Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tidak Benar Jumlah Mualaf di Prancis Naik Dua Kali Lipat usai Macron Hina Islam

Senin, 16 November 2020 20:05 WIB

Tidak Benar Jumlah Mualaf di Prancis Naik Dua Kali Lipat usai Macron Hina Islam

KLAIM

Gambar tangkapan layar artikel yang berjudul “Masya Allah, Jumlah Mualaf di Prancis Meningkat Dua Kali Lipat Usai Macron Hina Islam” beredar di media sosial. Artikel itu dilengkapi dengan foto sebuah masjid yang halamannya dipadati oleh ribuan jemaah. Artikel ini diterbitkan pada 10 November 2020. Namun, tidak terdapat keterangan terkait situs yang menerbitkan artikel tersebut.

Salah satu akun Facebook yang membagikan gambar tangkapan layar artikel itu adalah akun Candra Gunawan, yakni pada 13 November 2020. Akun tersebut menulis, "Assalamualaikum.. Dari pada ngurusin habib.mending kita ammiinin umat yang mualaf.. Masya allah." Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah mendapatkan lebih dari 800 reaksi dan 149 komentar.

Adapun di Instagram, klaim yang sama dibagikan oleh akun @go_newss, tepatnya pada 9 November 2020. Unggahan akun ini memuat foto Presiden Prancis Emmanuel Macron dan teks yang berbunyi: “Semenjak Ucapan Macron Yang Kontroversi. Jumlah Mualaf di Prancis naik Dua Kali Lipat.”

Dalam keterangannya, akun tersebut membagikan sebuah tulisan panjang yang juga berisi klaim bahwa jumlah mualaf meningkat dua kali lipat. Akun ini pun menyebut tulisan dalam keterangannya itu bersumber dari situs Kumparan.com dan Portal-islam.id.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Candra Gunawan.

PEMERIKSAAN FAKTA

Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, jumlah mualaf di Prancis memang naik dua kali lipat. Namun, hal ini terjadi dalam 30 tahun terakhir, sesuai dengan berita yang dimuat oleh Republika pada 2 November 2020. Tapi berita tersebut kemudian didaur ulang oleh situs-situs lain, dengan menambahkan informasi yang tidak akurat bahwa kenaikan jumlah mualaf itu terjadi setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron disebut menghina Islam.

Untuk memverifikasi klaim "jumlah mualaf di Prancis naik dua kali lipat usai Macron hina Islam", Tempo memeriksa secara menyeluruh isi unggahan akun @go_newss dan membandingkannya dengan pemberitaan media yang lebih kredibel terkait klaim tersebut.

Lewat pencarian di mesin perambah Google, Tempo menemukan judul artikel “Jumlah Mualaf di Prancis Naik Dua Kali Lipat Usai Macron Hina Islam” pernah dimuat oleh situs Pikiran-rakyat.com. Foto, nama penulis, dan tanggal terbitnya artikel tersebut sama dengan yang terdapat dalam unggahan akun Candra Gunawan. Dalam artikel ini, disebutkan bahwa sumber informasi tersebut adalah situs Hajinews.id, video Muslim Converts Stories, harian La Croix, dan data Pew Research Center (PRC).

Namun, hasil pencarian lebih lanjut menunjukkan bahwa artikel tersebut diambil dari berita di Republika yang berjudul “Jumlah Mualaf di Prancis Naik Dua Kali Lipat dalam 30 Tahun”. Berita ini terbit pada 2 November 2020. Namun, dalam artikel Pikiran-rakyat.com, ditambahkan informasi yang tidak akurat.

Berita Republika menjelaskan bahwa jumlah mualaf di Prancis meningkat dua kali lipat dalam 30 tahun terakhir. Informasi ini dikutip dari video Muslim Converts Stories. Tidak satu pun kalimat dalam berita tersebut yang menyebut bahwa peningkatan jumlah mualaf di Prancis terjadi setelah Macron dianggap menghina Islam.

