksin, mulai dari pengembangan model hewan hingga desain uji klinis. Dia juga mengatakan bahwa terdapat sebuah konsorsium yang berisi lebih dari 400 ilmuwan yang terlibat dalam pengembangan dan diagnosa vaksin.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah video kiai di Banten yang dipaksa suntik vaksin Covid-19 menyesatkan. Video itu diambil di Mataram, NTB, bukan di Banten. Video tersebut merupakan video penjemputan pasien yang positif Covid-19 untuk diisolasi di rumah sakit. Petugas berompi hitam dalam video itu pun bukan anggota PKI yang menyamar, melainkan anggota Tim Satgas Covid-19 Puskesmas Taliwang.

IKA NINGTYAS

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id