[Fakta atau Hoaks] Benarkah Virus Hanta adalah Virus Baru yang Muncul di Tengah Pandemi Corona?

Jumat, 27 Maret 2020 12:12 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Virus Hanta adalah Virus Baru yang Muncul di Tengah Pandemi Corona?

Narasi yang menyebut bahwa telah muncul virus baru di tengah mewabahnya virus Corona Covid-19 beredar di media sosial. Virus baru yang disebut virus Hanta atau Hantavirus ini diklaim bisa membunuh seseorang yang terinfeksi dalam hitungan jam.

Salah satu akun Facebook yang membagikan informasi tersebut adalah akun Oktovihanus Pehang Tukan, yakni pada Rabu, 25 Maret 2020. Narasi itu terdapat dalam tautan sebuah artikel dari situs BorapeleNews Ikhtisar yang berjudul "Muncul Virus Baru Di China Selain Corona, #Hantavirus Bisa Membunuh Dalam Hitungan Jam".

Menurut artikel yang dimuat pada 24 Maret 2020 ini, ada seorang pria asal Provinsi Yunnan, Cina, yang meninggal setelah terpapar virus Hanta saat naik bus menuju Provinsi Shandong. Akibatnya, seluruh penumpang lainnya mesti menjalani tes.

Artikel ini juga mengutip penjelasan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) yang menyebut bahwa virus Hanta menyebar lewat tikus dan lebih mematikan dari virus Corona Covid-19. Orang yang terinfeksi akan mati dalam hitungan jam.

Menurut artikel itu, kemunculan virus Hanta membuat panik karena bersamaan dengan mewabahnya virus Corona Covid-19. "Yang sedikit melegakan, meski daya membunuhnya lebih dasyat dari cirus Corona Covid-19, virus ini tidak menular dari manusia ke manusia," demikian narasi di bagian akhir artikel tersebut.

Gambar tangkapan layar artikel yang memuat narasi keliru mengenai virus Hanta.

Apa benar virus Hanta merupakan virus baru yang muncul di tengah pandemi Corona?

PEMERIKSAAN FAKTA

Berdasarkan arsip pemberitaan Tempo pada 25 Maret 2020, menurut laporan dari situs media asing Global Times, memang ada seorang pria dari provinsi Yunnan, Cina, yang meninggal karena terinfeksi virus Hanta. Ia meninggal di dalam sebuah bus ketika dalam perjalanan menuju provinsi Shandong.

Namun, dilansir dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), virus yang menyebabkan Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) atau sindrom paru-paru virus Hanta ini sudah pernah mewabah sebelumnya, yakni pada Mei 1993, di AS bagian barat daya, tepatnya di negara bagian Arizona, New Mexico, Colorado, dan Utah.

Wabah ini bermula ketika seorang laki-laki muda dari Suku Navajo yang sehat secara fisik menderita sesak napas dan dilarikan ke sebuah rumah sakit di New Mexico. Namun, ia meninggal dengan sangat cepat. Setelah ditelusuri, beberapa hari sebelumnya, tunangan laki-laki tersebut juga meninggal setelah menunjukkan gejala yang sama.

Kantor Investigasi Medis (OMI) New Mexico pun menyisir seluruh wilayah AS bagian barat daya untuk mencari kasus serupa. Dalam beberapa jam, OMI telah menemukan lima anak muda yang sehat secara fisik namun meninggal setelah mengalami gagal napas akut. Beberapa minggu kemudian, para peneliti menemukan bahwa penyakit ini disebabkan oleh virus Hanta. Penyakitnya pun diberi nama Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS).

Meskipun baru mewabah di AS pada 1993, menurut laporan CDC, HPS sebenarnya sudah pernah ditemukan puluhan tahun sebelumnya. Berdasarkan pemeriksaan sampel jaringan paru-paru dari orang yang meninggal karena sindrom gangguan pernapasan, kasus HPS paling awal adalah kasus seorang pria asal Utah yang berusia 38 tahun pada 1959.

Adapun menurut seorang pakar saraf, Sumaiya Shaikh, dalam cuitannya di Twitter pada 24 Maret 2020, virus Hanta pertama kali muncul pada 1950 dalam perang AS-Korea di Korea, tepatnya di Sungai Hantan. Virus ini menyebar dari tikus. Manusia bisa tertular jika mencerna cairan dari tubuh tikus tersebut. "Penularan manusia-manusia jarang terjadi," katanya.

Laporan CDC memaparkan hal serupa. Virus Hanta adalah virus yang menyebar terutama dari tikus dan dapat menyebabkan beragam sindrom penyakit. Di AS, virus Hanta dikenal sebagai "New World" Hantavirus dan dapat menyebabkan HPS. Virus Hanta lainnya, yang dikenal sebagai "Old World" Hantavirus dan kebanyakan ditemukan di Eropa dan Asia, dapat menyebabkan Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) atau demam berdarah dengan sindrom ginjal.

Menurut CDC, masa inkubasi HPS tidak diketahui secara pasti. Namun, berdasarkan informasi yang diketahui hingga saat ini, gejala HPS muncul antara 1-8 minggu setelah terpapar urin, kotoran, atau air liur dari tikus yang terinfeksi. Adapun beberapa gejala awal HPS berupa kelelahan, demam, dan nyeri otot, terutama pada paha, pinggul, punggung, dan bahu.

Dalam beberapa kasus, terdapat gejala seperti sakit kepala dan perut, kedinginan, mual, muntah, dan diare. Selama 4-10 hari setelah fase awal penyakit, muncul gejala seperti batuk dan sesak napas karena paru-paru dipenuhi dengan cairan. HPS bisa berakibat fatal, memiliki tingkat kematian hingga 38 persen.

Sementara itu, HFRS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hanta dari keluarga Bunyaviridae, seperti Hantaan, Dobrava, Saaremaa, Seoul, dan Puumala. Biasanya, gejala HFRS muncul antara 1-2 minggu setelah terpapar urin, kotoran, atau air liur dari tikus yang terinfeksi. Gejala awal penyakit ini adalah sakit kepala, punggung, dan perut, demam, kedinginan, mual, dan pandangan kabur.

Dalam beberapa kasus, terdapat gejala muka dan mata memerah serta ruam. Gejala selanjutnya mencakup tekanan darah rendah, syok akut, kebocoran pembuluh darah, dan gagal ginjal akut. Kematian akibat HFRS terjadi pada kurang dari 1-15 persen pasien. Kematian dalam kasus HFRS yang disebabkan oleh virus Hantaan berkisar 5-15 persen, sementara yang disebabkan oleh virus Puumala kurang dari 1 persen.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, narasi yang menyebut virus Hanta atau Hantavirus adalah virus baru yang muncul di tengah mewabahnya virus Corona Covid-19, keliru. Virus Corona Covid-19 dilaporkan pertama kali pada Desember 2019. Sementara virus Hanta pertama kali ditemukan pada 1950. Virus Hanta pun, yang menyebabkan Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS), pernah mewabah di AS pada 1993.

ZAINAL ISHAQ

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke [email protected]