Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, Pernyataan WHO dan CDC soal Infeksi Covid-19 Beri Imunitas Lebih Baik Dibandingkan Vaksin

Senin, 11 Juli 2022 09:22 WIB

Keliru, Pernyataan WHO dan CDC soal Infeksi Covid-19 Beri Imunitas Lebih Baik Dibandingkan Vaksin

Sebuah pesan berantai diterima Tempo dari grup Telegram, Jumat 8 Juli 2022. Pesan tersebut berisi klaim bahwa WHO dan CDC telah mengumumkan perihal kekebalan alami yang jauh lebih baik daripada kekebalan lewat vaksin Coid-19.

Disebut juga bahwa sejumlah negara seperti Israel, Inggris, Skotlandia, dan Republik Ceko telah menghentikan paspor vaksin karena telah menyatakan kekebalan alami lebih baik daripada vaksin. 

Those who have not been vaccinated have won!! Yeah!! especially because your immune systems were not damaged by the vaccines! WHO and CDC have announced today that natural immunity is much better than vaccine immunity!!

Tangkapan layar hoaks pernyataan WHO soal vaksin dan kekebalan alamiah yang beredar di Telegram.

Pesan berantai itu memuat tautan ke laman WHO dengan klaim bahwa Badan Kesehatan Dunia tersebut telah mencabut larangan perjalanan internasional yang memberi tekanan ekonomi dan sosial bagi negara-negara anggota. Diklaim juga, bukti vaksinasi Covid-19 tidak lagi diperlukan sebagai satu-satunya cara atau syarat untuk mengizinkan perjalanan internasional.   

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memverifikasi pesan itu, Tim Cek Fakta Tempo mengecek tautan laman World Health Organization (WHO) yang disertakan dalam pesan berantai tersebut. Tautan tersebut berisi artikel berjudul Statement on the tenth meeting of the International Health Regulations (2005) Emergency Committee regarding the Coronavirus Disease (COVID-19) pandemic yang terbit pada Rabu, 19 Januari 2022.

Artikel itu memuat prosiding rapat anggota dan Penasihat Komite Darurat tentang pandemi penyakit coronavirus (COVID-19) berlangsung pada hari Kamis 13 Januari 2022 mulai pukul 12:00 hingga 17:00 Waktu Jenewa (CEST). Dalam konferensi itu, Komite memberikan 11 rekomendasi sementara dalam penanganan Covid-19. Dari 11 rekomendasi tersebut, tidak menyebut bahwa infeksi alami Covid-19 memberikan kekebalan yang jauh lebih baik daripada kekebalan yang didapat dari vaksin.  

Penasihat Komite menyebut bahwa vaksin Covid-19 saat ini masih efektif dalam mengurangi risiko keparahan penyakit dan kematian akibat Covid19. Vaksin memang tidak sepenuhnya menghilangkan risiko penularan SARS-CoV-2 (semua varian).

Oleh karena itu, strategi global yang terkoordinasi sangat penting untuk memastikan perlindungan populasi berisiko tinggi di mana-mana, dengan fokus khusus di negara-negara yang memiliki tingkat vaksinasi rendah, terutama di bawah 10%. 

Untuk mendapatkan strategi vaksinasi yang optimal untuk mengurangi infeksi, morbiditas dan mortalitas, Komite menekankan pentingnya mengoordinasikan penelitian tentang kombinasi vaksin heterolog, mempertimbangkan juga kekebalan alami setelah infeksi, dan kebutuhan produsen untuk memproduksi dan berbagi data yang relevan.

Rekomendasi terkait vaksin yang dibahas antara lain pada poin 8 adalah meminta negara-negara mengenali semua vaksin yang telah menerima Daftar Penggunaan Darurat oleh WHO dan semua kombinasi vaksin heterolog sesuai rekomendasi SAGE, termasuk dalam konteks perjalanan internasional. Negara-Negara Pihak juga diminta untuk mendukung penelitian guna mendapatkan strategi vaksinasi yang optimal untuk mengurangi infeksi, morbiditas dan mortalitas.

Pada poin 9, Komite menegaskan agar negara-negara mengatasi kesenjangan dan tantangan pelibatan masyarakat dan komunikasi yang ditimbulkan oleh misinformasi pandemi (infodemi) di tingkat nasional dan lokal untuk mengurangi penularan COVID-19, melawan informasi yang salah dan ancaman terhadap pekerja garis depan, serta meningkatkan penerimaan vaksin COVID-19 yang berlaku.

