Keliru, Klaim SDGs Adalah Agenda Pengendalian Populasi
Selasa, 14 Maret 2023 15:04 WIB
Salah satu akun di Instagram membagikan sebuah flyer berisi klaim bahwa agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) bertujuan untuk mengendalikan populasi. Unggahan tersebut dimuat pada 3 Maret 2023 dan disertai teks tentang sejumlah agenda SDGs pada 2030.
Pembuat konten juga mengklaim, bahwa skenario pengendalian populasi pada 2030 itu terkait dengan pandemi Covid-19, vaksin-vaksin sintetis, perubahan iklim/cuaca yang direkayasa, udara dikontaminasi dengan bahan-bahan kimia (chemtrail), ketersediaan pangan dihabisi, ternak dibinasakan dan makanan direkayasa (GMO).
Benarkah SDG’s adalah agenda pengendalian populasi?
PEMERIKSAAN FAKTA
Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sepenuhnya untuk mengatasi kemiskinan, kelaparan, melindungi bumi atas perubahan iklim, memastikan semua manusia dapat menikmati kehidupan yang sejahtera dan bertekad mendorong masyarakat yang damai, adil, inklusif yang bebas dari rasa takut serta kekerasan. Jadi, bukan untuk pengendalian populasi seperti yang dituliskan dalam konten tersebut.
Agenda besar ini sudah dibangun puluhan tahun oleh banyak negara dan PBB, termasuk Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB. Dimulai saat KTT Bumi Juni 1992 di Rio de Janeiro, Brasil, September 2000 di Markas Besar PBB di New York.
Tidak berhenti sampai di situ, pembahasan dilanjutkan pada World Summit on Sustainable Development di Afrika Selatan tahun 2002 dan Konferensi PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan (Rio+20) di Rio de Janeiro, Juni 2012.
Dalam situs resmi PBB berjudul Transforming our world: the 2030 Agenda for Sustainable Development, 17 agenda itu merupakan hasil pertemuan dari para kepala negara dan kepala pemerintahan yang bertemu di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, 25-27 September 2015. Agenda ini adalah rencana aksi untuk manusia, planet, dan kemakmuran.
SDGs dilatarbelakangi adanya kesadaran untuk mengakhiri kemiskinan dan kekurangan lainnya yang harus berjalan seiring dengan strategi untuk meningkatkan kesehatan dan pendidikan, mengurangi kesenjangan, dan memacu pertumbuhan ekonomi sambil mengatasi perubahan iklim dan bekerja untuk melestarikan lautan dan hutan.
Berikut ini adalah fakta-fakta atas klaim yang dipublikasikan di atas:
1. Pandemi Covid-19 bukanlah rekayasa untuk mengendalikan populasi manusia.
Berdasarkan data World0Meter hingga 13 Maret 2023, total terdapat lebih dari 681 juta kasus di seluruh dunia dengan jumlah kematian 6,8 juta. Covid-19 menjadi pandemi karena penyebarannya yang begitu meluas. SARS-CoV-2, virus Corona penyebab Covid-19, adalah virus baru, tidak ada kekebalan yang telah terbentuk sebelumnya pada orang yang tertular. Hal ini membuat seluruh populasi rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2 di awal pandemi.
Terkait klaim bahwa vaksin Covid-19 untuk pengendalian populasi juga keliru. sebuah studi terbaru justru mengungkap bahwa vaksin Covid-19 justru berhasil menyelamatkan jiwa 20 juta orang pada tahun pertama pandemi.
Dikutip dari The Guardian, studi yang dipublikasikan dalam jurnal Lancet Infectious Diseases itu memodelkan penyebaran penyakit Covid-19 di 185 negara dan wilayah antara Desember 2020 dan Desember 2021. Hasil penelitian menunjukkan tanpa vaksin Covid-19, diperkirakan 31,4 juta orang akan meninggal. Namun karena vaksin, sebanyak 19,8 juta dari kematian tersebut dapat dicegah.
2. Para ilmuwan menegaskan bahwa jejak pesawat adalah jejak kondensasi yang tidak berbahaya.
Dikutip dari The Guardian, para ilmuwan dengan tegas menolak teori chemtrails yang mulai mendapatkan pengikut pada pertengahan 1990-an. Jejak pesawat yang terlihat adalah jejak kondensasi yang tidak berbahaya atau contrails yang terbentuk ketika knalpot mesin yang lembab mencapai suhu beku di ketinggian tinggi.
Untuk melawan teori konspirasi, pada awalnya Angkatan Udara AS menampilkan penafian di situs webnya, yang menyatakan bahwa “hoax chemtrail” telah diselidiki dan dibantah oleh banyak universitas, organisasi ilmiah, dan publikasi media besar yang mapan dan terakreditasi". Tempo pernah menerbitkan artikel cek fakta soal chemtrail ini yang bisa diakses di sini dan di sini.
3. Perubahan iklim adalah suatu peristiwa yang nyata.
Dikutip dari Deutsche Welle (DW), lembaga penyiaran internasional Jerman, pemanasan global dan perubahan iklim telah terbukti secara ilmiah dan telah terjadi selama beberapa dekade. Faktanya, para peneliti telah menemukan bahwa perubahan iklim telah dimulai sejak lebih dari 180 tahun yang lalu, pada awal Revolusi Industri.
Dalam Laporan Penilaian Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), para ilmuwan dari 195 negara menulis bahwa semakin banyak bukti yang menunjukkan terjadinya cuaca ekstrem seperti gelombang panas, curah hujan yang tinggi, kekeringan, dan badai tropis. Selain itu, mereka juga menemukan bukti adanya pengaruh manusia dalam pemanasan global.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta, klaim SDGs adalah agenda pengendalian populasi adalah keliru.
Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sepenuhnya untuk mengatasi kemiskinan, kelaparan, melindungi bumi atas perubahan iklim, memastikan semua manusia dapat menikmati kehidupan yang sejahtera dan bertekad mendorong masyarakat yang damai, adil, inklusif yang bebas dari rasa takut serta kekerasan. Bukan untuk pengendalian populasi seperti yang dituliskan dalam konten tersebut.
TIM CEK FAKTA TEMPO
** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]