Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Bangkai Babi Bervirus yang Dibuang ke Sungai di Sumut Mencemari Ikan?

Rabu, 13 November 2019 19:27 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Bangkai Babi Bervirus yang Dibuang ke Sungai di Sumut Mencemari Ikan?

Narasi yang menyebut bahwa ratusan bangkai babi yang terkena virus dibuang ke sungai di Sumatera Utara (Sumut) viral di media sosial. Seiring dengan menyebarnya narasi itu, beredar pula imbauan untuk tidak makan ikan dari sungai tempat bangkai-bangkai itu dibuang. Sebelumnya, ramai pemberitaan mengenai virus babi yang bernama Hog Cholera.

Salah satu akun yang mengunggah narasi bahwa ratusan bangkai babi yang terkena virus dibuang ke sungai di Sumut adalah akun Ully Yulie di Facebook, yakni pada Senin, 11 November 2019. Dalam unggahan akun Ully, terdapat foto yang memperlihatkan bangkai-bangkai babi di tepi sebuah sungai yang ditumbuhi pepohonan nipah.

Akun Ully juga menulis narasi, "Ass. Wr. Wb. Saudara2 ku hentikan dulu makan ikan laut terutama yang berasal dari Percut (kelurahan di Sumatera Utara) dan sekitarnya. Bangkai Babi yang kena virus dibuang ke sungai, saat ini berserakan di laut." Hingga kini, unggahan itu telah dibagikan lebih dari 2.700 kali.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Ully Yulie di Facebook.

Selain oleh akun Ully, narasi serupa diunggah oleh akun Sumarni. Akun tersebut mengunggah dua video. Video pertama merupakan tayangan berita CNN Indonesia dengan judul "Ratusan Bangkai Babi Ditemukan di Sungai". Video yang berdurasi 2,5 menit itu memperlihatkan bangkai babi yang tersebar di sebuah sungai.

Sementara itu, video kedua merupakan video amatir yang juga memperlihatkan bangkai babi di tepi sebuah sungai yang ditumbuhi pepohonan nipah. Ada pula foto yang diunggah oleh akun Sumarni, yakni foto headline koran bernama Waspada pada 11 November 2019 yang berjudul "Bangkai Babi Masih Berserakan".

Akun Sumarni pun memberikan narasi pada unggahannya itu, "Dihimbau kepada sahabatku untuk sementara jangan dulu mengkonsumsi ikan terutama ikan yang aliran sungai ke Medan Marelan dan Medan Belawan (dua kecamatan di Sumatera Utara) karena ratusan bangkai babi yg banyak mengandung virus dibuang di aliran sungai. Miris." Hingga kini, unggahan itu telah dibagikan lebih dari 13 ribu kali.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Sumarni di Facebook.

Artikel ini akan memeriksa tiga hal:- Apakah benar ratusan bangkai babi dibuang ke sungai di Sumatera Utara?- Apakah bangkai babi yang dibuang ke sungai itu terserang virus Hog Cholera?- Apakah virus Hog Cholera mencemari ikan?

PEMERIKSAAN FAKTA

Bangkai Babi di Sungai

Untuk menjawab pertanyaan mengenai ratusan bangkai babi yang terserang virus dibuang ke sungai di Sumatera Utara, Tim CekFakta Tempo pertama-tama menelusuri video berita CNN Indonesia yang diunggah oleh akun Sumarni. Hasilnya, video itu memang benar video yang diunggah kanal CNN Indonesia di YouTube. Video itu diunggah pada 5 November 2019.

Menurut video tersebut, ratusan bangkai babi itu ditemukan di hilir Sungai Bedera dan Danau Siombak, Kecamatan Medan Marelan, Sumatera Utara. Diduga, bangkai-bangkai babi itu dibuang di hulu sungai dan terbawa arus hingga ke hilir. Pada 5 November, Pemerintah Kecamatan Medan Marelan telah menepikan dan mengikat sebagian bangkai ke pohon di pinggir sungai agar tidak terbawa arus ke pemukiman warga. Sebagian lainnya telah diangkat ke darat.

Selain itu, banyaknya bangkai babi di hilir Sungai Bedera dan Danau Siombak itu mengganggu aktivitas nelayan karena merupakan tempat nelayan mencari ikan dan merupakan jalur bagi nelayan yang menuju ke Laut Belawan. "Bau. Ulatnya juga berkembang biak. Ikan pun enggak mau ditangkap. Jadi, kalau bisa, dibasmilah orang yang membuang babi itu," ujar nelayan di sana, Bambang Hermanto.

