Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah CDC Sebut Covid-19 Tak Menyebar Lewat Udara sehingga Pakai Masker Tak Berguna?

Senin, 2 November 2020 12:10 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah CDC Sebut Covid-19 Tak Menyebar Lewat Udara sehingga Pakai Masker Tak Berguna?

Klaim bahwa Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebut virus, dalam hal ini virus Corona penyebab Covid-19, tidak menyebar lewat udara beredar di Facebook. Karena itu, menurut klaim tersebut, CDC menyatakan bahwa pemakaian masker tidak berguna.

Salah satu akun yang membagikan klaim tersebut adalah akun Facebook Nellie Niloufar Holden, tepatnya pada 18 Oktober 2020. Dalam unggahannya, akun ini menulis, “Here we go again. CDC says virus was never airborne rendering masks worthless.” Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah mendapatkan 68 reaksi dan dibagikan sebanyak 94 kali.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Nellie Niloufar Holden.

Apa benar CDC menyebut virus Corona Covid-19 tidak menyebar lewat udara sehingga pemakaian masker tidak berguna?

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memeriksa klaim itu, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri pemberitaan terkait dengan memasukkan kata kunci “CDC says virus was never airborne rendering masks worthless” di mesin pencarian Google. Namun, tidak ditemukan berita di situs media apa pun yang memuat informasi bahwa CDC menyebut virus Corona Covid-19 tidak menyebar lewat udara sehingga pemakaian masker tidak berguna.

Tempo kemudian menelusuri informasi tentang penyebaran Covid-19 melalui udara di situs resmi CDC. Menurut penjelasan CDC yang diperbarui pada 28 Oktober 2020, Covid-19 paling sering menyebar melalui kontak fisik yang berdekatan, yaitu sekitar 6 kaki atau 1,8 meter. Saat penderita Covid-19 batuk, bersin, bernapas, berbicara, atau bernyanyi, mereka menghasilkan tetesan atau droplet.

Droplet menyebabkan infeksi saat terhirup atau terpapar pada selaput lendir yang melapisi bagian dalam hidung dan mulut. Ketika terdapat jarak dengan penderita Covid-19, sehingga droplet bergerak lebih jauh, konsentrasi virus dalam droplet lebih rendah. Droplet dengan ukuran besar jatuh dari udara karena gravitasi. Adapun droplet dengan ukuran kecil bisa menyebar di udara.

Menurut CDC, droplet berukuran kecil dapat bertahan di udara selama beberapa menit hingga jam. Terdapat bukti bahwa, dalam kondisi tertentu, penderita Covid-19 tampaknya telah menginfeksi orang lain yang jaraknya lebih dari 6 kaki. Transmisi ini terjadi di ruang tertutup yang memiliki ventilasi kurang memadai. Terkadang, orang yang terinfeksi mengalami sesak napas, misalnya saat bernyanyi atau berolahraga.

Dalam keadaan ini, para ilmuwan percaya bahwa jumlah droplet berukuran kecil yang menular, yang diproduksi oleh penderita Covid-19, menjadi cukup terkonsentrasi untuk menyebarkan virus ke orang lain. “Orang-orang yang terinfeksi berada di ruang yang sama dalam waktu yang sama atau tidak lama setelah penderita Covid-19 pergi,” demikian penjelasan CDC.

Meskipun begitu, CDC menegaskan bahwa data-data yang tersedia hingga saat ini menunjukkan penyebaran virus Corona Covid-19 lewat kontak dekat jauh lebih umum ketimbang lewat transmisi udara. Penjelasan CDC terkait potensi penularan Covid-19 melalui transmisi udara yang lebih detail dapat diakses di tautan ini, yang diperbarui pada 5 Oktober 2020.

Selain CDC, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam pernyataannya pada 9 Juli 2020 menyatakan bahwa transmisi virus Corona penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, melalui udara diakibatkan oleh penyebaran droplet nuclei (aerosol) yang tetap menular saat melayang di udara dan bergerak hingga jarak yang jauh. Namun, belum diketahui berapa banyak jumlah droplet nuclei yang dihembuskan serta dosis SARS-CoV-2 hidup yang diperlukan untuk menyebabkan infeksi pada orang lain.

Laporan-laporan klinis terbaru, di mana tenaga kesehatan terpapar Covid-19 pada prosedur-prosedur yang menghasilkan aerosol, tidak menemukan transmisi nosokomial atau transmisi yang terjadi di lingkungan rumah sakit jika diterapkan kewaspadaan kontak atau jarak fisik serta mengenakan masker medis sebagai bagian dari alat pelindung diri (APD).

Di luar fasilitas medis, beberapa laporan kejadian luar biasa (KLB) di ruangan yang padat dan tidak berventilasi cukup mengindikasikan kemungkinan transmisi aerosol, yang disertai transmisi droplet, misalnya dalam latihan paduan suara, di restoran, atau di kelas kebugaran. Dalam hal ini, kemungkinan terjadinya transmisi aerosol tidak dapat dikesampingkan, terutama jika kebersihan tangan tidak dijaga, masker tidak digunakan, dan jaga jarak fisik tidak dilakukan.

Dalam Journal of American Medical Association (JAMA), CDC meninjau bukti ilmiah terbaru dan menegaskan bahwa masker kain adalah alat yang penting dalam mengurangi penyebaran Covid-19, terutama ketika digunakan secara universal dalam komunitas. Terdapat semakin banyak bukti bahwa masker kain membantu mencegah orang yang mengidap Covid-19 menyebarkan virus ke orang lain.

Dikutip dari situs resmi Kementerian Kesehatan pada 9 Juni 2020, anggota tim komunikasi publik Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro mengatakan, ''Pemakaian masker hanya dapat efektif apabila kita menerapkan protokol kesehatan lainnya dengan aktif, seperti cuci tangan pakai sabun dan jaga jarak fisik.''

Dikutip dari BBC, Fernandez dan Amy Mueller, insinyur di Universitas Northeastern, meneliti efektivitas berbagai masker buatan sendiri. Menurut penelitian mereka, masker yang paling efektif memiliki banyak lapisan, meskipun sedikit kurang efektif jika dibandingkan dengan N95 dan masker bedah. Namun, menambahkan nilon pada lapisan masker dapat meningkatkan efektivitas, hingga mampu menahan 80 persen partikel.

Dilansir dari Kompas.com, juru bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan masker scuba dan buff kurang efektif menangkal virus Corona Covid-19. "Masker scuba atau buff adalah masker dengan satu lapisan saja dan terlalu tipis, sehingga kemungkinan untuk tembus lebih besar," ujar Wiku.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa “CDC menyebut virus Corona Covid-19 tidak menyebar lewat udara sehingga pemakaian masker tidak berguna” keliru. CDC menyatakan bahwa salah satu penyebaran virus Corona Covid-19 adalah melalui transmisi udara, meskipun penyebaran lewat kontak dekat jauh lebih umum ketimbang lewat transmisi udara. Transmisi ini bisa terjadi dalam kondisi tertentu, terutama di ruang tertutup yang memiliki ventilasi kurang memadai. CDC juga menyatakan pemakaian masker kain penting dalam mengurangi penyebaran Covid-19, terutama ketika digunakan secara massal dalam komunitas.

SITI AISAH

Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id