Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoax] Benarkah Daging Tikus Bisa Diubah Menjadi Daging Ayam?

Senin, 19 November 2018 16:18 WIB

[Fakta atau Hoax] Benarkah Daging Tikus Bisa Diubah Menjadi Daging Ayam?

Informasi tentang daging tikus yang diubah menjadi daging ayam, viral di media sosial. Situs http://www.topikkesehatan.com pertama kali mengunggah informasi itu pada 14 November 2018 dengan judul Waspada! Daging Tikus Diubah Menjadi Ayam! Mohon Sebarkan, agar mereka waspada!!

Situs tersebut menulis:

Jika anda makan diluar, jangan memilih kedai yang murah sahaja tetapi pastikan makanan halal dan selamat. Berikut adalah gambar bagaimana tikus diproses menjadi ayam.

1 Tikus yang ditangkap dikumpulkan dan dibunuh.

2 Kemudian dibakar dengan menggunakan dapur gas agar hilang bulu tikut.

3 Di cuci lalu dipotong-potong  untuk kelihatan seperti ayam

4 Dimasukan rempah untuk rasa seperti ayam.

5 Bersedia untuk di goreng

6 Bersedia untuk di makan.

Informasi tersebut telah dibagikan 5,6 ribu kali di FB. Persebaran terbanyak dibagikan melalui page Tips dan Inspirasi.

Benarkah informasi itu terjadi di Indonesia?

Penelusuran Fakta

Dari penelusuran fakta untuk memverifikasi informasi tersebut, Tempo menemukan beberapa hal berikut:

  1. Situs tidak kredibel

Situs http://www.topikkesehatan.com tidak memenuhi unsur sebagai portal media yang kredibel karena tidak diketahui  siapa penanggung jawab dan alamat perusahaan. Padahal ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 12 UU No 40 Tahun 1999 tentang Pers yang berbunyi: "Perusahaan pers wajib mengumumkan nama, alamat dan penanggung jawab secara terbuka melalui media yang bersangkutan; khusus untuk penerbitan pers ditambah nama dan alamat percetakan.“

Selain itu, tak ada Pedoman Pemberitaan Media Siber yang dimuat dalam situs tersebut. Kewajiban pemuatan Pedoman Pemberitaan Media Siber tercantum jelas pada Pasal 8.

Pedoman Pemberitaan Media Siber ditandatangani oleh Dewan Pers dan komunitas pers di Jakarta, 3 Februari 2012, agar pengelolaan media siber dapat dilaksanakan secara profesional, memenuhi fungsi, hak, dan kewajibannya sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik.

2. Foto dan isi tulisan sama dengan blog di Malaysia

Bila dicermati lebih detail, tulisan di http://www.topikkesehatan.com tersebut menggunakan bahasa Malaysia, tercermin dari kata-kata “sahaja” dan “bersedia”.

Tempo menemukan bahwa unggahan itu identik dengan isi sebuah blog asal Malaysia, http://malaysianvoicemedia.blogspot.com pada 2016 berjudul AWAS!! KENALI SEBELUM TERLAMBAT!! WASPADALAH, TIKUS MENJADI AYAM TIRUAN, BEGINI CARA MENGENALINYA.

3. Sumber informasi berada di Cina

Dari penelusuran foto, Tempo menemukan bahwa gabungan  foto itu pertama kali dipublikasikan di website berbahasa Mandarin, pada 16 Juli 2012 berjudul “Hidangan Tikus Paling Eksotis di Dunia”. Artikel tersebut memuat 26 foto olahan dan penyajian masakan berbahan daging tikus di berbagai dunia.

Foto viral di topikkesehatan.com itu termuat pada bagian akhir dengan keterangan: praktik perebusan tikus di Guangdong China.

Saat itu, tepatnya pada 2013, olahan daging dari tikus banyak terjadi di Cina. Setahun kemudian, The Guardian, melaporkan, bahwa Polisi Cina telah berhasil mengungkap skandal penjualan daging kambing palsu yang ternyata berbahan dari tikus dan rubah.

Polisi menangkap 904 pelaku, menyita 20.000 ton produk ilegal dari 382 kasus kejahatan penjualan daging beracun, berpenyakit dan palsu.

Kesimpulan

Dari penelusuran fakta itu bisa disimpulkan bahwa informasi daging tikus yang bisa diubah menjadi daging ayam adalah keliru. Hoaks tersebut diolah dari pengungkapan skandal penjualan daging palsu di Cina selama 2012-2013 oleh otoritas keamanan setempat. Hoaks kemudian diproduksi ulang pada tahun-tahun berikutnya. Tidak hanya di Indonesia, hoaks serupa pernah menyebar ke Amerika Serikat pada 2017.

IKA NINGTYAS