Keliru, HAARP Sebabkan Tsunami Aceh 2004 dan Digunakan untuk Krisis Pangan Dunia

Selasa, 9 Mei 2023 13:10 WIB

Keliru, HAARP Sebabkan Tsunami Aceh 2004 dan Digunakan untuk Krisis Pangan Dunia

Tempo menerima permintaan warganet untuk memeriksa tentang konten yang memuat klaim bahwa proyek High Frequency Active Auroral Research Program (HAARP) telah digunakan untuk memunculkan tsunami Aceh pada tahun 2004 dengan jumlah korban lebih dari 200 ribu jiwa. 

Dikatakan juga bahwa saat ini HAARP tengah diarahkan untuk menciptakan krisis pangan di dunia. Informasi itu diklaim dibocorkan oleh Edward Snowden, seorang whistleblower yang membocorkan informasi yang sangat rahasia dari Badan Keamanan Nasional pada tahun 2013, dalam sebuah buku berjudul ‘Konspirasi Bencana Alam’ atau ‘Weather Warfare’ yang ditulis oleh Smith Jeffrey. 

Benarkah klaim-klaim tersebut?  

PEMERIKSAAN FAKTA

Tim Cek Fakta Tempo memverifikasi klaim-klaim itu menggunakan informasi dari sumber-sumber terpercaya yang relevan. Ditemukan sejumlah informasi ilmiah yang berbeda dengan klaim-klaim yang beredar tersebut.

Klaim 1: HAARP sebabkan tsunami di Aceh tahun 2004 yang menewaskan lebih dari 200 ribu orang.

Fakta 1: Tidak ada penelitian kredibel yang menyatakan bahwa High Frequency Active Auroral Research Program (HAARP) milik Amerika Serikat menjadi penyebab gempa dan tsunami Aceh pada 2004. Dikutip dari DW, gempa terjadi di Samudera Hindia selama 10 menit dengan kekuatan antara 9,1 sampai 9,3 skala richter (SR) pada 26 Desember 2004. Pusatnya berada di sekitar 100 kilometer sebelah barat Sumatera, tepatnya di kedalaman 30 kilometer di bawah permukaan air laut.

Gempa itu disebabkan lempengan Samudera Hindia yang bergerak menunjam atau menelusup ke bawah lempengan Benua Eurasia. Dampaknya, ada permukaan dasar laut yang naik hingga 10 meter yang juga berpengaruh pada meningkatnya tinggi gelombang di permukaan air laut.

California institute of Technology juga menjelaskan bahwa gempa bumi di Aceh berasal dari perbatasan antara lempeng tektonik India/Australia dan Eurasia, yang melengkung sejauh 5.500 kilometer (3.400 mil) dari Myanmar melewati Sumatera dan Jawa menuju Australia. Di dekat Sumatra, lempeng India/Australia bergerak ke arah utara-timur laut dengan kecepatan sekitar 60 milimeter (2,4 inci) per tahun. Lempeng-lempeng tersebut bertemu 5 kilometer (3 mil) di bawah laut di Palung Sumatra, di dasar Samudra Hindia. 

Kontak antara kedua lempeng tersebut adalah patahan gempa bumi, yang kadang-kadang disebut "megathrust". Kedua lempeng tidak meluncur dengan mulus melewati satu sama lain di sepanjang megathrust, tetapi bergerak dengan cara "stick-slip". Artinya, megathrust tetap terkunci selama berabad-abad, dan kemudian tergelincir secara tiba-tiba beberapa meter, menghasilkan gempa bumi besar pada 2004 tersebut.

HAARP sendiri bukanlah teknologi yang bisa menciptakan gempa bumi dan tsunami. Sebelumnya, klaim bahwa HAARP bertanggung jawab pada gempa Turki juga beredar di media sosial. 

Dalam artikel Cek Fakta Tempo sebelumnya, mengutip  Robert McCoy, Direktur Lembaga Geofisika di Universitas Alaska Fairbanks, HAARP pada dasarnya adalah radio gelombang pendek yang  digunakan untuk melakukan eksperimen pada petak 100 x 100 kilometer di atas ionosfer. 

Transmisi dari HAARP hanya menyebabkan efek kecil di ionosfer yang berlangsung beberapa detik. Selain itu, fasilitas ini hanya dioperasikan beberapa jam setiap tahun. Jumlah energi frekuensi tinggi yang berasal dari operator radio amatir di seluruh dunia hampir pasti melebihi transmisi dari HAARP. 

“HAARP tidak dapat mempengaruhi fenomena alam yang disebutkan seperti gempa bumi dan badai salju, dan tidak mungkin dapat berinteraksi dengan manusia atau mempengaruhinya,” kata McCoy dikutip dari dari climatefeedback.org, situs yang berfokus pada verifikasi misinformasi mengenai iklim

Klaim 2: Edward Snowden menyatakan HAARP saat ini digunakan sebagai senjata pembunuh dengan menciptakan krisis pangan global.

Fakta 2: Snowden tidak pernah menyatakan bahwa HAARP digunakan untuk melakukan pembunuhan massal, seperti yang telah diperiksa oleh media terkemuka seperti Reuters dan USAToday.

Reuters menulis asal mula Snowden dikaitkan dengan HAARP terjadi pada 10 Juli 2013, yakni tatkala sebuah situs Internet Chronicle, menerbitkan cerita yang diduga ditulis oleh Oliver Wilis. Artikel tersebut menyatakan sejumlah klaim, di antaranya bahwa Snowden memberikan dokumen yang membuktikan bahwa HAARP "terlibat dalam program pembunuhan dan pengendalian pikiran, meskipun tidak pernah ada bukti atas dokumen tersebut.

Editor Internet Chronicle, James Galloway, mengkonfirmasi dalam sebuah email bahwa konten situs Internet Chronicle adalah satire. Namun konten tersebut kemudian dibagikan ulang tanpa judul asli dan disertai tambahan materi mengenai penggunaan HAARP untuk mengendalikan cuaca, yang diterbitkan oleh American Media Group pada 10 Februari 2023.

Klaim 3: Pernyataan Edward Snowden tersebut diterbitkan di buku ‘Weather Warfare’ yang ditulis oleh Smith Jeffrey.

Fakta 3: Buku Smith Jeffrey yang terbit pada 2006 itu tak memuat apapun pernyataan dari Edward Snowden. Hal itu berdasarkan pencairan nama Edward Snowden di dalam buku tersebut menggunakan kolom pencarian di Google Book. Selain itu, gambar sampul atau kover asli buku tersebut berbeda yang beredar di WhatsApp. Anda bisa membandingkannya dengan tampilan buku asli di situs jual-beli Amazon.com.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelusuran Tempo, bisa disimpulkan bahwa klaim HAARP adalah penyebab tsunami Aceh 2004 dan Snowden menyatakan sekarang fasilitas itu digunakan untuk menciptakan krisis pangan global adalah keliru

Tsunami Aceh 2004 disebabkan gempa selama 10 menit yang terjadi karena tumbukan dua lempengan kontinental di Samudera Hindia. Sementara klaim Edward Snowden menyatakan HAARP digunakan untuk menciptakan krisis pangan global, merupakan klaim muncul dari situs web yang berisi satire dan sindiran.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]