Bertambahnya jumlah mualaf itu, menurut berita Republika, dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pengaruh para mualaf sebelumnya, terutama pemain sepak bola. Adalah Nicolas Anelka, mantan pemain tim nasional Prancis yang orang tuanya berasal dari Martinik, yang mengubah namanya menjadi Abdul-Salam Bilal Anelka ketika memeluk Islam pada 2004.

Pemain sepak bola Prancis lain, Franck Ribery, juga masuk Islam, tepatnya pada 2006, untuk menikahi seorang wanita muslim, Wahiba. Dia pun mengambil nama Bilal Yusuf Mohammed. Ada pula rapper Prancis, Melanie Georgiades, yang lebih dikenal dengan nama panggung Diam's, mualaf pada 2009. Dia mengaku menemukan ketenangan dalam Islam.

Menurut Pew Research Center, seperti dikutip oleh Republika, terdapat tiga juta muslim kelahiran asing di Prancis yang sebagian besar berasal dari bekas koloni Prancis, seperti Aljazair, Maroko, dan Tunisia. Jumlah muslim di Prancis diprediksi akan melebihi 10 persen dari total penduduk negara tersebut pada 2030.

Penambahan informasi yang tidak akurat

Sejumlah situs memang melakukan framing dan menambahkan informasi yang tidak akurat, bahwa naiknya jumlah mualaf terjadi setelah Macron dianggap menghina Islam, pada isi berita Republika. Situs Pikiran-rakyat.com misalnya, membuka artikelnya dengan kalimat sebagai berikut:

“Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menghina Islam dan melecehkan Nabi Muhammad memang banyak dikecam berbagai pihak di dunia. Di tengah banyak aksi penolakan dan kecaman atas pernyataan Presiden Macron, ternyata ada hal baik terjadi. Dilansir dari Hajinews.id, jumlah mualaf di Prancis terus mengalami peningkatan.”

Kemudian, dalam alinea keempat, situs Pikiran-rakyat.com menambahkan kalimat bahwa naiknya jumlah mualaf itu terjadi setelah Macron menghina Islam. Kalimat itu berbunyi: “Beberapa laporan menyebutkan jumlah mualaf di Prancis naik dua kali lipat setelah adanya aksi penghinaan yang dilakukan Macron.”

Situs Hajinews.id, yang menjadi sumber rujukan situs-situs lainnya, juga membuka artikelnya dengan kalimat sebagai berikut: “Jumlah mualaf di Prancis terus mengalami peningkatan. Beberapa laporan menyebutkan jumlah mualaf di Prancis naik dua kali lipat setelah adanya aksi penghinaan yang dilakukan Macron.”

Framing pada paragraf pembuka itu dikutip dari situs About Islam. Padahal, isi artikel About Islam juga tidak menyebut peningkatan jumlah mualaf di Prancis dua kali lipat itu terjadi setelah Macron dianggap menghina Islam. Menurut artikel About Islam, peningkatan itu terjadi dalam 30 tahun terakhir.

Foto tidak menunjukkan masjid di Prancis

Foto di situs Pikiran-rakyat.com yang memperlihatkan sebuah masjid yang halamannya dipenuhi oleh ribuan jemaah sebenarnya bukan masjid di Prancis, melainkan di New Delhi, India. Lewat penelusuran dengan reverse image tool Yandex, Tempo menemukan bahwa foto itu diambil oleh akun Chattrapal pada 18 Juli 2015 dan diunggah di situs penyedia foto Pexels.com dengan keterangan “Crowd of People Gathering Near Jama Masjid, Delhi.”

Arsitektur masjid dalam foto tersebut juga sama dengan yang terlihat dalam unggahan di Google Maps oleh akun Kandarp Detroja pada Oktober 2020. Dalam keterangannya, akun tersebut menulis bahwa bangunan itu merupakan Jama Masjid yang terletak di New Delhi, India.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "jumlah mualaf di Prancis naik dua kali lipat usai Macron hina Islam" keliru. Faktanya, peningkatan jumlah mualaf di Prancis dua kali lipat ini terjadi dalam 30 tahun terakhir, seperti yang dilaporkan oleh Republika. Beberapa situs yang menyebarkan klaim tersebut telah menambahkan informasi yang tidak akurat pada berita Republika itu.

IKA NINGTYAS

Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id