Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, Pengakuan Sri Mulyani Tentang Obat Hipertensi Rekomendasi Dokter Terawan

Senin, 6 Mei 2024 22:21 WIB

Keliru, Pengakuan Sri Mulyani Tentang Obat Hipertensi Rekomendasi Dokter Terawan

Sebuah akun Facebook mengunggah sebuah video dengan narasi yang menyebutkan bahwa nyawa Sri Mulyani dan kerabatnya berkat obat hipertensi rekomendasi Dokter Terawan yang tidak dijual di apotek.

“Hipertensi telah merenggut nyawa semua kerabat saya dan saya merasa bahwa saya akan segera mati juga. Namun berkat obat ini saya lupa akan tekanan darah tinggi, nyeri dada dan kelelahan kronis. Obat revolutioner baru telah menyelamatkan nyawa puluhan ribu orang Indonesia. Hal pertama yang akan anda alami, jika tidak mengkonsumsi obat ini adalah kematian akibat hipertensi, operasi yang mahal dan rumit atau hidup dalam siksaan……...” 

Benarkah Sri Mulyani mengatakan demikian? Berikut pemeriksaan faktanya.

PEMERIKSAAN FAKTA

Tim Cek Fakta Tempo memeriksa klaim dalam video ini dengan menemukan sumber asli dan analisis video dengan menggunakan Deepware.ai dan AI Voice Detector.

Sumber Video

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, video tersebut identik dengan tayangan VOA berjudul “VOA Interview: Indonesia's Sri Mulyani Indrawati” pada tanggal 22 November 2022.

Video ini merupakan wawancara Kepala Biro Gedung VOA, Patsy Widakuswara dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Wawancara ini terkait kondisi geopolitik dan ketegangan yang dihadapi Indonesia sebagai tuan rumah KTT G-20 di Bali.

Analisis Video

Tim Cek Fakta Tempo juga menganalisis video tersebut dengan dengan Deepware.ai dan AI Voice Detector. Analisis Avatarify dan Deepware menunjukkan video tersebut tidak terdeteksi sebagai deepfake. Namun, Saferbekov menganalisis video tersebut 98% sebagai deepfake, begitu pula Ensemble sebesar 90%.

Selain itu, analisis dengan AI Voice Detector menunjukkan bahwa suara Sri Mulyani dalam video tersebut 11% merupakan AI Voice dan 88,40% natural voice. 

Tempo juga melakukan analisis secara manual menunjukan hal-hal janggal yang tidak presisi pada gerakan bibir dan wajah Sri Mulyani. Bentuk dan gerakan bibir terlihat terputus-putus setiap ganti kata, khususnya pada bibir bawah. Gerakan bibir yang tidak wajar adalah salah satu indikasi depfake.

Selain itu, setelah menonton secara keseluruhan video wawancaranya bersama VOA, tidak ada satupun kalimat yang menyebut obat hipertensi.

Dalam bagian lain video terdapat Dokter Terawan turut merekomendasikan obat hipertensi itu. Berdasarkan arsip Cek Fakta Tempo, Dokter Terawan memang kerap dijadikan sasaran deepfake khususnya terkait isu kesehatan. Hasil pemeriksaan deepfake Terawan bisa dibaca pada link 1 dan link 2.

Cara mencegah dan menangani hipertensi

Laman Kementerian Kesehatan menyebutkan seseorang didiagnosis hipertensi jika hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan hasil tekanan sistol (angka yang pertama) ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan diastol (angka yang kedua) ≥ 90 mmHg pada lebih dari 1(satu) kali kunjungan.

Berdasarkan Tata Laksana Hipertensi Dewasa secara keseluruhan prevalensi hipertensi sekitar 30-45% pada orang dewasa dan meningkat progresif prevalensinya seiring bertambahnya usia, dimana diketahui bahwa terdapat prevalensi >60% pada usia >60 tahun.

Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia dr. Erwinanto, Sp. JP(K), FIHA mengatakan, jika seseorang menderita hipertensi dan tidak dikontrol, akan menjadi kontributor tunggal yang utama untuk penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal.

“Hipertensi adalah penyakit kronik yang tidak bisa disembuhkan. Jadi kalau seseorang tekanan darahnya sudah mencapai target bukan berarti dia sembuh, tapi terkontrol. Kalau sudah terkontrol maka diharapkan penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal, risikonya akan menurun,” kata Edwinanto, seperti yang dilansir laman Kementerian Kesehatan.

Ia juga mengatakan bahwa hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan buah, konsumsi garam berlebih, obesitas, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan stres. Keberhasilan mengontrol tekanan darah mencapai target terbukti menurunkan kejadian stroke sebesar 30-40% dan kejadian penyakit jantung koroner sebesar 20%.

Erwinanto juga menyarankan untuk perbanyak makan sayur, buah, sedikit lemak jenuh, ikan, dan sedikit gula. Hal itu harus diiringi dengan berolahraga secara teratur 30 menit per hari. Serta membatasi konsumsi garam hanya 5-6 gram perhari.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, video Sri Mulyani tentang obat hipertensi adalah keliru.

Video tersebut merupakan hasil deepfake. Video aslinya merupakan wawancara Sri Mulyani dengan Patsy Widakuswara dari VOA tentang KTT G-20 di Bali.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id