Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Termometer Ini Dibuat oleh Cina dan Sudah Diatur untuk Bunuh Ulama?

Kamis, 16 April 2020 18:04 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Termometer Ini Dibuat oleh Cina dan Sudah Diatur untuk Bunuh Ulama?

Video yang memperlihatkan sebuah termometer yang diklaim dibuat oleh Cina dan sudah diatur untuk membunuh ulama beredar di media sosial. Video yang berasal dari YouTube itu berjudul "Waspadalah: Hati2 Alat Ini Sdh Di Setting Suhu 36-37°C Olh Komunis Cina Utk Mmbunuh Para Ulama2 Kita".

Di Facebook, tautan video itu dibagikan salah satunya oleh akun Andre Tambhenk, yakni pada 9 April 2020. Adapun video itu berasal dari kanal Agung Mujahid yang diunggah pada 7 April. Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah ditonton lebih dari 135 ribu kali.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Andre Tambhenk.

Dalam video yang berdurasi 39 detik itu, terdengar beberapa orang yang sedang mengobrol dengan bahasa asing. Mereka juga merekam sebuah termometer tembak yang hasil pengukuran suhunya hanya berada di angka 36-37 derajat Celcius.

Setelah dibongkar, di dalam termometer itu tidak ditemukan sensor pendeteksi suhu bernama thermopile sebagaimana yang seharusnya terdapat dalam sebuah termometer tembak. Di bagian akhir video, terlihat kemasan termometer itu yang tercetak merek “Haeco”.

Apa benar termometer dalam video itu dibuat oleh Cina dan sudah diatur untuk membunuh ulama?

PEMERIKSAAN FAKTA

Dengan tool InVID, Tim CekFakta Tempo memfragmentasi video yang berasal dari YouTube tersebut menjadi sejumlah gambar. Gambar-gambar itu kemudian ditelusuri dengan reverse image tool untuk menemukan sumber awal dari video tersebut.

Dengan cara ini, diperoleh petunjuk bahwa video itu pernah dibagikan oleh halaman Facebook milik situs Thailand, Phuketandamannews, pada 4 April 2020. Dalam keterangannya, tertulis bahwa termometer tembak di video itu palsu. Saat dibongkar, termomer itu kosong. Hasil pengukuran suhunya pun tidak pernah melebihi angka 37 derajat Celcius.

"Selama epidemi Covid-19, produk yang banyak diminati adalah pengukur demam. Tapi jarang yang mengetahui bahwa ada barang palsu yang dijual. Hati-hati!" demikian keterangan yang ditulis oleh Phuketandamannews dalam bahasa Thailand.

Tempo pun menelusuri pemberitaan mengenai termometer palsu itu dan menemukan bahwa situs media yang berbasis di HongKong, HK 01, pernah memberitakan video termometer palsu yang sama dengan yang diunggah Phuketandamannews. Video itu disebut berasal dari unggahan seorang warganet asal Thailand pada 11 April 2020.

Menurut HK 01, warganet dari Thailand bercerita bahwa mereka membeli termometer tembak di pasar. Namun, hasil pengukuran suhu termometer itu tidak pernah lebih dari 37 derajat Celcius. Mereka pun membongkar termometer tersebut dan menemukan bahwa bagian dalamnya kosong. Bahkan, setelah dibongkar, termometer itu masih bisa mengukur suhu seperti biasa.

Ditemukannya termometer palsu itu pun dihubungkan dengan aksi polisi Thailand yang baru-baru ini membongkar sebuah gudang yang berisi sejumlah alat pelindung diri (APD) palsu yang diselundupkan dari Cina. Barang-barang yang diselundupkan itu antara lain masker, pakaian pelindung, dan termometer tembak.

Menurut laporan situs Slovenia, Times.si, dilihat dari kemasannya, Heaco adalah perusahaan asal Ukraina yang memang menjual termometer tembak. Dalam kemasan yang terlihat di video, tertulis nomor seri termometer itu, yakni MDI-908. Namun, di sebuah toko online Ukraina, model terbaru yang dijual oleh Heaco adalah seri MDI-907. Produk Heaco yang tidak resmi dengan seri MDI-908 hanya dijumpai di toko-toko di Alibaba, marketplace terbesar di Cina.

Tim CekFakta Tempo pun memverifikasi petunjuk yang ditemukan oleh Times.si itu. Berdasarkan penelusuran Tempo, Heaco adalah brand dari perusahaan yang bernama Heaco Medical Technology yang beralamat di Kiev, ibukota Ukraina. Di situs resminya, Heaco.ua, tidak ditemukan produk termometer tembak seri MDI-908. Perusahaan itu hanya memiliki dua seri termometer tembak, yakni MDI-901 dan MDI-907.

Demikian pula saat Tempo melakukan pencarian di salah satu toko online produk kesehatan di Ukraina, Medtechnika, tidak ditemukan produk termometer tembak Heaco seri MDI-908. Produk yang mereka jual adalah Heaco MDI-907.

Untuk memastikan hal tersebut, Tempo menghubungi Heaco Medical Technology lewat email. Mereka menegaskan bahwa termometer yang terlihat dalam video yang beredar itu bukan produk mereka. Produsen termometer palsu tersebut telah mencatut nama Heaco. "Itu termometer palsu. Kami tidak punya model 908, hanya 901 dan 907. Anda bisa melihatnya di situs kami. Seseorang telah mencatut nama perusahaan kami," demikian penjelasan dari Heaco Medical Technology.

Dengan demikian, produk termometer tembak Heaco seri MDI-908 yang terlihat dalam video yang beredar itu memang bukan produk resmi dari eaco Medical Technology.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video termometer tembak palsu di atas merupakan hasil rekaman warganet asal Thailand. Namun, termometer yang diklaim bermerek Heaco dengan seri MDI-908 tersebut bukan produk asli perusahaan Heaco Medical Technology. Penjualan termomometer palsu di Thailand memang rawan terjadi di tengah pandemi virus Corona Covid-19. Polisi setempat pernah membongkar kasus penyelundupan alat-alat kesehatan palsu dari Cina. Namun, termometer palsu ini tidak ada kaitannya dengan pembunuhan ulama. Dengan demikian, narasi bahwa termometer itu dibuat oleh Cina dan sudah diatur untuk membunuh ulama adalah narasi yang keliru.

IKA NINGTYAS

Catatan Redaksi: Artikel ini diubah pada 17 April 2020 pukul 10.30 pada bagian pemeriksaan fakta untuk menambahkan penjelasan dari Heaco Medical Technology. Redaksi mohon maaf.

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id