Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, Video Terawan Agus Putranto Menemukan Obat Diabetes

Jumat, 4 Agustus 2023 18:13 WIB

Keliru, Video Terawan Agus Putranto Menemukan Obat Diabetes

Sebuah akun Facebook mengunggah video yang menampilkan wajah Terawan Agus Putranto yang mengklaim telah menemukan obat penyembuhan diabetes hanya dengan sekali pengobatan. Dalam video tersebut, seseorang yang menyerupai dokter Terawan itu mengatakan:

Saya menghimbau kepada warga negara Indonesia. Jika Anda ingin menyembuhkan diabetes selamanya, ini kesempatan terakhir Anda. Kami telah menciptakan obat yang akan menghilangkan diabetes hanya dalam satu kursus. Berhenti memberi uang untuk obat berbahaya di apotik. Hari ini adalah hari terakhir. Saya, Terawan Agus Putranto, menjamin Anda secara pribadi.

Benarkah Terawan mengatakan telah menemukan obat penyembuh diabetes? Berikut pemeriksaan faktanya.

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memverifikasi video tersebut Tim Cek Fakta Tempo menggunakan Google Reserve Image, Deepware AI, dan media sosial untuk mencari sumber foto atau video. Kami juga membandingkan klaim tersebut dengan pernyataan ahli dan hasil penelitian. Berikut ini hasil cek faktanya:

Video

Berdasarkan penelusuran Tempo, fragmen video Terawan Agus Putranto tersebut identik dengan sampul Majalah KAGAMA edisi 33 tahun 2019. Foto karya Dhody Syailendra tersebut juga diunggah di akun Instagram @terawanagusputranto.id.

Dalam edisi di Kagama.co tersebut, Terawan tidak berbicara soal obat diabetes, namun dia menceritakan tentang perjalanan karirnya sebagai tentara hingga diangkat  sebagai Kepala RSPAD Gatot Subroto, Jakarta dan dokter kepresidenan. Pada tahun 2015, dia resmi ditunjuk sebagai Kepala RSPAD.

Dalam penelusuran di media sosial dan laman website yang kredibel, Terawan tidak pernah berbicara soal obat diabetes. 

Tempo menganalisis bahwa video Terawan tersebut adalah hasil rekayasa dari sebuah foto yang diolah sehingga dapat bergerak dan berbicara dengan suara mirip milik Terawan. Teknik ini dikenal sebagai deepfake. Menurut Business Insider, deepfake menggunakan kecanggihan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk menghasilkan video atau audio yang benar-benar baru, dengan tujuan akhir untuk menggambarkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi pada kenyataannya.

Hasil analisis Tim Cek Fakta Tempo menemukan hal-hal janggal yang tidak presisi sebagai salah satu indikasi deepfake:  

1. Gerakan mata yang tidak wajar

Bila diperhatikan, alis mata dan pupil tidak bergerak dan jarang berkedip sepanjang video. Pada mata yang normal, alis dan pupil mata ikut bergerak sesuai arah mata memandang, serta dapat membesar atau mengecil. Frekuensi kedipan mata orang dewasa bervariasi antara 10-15 kali per menit. 

Lalu, pada foto asli, ada pantulan cahaya pada pupil mata, yang bisa jadi disebabkan sumber cahaya seperti flash kamera atau lampu. Sedangkan di video pantulan tersebut hilang. Selain itu ada area blur (tidak fokus) pada area pojok mata.

2. Bentuk atau gerakan tubuh yang aneh

Pada detik ke-10, terlihat saat dagu menyentuh tangan terdapat distorsi, yakni tangan tampak melengkung dan jari tengah tampak bengkok. Termasuk juga bentuk dan gerakan bibir yang terputus-putus setiap ganti kata. 

Sementara gigi Terawan terlihat putih dan terlihat rapi. Padahal dalam foto yang diunggah Kompas, saat Terawan membuka mulut, giginya tidak rata atau tidak teratur.

3. Posisi fitur sekitar wajah yang tidak wajar

Dalam video ini, posisi bibir saat bicara, khususnya bibir bawah tampak lebih tebal dan seakan ada dua lapisan. Hal ini tampak berbeda dengan bentuk bibir Terawan dalam pose yang serupa, dari foto yang diunggah CNBC

Berikutnya, jika kita memperhatikan secara mendetil, raut muka, gerakan wajah, telinga, tangan, dan lehernya tidak sinkron. Wajah terlihat bergerak sendiri, terlepas dari leher. Gerakannya tampak patah-patah seperti gerakan robot. 

Juga posisi hidung yang tidak sinkron dengan gerakan wajah. Saat bergerak, ada bayangan dan area blur (tidak fokus) pada hidung sebelah kiri dan dibawah telinga sebelah kiri.

4. Suara yang tidak identik

Produser deepfake biasanya lebih fokus pada visual daripada suara. Jika dibandingkan dengan suara asli, seperti dalam wawancara Kompas TV, suaranya berbeda. Pengucapan kata terpatah-patah seperti suara robot.

Tim Cek Fakta Tempo juga membuat simulasi dengan platform video AI D ID, dengan narasi yang serupa. Hasilnya identik.

Pengobatan Diabetes 

Kepada Tim Cek Fakta Tempo, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya (Ubaya) dr. Heru Wijono, SpPD mengatakan belum ditemukan terapi pada diabetes dengan hanya sekali terapi. “Sampai sekarang belum ada. Semua terapi yang menjanjikan harus melalui uji klinis untuk memastikan aman dikonsumsi masyarakat,” kata Heru kepada Tempo.

Heru mengatakan, sebelum bicara diabetes itu bisa sembuh atau tidak, melakukan diagnosis diabetes sendiri tidaklah mudah. Diagnosis diabetes bukan hanya dilihat dari kenaikan gula darah, tapi juga kadar hemoglobin yang terikat dengan gula darah (Hba1c) dan gejala klinis yang menyertai.

“Pengobatan diabetes bisa dilakukan dalam empat tahap. Pertama, pengaturan diet; kedua, olahraga teratur; ketiga, tidak merokok dan konsumsi alkohol; dan keempat, obat diabetes,” tegasnya.

Tahap pertama sampai ketiga bisa dilakukan secara mandiri. Sedangkan tahap keempat, yakni penggunaan obat, harus dengan pengawasan dokter.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa unggahan video dengan judul “Terawan Agus Putranto Menemukan Obat Diabetes” adalah keliru.

Berdasarkan pemeriksaan fakta, video tersebut merupakan manipulasi teknologi AI alias deepfake. Sampai saat ini belum ada terapi terhadap diabetes yang dilakukan hanya sekali. Penggunaan obat diabetes harus dengan pengawasan dokter agar dapat dipastikan obat tersebut sudah melalui uji klinis dan rekomendasi BPOM.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id