Terkait bangkai babi yang berasal dari Percut, seperti yang disebut dalam narasi akun Ully, Kepala Polsek Medan Labuhan, Ajun Komisaris Edy Safari, menyatakan bahwa jajarannya tengah menyelidiki pelaku pembuangan ratusan bangkai babi itu. "Kami juga lidik ke peternakan di Tanjung Gusta dan Percut," ujar Edy dikutip dari laman Sindonews.com.

Terkena Virus Hog Cholera

Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut, Azhar Harahap, seperti dilansir dari situs Merdeka.com, bangkai-bangkai babi yang dibuang ke sungai itu diduga kuat terkait dengan wabah virus Hog Cholera yang menyerang babi di sejumlah wilayah di Sumut. "Namun, untuk pembenarannya, kita tunggu hasil lab," ujarnya pada 6 November 2019.

Petugas dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut telah turun ke lokasi penemuan ratusan bangkai babi itu, seperti di hilir Sungai Bedera. Mereka melakukan pengamatan dan pengambilan sampel untuk diperiksa di laboratorium. Berdasarkan pengamatan di lapangan, babi-babi yang sudah mati itu diduga kuat terjangkit virus Hog Cholera dan kemudian dibuang pemiliknya ke sungai.

Meskipun begitu, menurut Azhar, virus Hog Cholera tidak menular pada ikan. Dia mengatakan virus Hog Cholera hanya menular pada babi. "Virus tersebut tidak menular ke yang lain, jadi tidak ada masalah," kata Azhar saat dihubungi Tempo pada 13 November 2019.

Hog Cholera Hanya Serang Babi

Dikutip dari artikel cek fakta Tempo pada 6 November 2019, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut, Azhar Harahap, menyatakan bahwa virus Hog Cholera tidak membahayakan manusia walaupun daging babi yang terjangkit virus itu dikonsumsi. "Aman, tidak bahaya bagi manusia," ujar Azhar seperti dikutip dari situs Kompas.com.

Selain beredar pemberitaan soal Hog Cholera, tersebar pula informasi mengenai merebaknya virus babi Afrika. Menurut Departemen Pembangunan Industri Primer dan Regional Australia, virus babi Afrika (African swine fever) memang serupa dengan virus Hog Cholera (classical swine fever) meskipun jenis virusnya berbeda. Namun, kedua virus ini hanya bisa menyerang babi, tidak bisa menyerang manusia.

Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan serta Kementerian Kesehatan Vietnam juga mengkonfirmasi bahwa virus babi Afrika tidak menginfeksi manusia. “Penyakit ini tidak menyebabkan penyakit pada manusia. Jadi, masyarakat diharap tenang, jangan panik dengan memboikot konsumsi produk daging babi yang aman, bebas penyakit, dan diproses secara higienis,” tulis pemerintah Vietnam dalam situs media Vietnam, Baogiaothong, pada 8 Maret 2019.

Dilansir dari situs Republika.co.id pada 12 November 2019, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyatakan bahwa pemerintah terus berupaya mencegah masuknya virus babi Afrika ke Indonesia. Sejauh ini, Kementerian Pertanian sudah menyurati para gubernur dan bupati agar meningkatkan kewaspadaan terkait virus tersebut.

Syahrul juga mengimbau masyarakat supaya tidak memercayai kabar yang belum jelas kebenarannya tentang virus babi Afrika. Dia memastikan virus tersebut tidak akan menulari manusia. "Sesuai apa yang saya dapat dari pendekatan akademis dan sumber-sumber tepercaya lainnya, ternyata penyakit itu tidak menular kepada manusia," ujar Syahrul pada 11 November 2019.

KESIMPULAN

Dari hasil pemeriksaan di atas, informasi bahwa ratusan bangkai babi dibuang ke sungai di Sumut benar adanya. Babi-babi yang mati itu diduga kuat terjangkit virus Hog Cholera. Namun, virus Hog Cholera tidak menular pada ikan. Virus Hog Cholera hanya menular pada babi. Virus Hog Cholera pun tidak membahayakan manusia walaupun daging babi yang terjangkit virus itu dikonsumsi. Dengan demikian, narasi bahwa bangkai babi bervirus yang dibuang ke sungai di Sumut mencemari ikan adalah narasi yang menyesatkan.

IBRAHIM ARSYAD

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cekfakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id