Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto-foto Peti Jenazah Pasien Corona di Italia?

Rabu, 8 April 2020 09:42 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto-foto Peti Jenazah Pasien Corona di Italia?

Sejumlah foto yang memperlihatkan puluhan peti jenazah yang berjejer di sebuah lokasi beredar di media sosial. Menurut narasi yang menyertainya, foto-foto tersebut merupakan foto peti jenazah pasien yang terinfeksi virus Corona Covid-19.

Di Facebook, salah satu akun yang membagikan foto-foto itu adalah akun Lyn Tanjung, tepatnya pada 3 April 2020. Ia mengunggah foto-foto tersebut dengan narasi sebagai berikut:

"Kalau sudah begini harta dan jabatan tak ada guna

Italia Sudah Menyerah

Perdana Menteri Italia berkata : Penjagaan kami sudah tiada. Penyakit ini terus membunuh kami. Segala Penyembuhan di Dunia, Sudah Tamat.

• Semalam 427 Meninggal.• Hari Ini 627 Meninggal.• 1529 orang Meninggal Dalam Waktu 3 Hari.• 5986 Kasus Baru Dalam Satu Hari!!

Italia telah Gagal Sepenuhnya..Presiden Italia Menangis. Italia merupakan negara yang Memiliki Pertahanan Kesehatan #Terbaik di Dunia. Tapi Mereka Telah Gagal Mencegah COVID-19 Masuk ke Negaranya. Karena pada Awalnya Mereka Menganggap COVID-19 Hanyalah Gurauan belaka.

Kini Presiden mereka kembali menangis. Karena Sudah Tidak Ada Tempat Pemakaman lagi untuk mereka yg meninggal karena COVID-19.700++ Orang Mati per harinya."

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Lyn Tanjung.

Apa benar foto-foto peti jenazah dalam unggahan di atas merupakan peti jenazah pasien Corona di Italia?

PEMERIKSAAN FAKTA

Dilansir dari Kompas.com, pada pekan ketiga Maret 2020, jumlah korban meninggal dalam sehari di Italia karena virus Corona Covid-19 sempat menyentuh angka 793 orang. Dengan jumlah kematian yang tinggi ini, pemerintah Italia sempat kewalahan dalam menangani banyaknya jenazah.

Dikutip dari Media Indonesia, pemerintah Bergamo, kota yang menjadi pusat wabah Covid-19 di Italia, sampai harus mengirimkan jenazah ke kota tetangga untuk dikremasi. "Banyaknya korban tewas menyebabkan krematorium Bergamo tidak sanggup mengatasinya sendiri," kata Wali Kota Bergamo Giorgio Gori.

Meskipun begitu, dikutip dari artikel cek fakta Rappler, tidak ada pernyataan resmi atau laporan dari media-media kredibel yang memuat kutipan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte seperti yang tertulis dalam unggahan akun Lyn Tanjung di atas.

Malah, kutipan dalam unggahan tersebut bertentangan dengan pernyataan terbaru Conte pada 16 dan 21 Maret 2020. Pernyataan itu dipublikasikan di situs resmi pemerintah Italia. "Kami meninggalkan kebiasaan yang paling mahal. Kami melakukannya karena kami mencintai Italia. Tapi kami tidak menyerah. Bersatu, kami akan melakukannya," kata Conte pada 21 Maret.

Selain itu, tidak ada laporan yang menyatakan bahwa Presiden Italia Sergio Mattarella menangis. Narasi bahwa Presiden Italia menangis sebelumnya beredar sebagai informasi yang salah yang telah banyak dibantah oleh sejumlah organisasi pemeriksa fakta, satu di antaranya AFP.

Foto-foto yang diklaim sebagai foto peti jenazah pasien Corona di Italia pun salah. Tempo menggunakan reverse image tool Google dan Yandex untuk menelusuri foto-foto dalam unggahan akun Lyn Tanjung di atas, dan menemukan bahwa foto-foto tersebut tidak berkaitan dengan wabah Corona di Italia.

Berikut ini fakta terkait foto-foto itu:

Fakta: Peti-peti ini berisi lebih dari 300 jenazah korban kecelakaan kapal migran dari Afrika di lepas pantai Lampedusa, Italia, pada 3 Oktober 2013. Mereka tewas karena sebuah kapal yang disesaki oleh 500 migran asal Pantai Libya tersebut terbakar dan tenggelam sekitar setengah mil dari Italia. Foto ini diambil oleh fotografer AFP saat kedatangan Presiden Uni Eropa di hanggar bandara yang menjadi tempat sementara untuk menyimpan peti jenazah korban.

Sumber: The Guardian

Fakta: Foto ini juga terkait dengan tragedi tenggelamnya kapal migran dari Afrika di Lampedusa, Italia, pada 2003. Foto tersebut diambil oleh fotografer Reuters pada 5 Oktober 2013 dengan keterangan "peti jenazah korban dari karamnya Kapal Sisilia di hanggar bandara Lampedusa".

Sumber: Straitstimes

Fakta: Foto ini dijepret oleh fotografer Reuters dan dimuat oleh The Star pada 5 Oktober 2013. Foto tersebut diberi keterangan: "Peti jenazah korban dari kapal karam Sisilia yang memenuhi hanggar bandara Lampedusa pada Sabtu. Beberapa orang yang selamat dari tragedi itu datang untuk memberi penghormatan."

Sumber: The Star

Fakta: Tempo menemukan foto ini dalam kolase foto bergerak yang diunggah kanal Davolese90 di Youtube pada 10 April 2009, jauh sebelum virus Corona Covid-19 muncul pada Desember 2019. Kanal itu pun memberikan keterangan dalam bahasa Italia, "Untuk mengenang para korban gempa yang melanda Abruzzo." Pada 6 April 2009, memang terjadi gempa berkekuatan 6,3 skala Richter di daerah pegunungan Abruzzo di timur Roma yang menyebabkan 308 orang meninggal.

Sumber: YouTube dan The New York Times

Fakta: Foto ini diambil di Venezuela, kemungkinan pada 11 Maret 2019 dan menunjukkan hasil penjarahan di sebuah bank di Kota Merida. Media lokal di kota itu, Maduradas.com, pernah memuat beberapa foto lain dari insiden tersebut dan melaporkan bahwa para pelaku menebar uang-uang lama di jalanan dan membakarnya.

Sumber: Tempo CekFakta

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, unggahan akun Lyn Tanjung di atas menyesatkan. Tidak ada rilis resmi atau laporan dari media-media kredibel bahwa Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte menyatakan menyerah karena virus Corona Covid-19. Tidak ada pula laporan yang menyebut Presiden Italia Sergio Mattarella menangis. Selain itu, foto-foto yang digunakan oleh akun Lyn Tanjung tidak terkait dengan wabah virus Corona Covid-19 di Italia.

IKA NINGTYAS

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id