Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoax] Benarkah Pasukan Khusus Turki Melacak Pemfitnah Rizieq Shihab?

Jumat, 9 November 2018 14:12 WIB

[Fakta atau Hoax] Benarkah Pasukan Khusus Turki Melacak Pemfitnah Rizieq Shihab?

Berita penangkapan Rizieq Shihab oleh otoritas keamanan Saudi Arabia, Kamis 8 November, kemarin, ramai di media massa maupun media sosial di Indonesia.

Kepolisian Arab memeriksa Rizieq Shihab terkait adanya bendera hitam yang mengarah pada ciri-ciri gerakan ekstrimis di rumah pentolan FPI ini.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel. menuturkan, penangkapan itu berawal saat Kepolisian Mekkah mendatangi tempat tinggal Rizieq Shihab pada 5 November 2018 pukul 08.00 waktu setempat.

"Pemasangan bendera hitam yang mengarah pada ciri-ciri gerakan ekstremis pada dinding bagian rumah belakang Rizieq," katanya.

Rizieq kemudian dibawa ke kepolisian setelah menjalani pemeriksaan di Kantor Mabahis ‘Aamah atau intelijen umum Arab Saudi. Rizieq dibawa ke kantor tersebut pada 6 November 2018 kemudian dilepaskan pada pukul 16.00 waktu Arab Saudi.

Menyusul peristiwa itu, sebuah informasi tentang Turki melacak pemfitnah Habib Rizieq pun muncul. Informasi itu diunggah oleh website Asia Satu Online pada 7 November 2018 dengan judul :

GERAM! TURKI KERAHKAN PASUKAN ELITE BUAT LACAK PEMFITNAH HABIB RIZIEQ, "KAMI DATANG BERSAMA KEMATIAN"

Potongan artikel situs berita online Asia Satu yang menyebut Pemerintah Turki mengerahkan pasukan pemburu pemfitnah Rizieq Shihab

Sebuah foto tentang pasukan berbaret merah yang memegang senjata, menyertai informasi itu adalah dibagikan 6 ribu kali di Facebook. Penyebaran terbanyak di tiga page Facebook yakni Gerakan 2019 Ganti President, Prabowo For NKRI, dan 2019 For Prabowo Subianto RI 1.

Benarkah informasi itu?

Penelusuran Fakta

Dari penelusuran, Tempo menemukan fakta-fakta berikut ini:

  1. Situs media tidak kredibel

Situs Asia Satu Online tidak memenuhi unsur sebagai media berita yang kredibel karena tidak diketahui  siapa penanggung jawab dan alamat perusahaan. Padahal ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 12 UU No 40 Tahun 1999 tentang Pers yang berbunyi: "Perusahaan pers wajib mengumumkan nama, alamat dan penanggung jawab secara terbuka melalui media yang bersangkutan; khusus untuk penerbitan pers ditambah nama dan alamat percetakan.“

Selain itu, tak ada Pedoman Pemberitaan Media Siber yang dimuat dalam situs tersebut. Kewajiban pemuatan Pedoman Pemberitaan Media Siber tercantum jelas pada Pasal 8.

Pedoman Pemberitaan Media Siber ditandatangani oleh Dewan Pers dan komunitas pers di Jakarta, 3 Februari 2012, agar pengelolaan media siber dapat dilaksanakan secara profesional, memenuhi fungsi, hak, dan kewajibannya sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik.

2. Foto tak sesuai

Foto pasukan berbaret merah yang dimuat Asia Satu Online pernah diunggah di sejumlah website lain sejak 2012. Foto tersebut juga ada dalam koleksi akun Turkish Soldier di Pinterest, sebuah platform media sosial untuk berbagi foto yang populer di luar negeri.

Dalam Turkish Soldier, foto pasukan Turki berbaret merah itu ditandai sebagai pasukan khusus Turki yang juga disebut Bordo Bereliler atau Maroon Baret.  Ini adalah pasukan bersenjata elit di bentuk di bawah tentara nasional Turki. Maroon Baret dibuat untuk mengeliminasi serangan di dalam atau luar negeri, melindungi negara dari terorisme.

Dengan demikian, pasukan khusus Turki ini tidak berkepentingan dengan kasus Habib Rizieq di Arab Saudi.

3. Isi berita tidak nyambung dengan judul

Setelah membaca seluruh isi berita, tidak ada keterangan dari otoritas Turki menurunkan pasukan elitenya untuk campur tangan pada kasus Habib Rizieq.

Bagian awal berita itu hanya berisi keterangan Sekretaris Front Pembela Islam (FPI), Munarman yang menuding ada operasi khusus untuk menjebak Imam Besar Rizieq Shihab. Keterangan Munarman inipun dikutip dari CNNIndonesia.

Pada bagian kedua berita, justru berisi tentang pernyataan Jenderal Hulusi Akar, Panglima Angkatan Bersenjata Turki, yang menurunkan pasukan elitenya itu untuk mencari pemfitnah Ahlul Bait, bukan Habib Rizieq.

"Bila ada yang memfitnah Ahlul Bait, berarti telah melukai kami sebagai muslim. Para pemfitnah harus dimusnahkan," kata Jenderal yang ditakuti Amerika Serikat tersebut, tulis situs itu.

Kesimpulan

Dari tiga fakta itu bisa disimpulkan bahwa informasi tentang pasukan khusus Turki melacak pemfitnah Habib Rizieq adalah kabar bohong.

IKA NINGTYAS