Ini membutuhkan pesan penguatan bahwa respons kesehatan masyarakat yang komprehensif diperlukan, termasuk penggunaan PHSM yang berkelanjutan di samping peningkatan cakupan vaksinasi.

Selain WHO, Tempo juga menelusuri klaim infeksi alami memberikan kekebalan yang lebih baik ketimbang vaksin oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC). Hasilnya, CDC tidak pernah menyatakan klaim tersebut.

Sebaliknya, CDC pernah mempublikasikan penelitian pada 6 Agustus 2021 yang menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 memberikan perlindungan yang jauh lebih tinggi dibandingkan infeksi Covid-19. 

Penelitian berjudul Reduced Risk of Reinfection with SARS-CoV-2 After COVID-19 Vaccination — Kentucky, May–June 2021 tersebut dilakukan oleh Alyson M. Cavanaugh, Layanan Intelijen Epidemi, CDC sekaligus Departemen Kesehatan Publik Negara Bagian Kentucky, bersama empat ahli kesehatan lainnya. 

Studi itu untuk mengevaluasi kaitan antara vaksinasi dan infeksi ulang virus SARS-CoV-2 pada penduduk Kentucky selama Mei–Juni 2021 di antara orang-orang yang sebelumnya terinfeksi SARS-CoV-2 pada tahun 2020. Hasil penelitian tersebut menunjukkan penduduk Kentucky yang tidak divaksin Covid-19, mendapatkan kemungkinan terinfeksi ulang virus SARS-Cov-2 sebesar 2,34 kali dibandingkan dengan mereka yang mendapat vaksinasi lengkap. 

Klaim WHO dan Negara-negara Mencabut Larangan Perjalanan Internasional

Pada poin 6 prosiding Konferensi Penasihat Komite Darurat WHO, memang memberikan rekomendasi untuk mencabut atau melonggarkan larangan lalu lintas internasional karena tidak memberikan nilai tambah dan terus berkontribusi pada tekanan ekonomi dan sosial yang dialami oleh negara pihak. 

Rekomendasi itu berdasarkan kegagalan pembatasan perjalanan yang diberlakukan sejumlah negara untuk membatasi penyebaran internasional varian Omicron, namun hasilnya justru tidak efektif dari waktu ke waktu. Menurut Komite, langkah-langkah perjalanan (seperti masker, pengujian, isolasi/karantina, dan vaksinasi) harus didasarkan pada penilaian risiko dan menghindari menempatkan beban keuangan pada pelaku perjalanan internasional sesuai Pasal 40 International Health Regulation (IHR). 

Kemudian pada poin 7, Komite memperpanjang rekomendasinya untuk tidak memerlukan bukti vaksinasi Covid-19 untuk perjalanan internasional karena satu-satunya jalur atau kondisi yang memungkinkan perjalanan internasional dengan akses global yang terbatas dan distribusi vaksin yang tidak merata. 

Negara pihak harus mempertimbangkan pendekatan berbasis risiko untuk memfasilitasi perjalanan internasional dengan mencabut atau memodifikasi tindakan, seperti persyaratan pengujian dan/atau karantina, jika sesuai, sesuai dengan pedoman WHO.

Sejumlah negara seperti Israel Inggris, Skotlandia dan Republik Ceko, telah menghapuskan seluruh pembatasan perjalanan termasuk ketentuan wajib vaksin pada tahun 2022.

Akan tetapi, pembatasan perjalanan internasional termasuk menghapus ketentuan bukti vaksinasi tersebut bukan berarti vaksin Covid-19 tidak efektif melindungi kesehatan seseorang. Seperti telah ditegaskan dalam rekomendasi Komite tentang vaksin, vaksinasi tetap efektif untuk mengurangi infeksi, mengurangi tingkat keparahan penyakit (morbiditas), dan mengurangi tingkat kematian (mortalitas).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, pesan berantai dengan klaim WHO dan CDC menyatakan infeksi alami Covid-19 memberikan perlindungan lebih baik dibandingkan vaksin adalah Keliru

WHO dan CDC tidak pernah mengeluarkan pernyataan tersebut. Sebaliknya, WHO menyatakan vaksin tetap efektif mengurangi risiko keparahan penyakit akibat Covid-19. 

Sementara CDC telah mempublikasikan studi yang menunjukkan penduduk Kentucky yang tidak divaksin Covid-19, mendapatkan kemungkinan terinfeksi ulang virus SARS-Cov-2 sebanyak 2,34 kali dibandingkan dengan mereka yang mendapat vaksinasi lengkap. 

TIM CEK FAKTA TEMPO

** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami.