Menyesatkan: Vaksin Hanya Produk Rekayasa yang Membahayakan Generasi Mendatang
Rabu, 14 Mei 2025 19:20 WIB

SEBUAH akun di Threads [arsip] membagikan video berisi pernyataan dr Agung Sapta Adi mengenai vaksin, pada 8 Mei 2025. Pernyataan tersebut dihubungkan dengan rencana uji coba vaksin tuberkulosis (TBC) yang dikembangkan oleh Bill Gates Foundation.
Video itu beredar di tengah kunjungan pendiri Microsoft itu ke Indonesia pada 7 Mei 2025. Dalam video tersebut, dr. Agung Sapta Adi mengatakan, vaksin disiapkan sebelum ada penyakitnya sehingga berbahaya bagi kesehatan generasi mendatang seperti menjadi bodoh atau mandul. Dia juga menyebut bahwa Melinda & Bill Gates Foundation hanya menjadikan Indonesia sebagai pasar untuk vaksin.
Benarkah vaksin adalah rekayasa yang dapat membahayakan generasi mendatang?
PEMERIKSAAN KLAIM
Tim Cek Fakta Tempo memverifikasi klaim tersebut dengan bantuan Google Lens dan wawancara ahli. Hasilnya, vaksin memiliki lebih banyak manfaat bagi kesehatan.
Sumber video yang beredar tersebut berasal dari unggahan akun YouTube Refly Harun pada 20 Oktober 2024 berjudul Live Dokter Agung Sapta Adi: Kesehatan yang Sakit! Intervensi Global di Balik Menteri Kesehatan RI!.
Video tersebut direkam jauh sebelum kedatangan Bill Gates ke Indonesia pada 7 Mei 2025.
Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman menilai bahwa klaim yang menyebut bahwa vaksin adalah rekayasa karena dibuat sebelum sakitnya muncul adalah bentuk kesalahpahaman. Dalam prinsip public health intervention, upaya pencegahan menjadi strategi utama. Vaksin merupakan senjata utama public health.
Vaksin adalah bagian dari strategi kesehatan publik yang menekankan pencegahan, bukan pengobatan setelah sakit. Jika seseorang sudah jatuh sakit, maka pencegahan menjadi terlambat dan dampaknya merugikan banyak pihak, termasuk secara ekonomi.
“Yang namanya vaksin memang dibuat sebelum orang tersebut sakit. Gunanya untuk melindungi. Tindakan ini dinamakan preemptive atau pencegahan,” kata Dicky kepada Tempo, Kamis, 9 Mei 2025.
Salah satu kebutuhan mendesak akan vaksin yakni terkait dengan penyakit tuberkulosis atau TBC. Dilansir dari Kementerian Kesehatan RI, Laporan Global Tuberculosis pada 2024, Indonesia menempati posisi kedua dunia dalam hal beban kasus TBC setelah India. Diperkirakan terdapat 1.090.000 kasus TBC dan 125.000 kematian setiap tahun. Ini berarti ada sekitar 14 kematian setiap jamnya.
Pada tahun 2024, ditemukan sekitar 885 ribu kasus TBC, dengan distribusi yang menunjukkan bahwa 496 ribu kasus terjadi pada laki-laki, 359 ribu pada perempuan, serta 135 ribu kasus pada anak-anak usia 0-14 tahun.
Menurut Dicky, Indonesia telah kehilangan produktivitas karena TBC tersebut banyak diderita oleh usia produktif (15-44 tahun).
Bill Gates dan Vaksin TBC
Bill Gates telah berulang kali menjadi sasaran disinformasi dan teori konspirasi mengenai vaksin, utamanya sejak pandemi COVID-19. Tim riset perusahaan teknologi Blackbird.AI, mendokumentasikan 500 ribu percakapan online di media sosial tradisional, platform percakapan, berita dan web gelap yang menargetkan Bill Gates dengan narasi berbahaya. Percakapan itu terkoordinasi, tidak otentik, dan melakukan serangan naratif yang memanipulasi opini publik dengan klaim yang menimbulkan rasa takut.
Di sektor vaksin, Bill Gates melalui Bill & Melinda Gates Foundation telah lama aktif mendukung pengembangan dan memperluas akses vaksin global, khususnya untuk penyakit menular di negara-negara berkembang. Vaksin-vaksin yang didukung Bill Gates di antaranya pneumonia pneumokokus, rotavirus, meningitis A, kolera, HPV dan polio.
Melalui Gates Medical Research Institute (Gates MRI), anak organisasi nirlaba Bill & Melinda Gates Foundation, telah mensponsori uji coba vaksin TBC M72/AS01E. Kandidat vaksin ini telah dikembangkan sejak awal tahun 2000-an.
Data tuberkulosis di seluruh dunia pada 2022 (Sumber: Our World Data)
Menurut Our World Data, TBC masih menjadi penyakit yang umum di daerah-daerah miskin di dunia dan menjadikannya salah satu penyebab kematian paling umum dari penyakit menular secara global, khususnya terjadi di banyak negara di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan.
Namun, menurut Badan Kesehatan Dunia, vaksinasi BCG yang tersedia sejak 1921 untuk TBC selama ini, hanya memberikan perlindungan parsial untuk bayi dan anak kecil, tetapi tidak melindungi remaja dan orang dewasa yang sebagian besar tertular TBC. Oleh karena itu, dibutuhkan vaksin TBC baru agar target penurunan angka kematian TBC sebesar 95% dan penurunan angka kejadian TB sebesar 90% di seluruh dunia pada tahun 2035 terpenuhi.
Kebutuhan pendanaan untuk vaksin TBC yang mendesak itulah, mendorong Bill Gates foundation berkomitmen mendukung pengembangan vaksin tersebut yang dievaluasi secara klinis oleh perusahaan biofarmasi GSK, serta bermitra dengan Aeras dan International AIDS Vaccine Initiative (IAVI).
Pada Oktober 2023, Gates MRI mengumumkan peluncuran uji klinis fase 3 untuk kandidat vaksin TBC M72/AS01E. Uji ini dilakukan di tujuh negara dengan jumlah TBC yang tinggi yakni Afrika Selatan, Zambia, Kenya, Malawi, Mozambique, India, dan Indonesia. Di Indonesia, uji dilakukan pada lima pusat riset dengan melibatkan sekitar 2.500 relawan.
Menurut Gates MRI, vaksin ini menunjukkan efektivitas 54% dalam uji fase 2B terhadap perkembangan TB aktif pada individu dengan infeksi TB laten. Uji klinis ini diharapkan berlangsung selama empat hingga lima tahun dan melibatkan lebih dari 20.000 peserta di seluruh dunia.
Uji Klinis di Indonesia
Tempo melansir bahwa pemerintah telah merekrut 2.095 partisipan untuk mengikuti uji klinik fase 3. Uji klinik melibatkan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), RS Universitas Indonesia (RSUI), RSUP Persahabatan, RS Islam Cempaka Putih Jakarta, serta Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK UNPAD) di Bandung.
Seluruh pelaksanaan uji klinik vaksin M72 di Indonesia diawasi secara ketat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan RI, serta para ahli vaksin TBC nasional dan global. Jika berhasil, vaksin TBC ini akan menjadi harapan bagi Indonesia. “Ini penting sekali untuk mencegah penularan TB pada orang dewasa muda dan dewasa,” kata Spesialis Penyakit Dalam, Prof. Dr. Zubairi Djoerban.
KESIMPULAN
Hasil verifikasi Tempo tentang klaim bahwa vaksin produk rekayasa yang dapat membahayakan generasi mendatang adalah menyesatkan.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]