Keliru, Dokter Terawan Menemukan Obat Hipertensi
Selasa, 30 April 2024 17:05 WIB
Sebuah video beredar di Facebook menampilkan seseorang yang menyerupai dokter Terawan Agus Putranto memberikan keterangan mengenai obat hipertensi.
Pada keterangan video tertulis “Tekanan darah 120/80 dalam 3 hari! Tekanan darah Anda akan menjadi 120/80 dan Anda akan kembali normal!”
Benarkah Dokter Terawan mengembangkan obat tekanan darah tinggi? Berikut pemeriksaan faktanya.
PEMERIKSAAN FAKTA
Tim Cek Fakta Tempo memeriksa klaim video ini dengan menelusuri keterangan ahli dan keaslian video dengan analisis deepfake menggunakan beberapa tools.
Sumber Video
Tim Cek Fakta Tempo memeriksa keaslian video menggunakan Deepfake Detectors. Hasilnya, tools ini menunjukkan analisis Deepware menyatakan 99% deepfake, Seferbekov menyatakan 99% deepfake, dan Ensemble menyatakan 99% deepfake.
Untuk diketahui, deepfake menggunakan kecanggihan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk menghasilkan video atau audio yang benar-benar baru, dengan tujuan akhir untuk menggambarkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi pada kenyataannya. Deepfake dibuat menggunakan dua algoritma AI yang disebut generator dan diskriminator.
Deepfake dapat dianalisis dengan menggunakan tools dan pemeriksaan mendalam terhadap video dan suara. Seperti yang dilakukan Tim Cek Fakta Tempo pada video dokter Terawan tentang obat diabetes pada tahun 2023.
Berdasarkan arsip Tim Cek Fakta Tempo, deepfake yang menggunakan figur Dokter Terawan sering digunakan untuk menyebarkan klaim menyesatkan tentang obat-obatan dan seputar isu kesehatan. Misalnya, pada tahun 2023, beredar video Terawan Agus Putranto menemukan obat diabetes, berdasarkan keterangan ahli, analisis suara dan gerak wajah klaim tersebut keliru.
Dilansir Tirto, Terawan Agus Putranto merupakan dokter spesialis radiologi. Ia merupakan lulusan pascasarjana radiologi di Universitas Airlangga, Surabaya dan doktoral di Universitas Hasanuddin, Makassar. Sedangkan terapi medis hipertensi dilakukan dokter spesialis penyakit dalam.
Cara mencegah dan menangani hipertensi
Laman Kementerian Kesehatan menyebutkan seseorang didiagnosis hipertensi jika hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan hasil tekanan sistol (angka yang pertama) ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan diastol (angka yang kedua) ≥ 90 mmHg pada lebih dari 1(satu) kali kunjungan.
Berdasarkan Tata Laksana Hipertensi Dewasa secara keseluruhan prevalensi hipertensi sekitar 30-45% pada orang dewasa dan meningkat progresif prevalensinya seiring bertambahnya usia, dimana diketahui bahwa terdapat prevalensi >60% pada usia >60 tahun.
Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia dr. Erwinanto, Sp. JP(K), FIHA mengatakan, jika seseorang menderita hipertensi dan tidak dikontrol, akan menjadi kontributor tunggal yang utama untuk penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal.
“Hipertensi adalah penyakit kronik yang tidak bisa disembuhkan. Jadi kalau seseorang tekanan darahnya sudah mencapai target bukan berarti dia sembuh, tapi terkontrol. Kalau sudah terkontrol maka diharapkan penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal, risikonya akan menurun,” kata Edwinanto, seperti yang dilansir laman Kementerian Kesehatan.
Ia juga mengatakan bahwa hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan buah, konsumsi garam berlebih, obesitas, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan stres. Keberhasilan mengontrol tekanan darah mencapai target terbukti menurunkan kejadian stroke sebesar 30-40% dan kejadian penyakit jantung koroner sebesar 20%.
Erwinanto juga menyarankan untuk perbanyak makan sayur, buah, sedikit lemak jenuh, ikan, dan sedikit gula. Hal itu harus diiringi dengan berolahraga secara teratur 30 menit per hari. Serta membatasi konsumsi garam hanya 5-6 gram perhari.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan video dengan klaim “Dokter Terawan Menemukan Obat Hipertensi” adalah keliru.
Video tersebut merupakan deepfake. Penanganan medis terhadap penderita hipertensi harus dilakukan dokter spesialis penyakit dalam. Hipertensi juga merupakan penyakit kronik yang tidak bisa disembuhkan. Jika seseorang tekanan darahnya sudah mencapai target bukan berarti dia sembuh, tapi terkontrol.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]