Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Sayap dan Ceker Ayam Dapat Menyebabkan Kanker?

Kamis, 12 Desember 2019 13:27 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Sayap dan Ceker Ayam Dapat Menyebabkan Kanker?

Informasi bahwa sayap dan ceker ayam dapat menyebabkan kanker beredar kembali di media sosial. Lewat Facebook, akun Refall Adriansyah membagikan informasi yang tercantum dalam sebuah gambar itu pada Minggu, 8 Desember 2019.

Berikut informasi yang dibagikan akun Refall Adriansyah: "Bahayanya Sayap dan Ceker Ayam? Entah Anda sudah menikah atau belum, maka perempuan harus berhati-hati. Baru-baru ini artis Tionghoa Xia Yi divonis tumbuh LISTS dalam rahim (kista coklat) dan Hu Qing Wen melakukan operasi tumor yang penuh..."

Setelah ditelusuri, informasi itu merupakan potongan dari sebuah tulisan yang lebih panjang. Berikut isi lengkap tulisan yang memuat informasi serupa yang ditemukan Tim CekFakta Tempo:

Bahayanya Sayap dan Ceker Ayam?

Entah Anda sudah menikah atau belum, maka perempuan harus berhati-hati. Baru-baru ini artis Tionghoa Xia Yi divonis tumbuh LISTS dalam rahim (kista coklat) dan Hu Qing Wen melakukan operasi tumor yang penuh dengan darah, dan darahnya berwarna hitam gelap. Mereka berpikir bahwa setelah operasi akan sembuh, tetapi hanya beberapa bulan kambuh lagi, sehingga akhirnya mereka melakukan konsultasi ke ginekolog.

Dokter ginekolog tersebut kemudian bertanya, "Apakah Anda suka makan sayap ayam?" Dia sangat terkejut, "Lho, kok dokter bisa tahu kesukaanku?"

Hormon pertumbuhan (growth-hormone) ayam atau pun antibiotiknya, selalu diinjeksi di bagian sayap atau leher ayam. Sementara kaki ayam tempat menimbun "end product" antibiotik dan turunan "second hormonal". Dokter tersebut meneruskan: Karena itu kegemaran makan sayap ayam atau kaki akan serta merta menambah sekresi hormon bagi wanita. Akibatnya, "second hormonal" tersebut akan terakumulasi menjadi TOXIN yang ujung-ujungnya menjadi karsinogen, sehingga wanita pengkonsumsi SAYAP + KAKI ayam sangat rentan terkena kanker yang berkenaan dengan kelenjar hormonal seperti: kanker rahim, cervix, dan payudara. Oleh karena itu, kami menyarankan anda jangan "banyak-banyak" mengkonsumsi sayap ayam atau kakinya.

Saat ini, 80 persen wanita memiliki fibroid rahim dan mudah untuk mendapatkan kista coklat tersebut.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Refall Adriansyah di Facebook.

Benarkah sayap dan ceker ayam dapat menyebabkan kanker?

PEMERIKSAAN FAKTA

Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, informasi bahwa sayap dan ceker ayam dapat menyebabkan kanker mulai beredar di media sosial sejak 2014. Informasi tersebut beredar melalui Facebook dan blog. Narasinya identik, berkisah tentang Xia Yi dan Hu Qing Wen. Gambar yang digunakan pun serupa.

Sebelum menyebar di Indonesia, informasi yang mirip telah beredar di Amerika Serikat pada 2004. Dilansir dari situs cek fakta Snopes, peringatan tentang sayap ayam yang menyebabkan kista indung telur pertama kali muncul pada April 2004. Dikutip dari Snopes, informasi itu tidak lebih dari sebuah dongeng, ekspresi dari kecemasan yang meluas tentang produk hewani serta hormon.

Banyak orang yang curiga bahwa penggunaan bahan-bahan kimia pada unggas agar tumbuh lebih besar dan cepat dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia. Menurut Departemen Ilmu Peternakan North Carolina State University (UNC), kecurigaan itu merupakan sebuah mispersepsi. Masyarakat mengira ayam dan unggas lainnya diberi makan atau disuntik dengan steroid agar tumbuh lebih besar dan cepat.

Padahal, pertumbuhan ayam broiler tidak akan bertambah dengan penggunaan hormon tambahan. Dalam pengembangan ayam broiler, pelaku industri saat ini menerapkan seleksi genetik yang membuat seekor hewan dapat meningkatkan bobotnya hingga 65 kali dalam waktu tujuh minggu. Seleksi genetik membuat seekor hewan bisa tumbuh hingga batas fisiologisnya.

Penjelasan itu serupa dengan hasil penelitian Divisi Pertanian University of Arkansas, bahwa ayam yang dikonsumsi di AS tidak diberi suntikan steroid untuk mempercepat pertumbuhannya. Selama beberapa dekade, ayam dikembangbiakkan melalui seleksi genetik sehingga tumbuh lebih besar dan cepat dengan pakan yang lebih sedikit.

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menyatakan kadar residu hormon dalam produk hewani telah terbukti aman karena berada di ambang batas aman sehingga tidak akan menimbulkan efek apa pun pada manusia. Namun, sejak 1960, FDA telah melarang penggunaan hormon dalam produksi unggas.

Bagaimana dengan Indonesia? Dikutip dari laman Kompas.com, dokter spesialis beda onkologi Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, Walta Gautama menegaskan bahwa informasi mengenai bahaya sayap dan ceker ayam di atas adalah hoaks. "Penyuntikan hormon untuk ayam potong sudah dilarang sejak 1970. Jadi, yang disuntikkan adalah vaksin," katanya.

Menurut Walta, kalau pun ayam mengandung bahan kimia akibat suntikan yang diberikan, bagian yang akan terkontaminasi tidak hanya sayap dan cekernya. "Apa yang disuntikkan tentu akan diolah seluruh badan dan tidak cuma dideposit di bagian tubuh tertentu seperti sayap dan ceker," ujarnya.

Walta pun mengatakan, jika ayam potong tumbuh lebih besar dan cepat karena hasil rekayasa genetika, tidak membahayakan. "Sama seperti dulu, padi hanya bisa dipanen setahun sekali. Sekarang, 3-4 kali setahun. Demikian juga kelapa, untuk kopra, dibuatlah kelapa hibrida yang tumbuhnya tidak tinggi-tinggi sehingga mudah dipanen," katanya.

Dikutip dari situs Detik.com, dokter spesialis bedah onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, Ramadhan, mengatakan belum ada bukti medis yang menyebut bahwa sayap dan ceker ayam dapat menyebabkan kanker.

"Itu kan baru asumsi. Umur ayam kan pendek sampai dia dipotong. Kalau dipotong, obat hormonnya itu masih ada atau belum habis, lalu dimakan menyebabkan kanker, sampai sekarang belum ada buktinya," kata Ramadhan.

Hal serupa juga dijelaskan oleh dokter spesialis bedah onkologi, Drajat Suardi. Menurut dia, sayap dan ceker ayam belum tentu menyebabkan kanker bagi orang yang sering mengkonsumsinya.

"Semua yang kolesterolnya tinggi juga bisa memicu kanker. Kalau kanker payudara itu kan memang erat kaitannya dengan hormon estrogen. Makanan yang mengandung kolesterol tinggi bisa memicu terjadinya kanker karena mengakibatkan kemudahan terbentuknya estrogen. Sehingga, kalau estrogennya subur, ya bisa memicu kanker, salah satunya kanker payudara," kata Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia tersebut.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa sayap dan ceker ayam dapat menyebabkan kanker merupakan klaim yang keliru. Menurut dokter, belum ada bukti medis yang mendukung klaim tersebut. Selain itu, penyuntikan hormon untuk ayam potong sudah dilarang di Indonesia sejak 1970. Ayam potong bisa tumbuh lebih besar dan cepat karena rekayasa genetika.

ZAINAL ISHAQ

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id