Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoax] Benarkah ketergantungan Indonesia pada energi fosil sudah mulai dikurangi pemerintah?

Rabu, 20 Februari 2019 05:28 WIB

[Fakta atau Hoax] Benarkah ketergantungan Indonesia pada energi fosil sudah mulai dikurangi pemerintah?

Dalam debat calon presiden di Hotel Sultan, Ahad 17 Februari 2019, calon presiden Joko Widodo menyatakan, "Ke depan kita ingin sebanyak-banyaknya mengurangi pemakaian energi fosil, sehingga pemakaian biodiesel berupa pemakaian green fuel akan kita kerjakan. Kita sudah mulai dengan melakukan produksi B-20. Ini akan kita teruskan sampai ke B-100 sehingga ketergantungan kita pada energi fosil akan semakin dikurangi dari tahun ke tahun." 

HASIL PERIKSA FAKTAPemanfaatan minyak untuk ketenagalistrikan telah memang menurun (yaitu berupa penggunaan diesel dalam bentuk PLTD), tetapi pemanfaatan batubara untuk ketenagalistrikan justru meningkat terutama dalam bentuk pembangunan PLTU baru dalam program 35 ribu megawatt.

Akibatnya, proporsi batubara dalam bauran ketenagalistrikan Indonesia justru meningkat dari 53 persen di tahun 2015 menjadi 60 persen di tahun 2019. Pada saat yang sama, laju pengembangan energi terbarukan sebagai sumber ketenagalistrikan malah mengalami penurunan atau lebih lambat dari yang seharusnya. 

"Apabila Indonesia ingin mencapai target bauran energi baru dan terbarukan sebesar 23 persen pada tahun 2025 sesuai Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) maka pemerintah harus mempercepat peralihan dari energi fosil dan mempercepat pengembangan energi terbarukan," kata Adhityani Putri, Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia Cerah.

Sedangkan Elrika Hamdi, analis dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis, menegaskan bahwa dengan bertambahnya jumlah PLTU baru, yang beberapa sudah mulai berjalan atau sedang dalam konstruksi, sekarang PLN sudah terjepit keadaan finansialnya, dan terus mengalami kerugian operasional tahun demi tahun. "Berdasarkan hasil riset IEEFA, subsidi harus meningkat sebesar 46 persen di tahun 2025, bila memakai angka RUPTL 2018," katanya. 

Selain itu, kata Elrika, pemakaian BBM dalam transportasi darat dan laut juga masih terus meningkat. Menurut BP Migas, pemakaian BBM Nasional meningkat tajam di tahun 2017, terutama penggunaan JBU (Jenis BBM Umum) yaitu BBM non-subsidi yang banyak dipergunakan untuk transportasi.  

Iqbal Damanik, peneliti Auriga menambahkan, "Langkah-langkah Indonesia dalam memenuhi kebutuhan energi kelistrikan sama sekali belum menunjukkan arah yang jelas ke penggunaan Energi Baru Terbarukan. Penggunaan EBT dalam bauran energi kelistrikan pada tahun 2018 masih kecil yaitu 12,5 persen, masih jauh dari target 23 persen bauran EBT di tahun 2025," katanya.

Dalam dokumen perencanaan (RUPTL), kata Iqbal,   penggunaan PLTU (sumber batubara) masih mendominasi, bahkan tidak menunjukkan penurunan dari tahun 2018 hingga 2024. "Porsi PLTU dalam bauran energi masih di atas 60%, meski pada tahun 2025 direncanakan menurun namun masih mendominasi di 54%," katanya.