Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, Tak Ada Warga Vietnam yang Meninggal Akibat Covid-19 Karena Minum Teh Panas Campur Lemon

Selasa, 9 Februari 2021 19:05 WIB

Keliru, Tak Ada Warga Vietnam yang Meninggal Akibat Covid-19 Karena Minum Teh Panas Campur Lemon

Klaim bahwa tidak ada warga Vietnam yang meninggal karena Covid-19 beredar di media sosial. Menurut klaim tersebut, tidak ada kasus kematian akibat Covid-19 di Vietnam karena warganya rutin mengkonsumsi teh panas yang dicampur dengan perasan lemon. Di Facebook, klaim tersebut dibagikan oleh akun ini pada 8 Februari 2021. Berikut narasi lengkapnya:

Kabar gembira dan istimewa.. Vietnam korban covid 19 tidak ada yng mati...Berita super.. obat virus covid 19 sudah tercapai informasi dari negara Vietnam.. virus covid 19 tidak menyebabkan kematian.. ternyata resepnya sangat sederhana tapi sangat ampuh.. hanya 1 teh..2 lemon..minumlah teh panas setelah di campur perasan lemon..dapat segera membunuh virus covid 19..dan dapat sepenuhnya menghilangkan virus covid 19 dari tubuh...2 bahan ini membuat sistem kekebalan tubuh menjadi bersifat basa.. karena ketika malam tiba sistem tubuh menjadi asam.. kemampuan detensif juga akan berkurang.. itulah sebabnya orang Vietnam santai saja dengan menyebarnya virus covid 19... Di Vietnam rata2 semua orang minum segelas air panas dengan sedikit lemon di malam hari... Karena telah terbukti membunuh virus covid 19 secara total...

Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru bahwa tidak ada warga Vietnam yang meninggal akibat Covid-19 karena mengkonsumsi teh panas yang dicampur dengan perasan lemon.

PEMERIKSAAN FAKTA

Menurut data Worldometer per 9 Februari 2021, kasus Covid-19 di Vietnam mencapai 2.050 kasus, di mana 35 orang di antaranya meninggal. Sementara itu, pasien Covid-19 di Vietnam yang telah dinyatakan sembuh sebanyak 1.472 orang. Sementara menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 8 Februari 2021, kasus Covid-19 di Vietnam mencapai 2.005 kasus, di mana 35 orang di antaranya meninggal.

Dilansir dari BBC, Vietnam mencatatkan kematian pertama akibat Covid-19 baru pada 31 Juli 2020. Pasien yang meninggal tersebut berjenis kelamin laki-laki dan berusia 70 tahun. Ia berasal dari Hoi An. Kematian kedua, seorang pria berusia 61 tahun, dilaporkan kemudian di hari yang sama. Kedua pasien yang meninggal tersebut memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya. Ketika itu, di Vietnam, kasus Covid-19 baru mencapai 546 kasus.

Menurut BBC, tidak seperti banyak negara lain, Vietnam bertindak bahkan sebelum ada kasus Covid-19 yang dikonfirmasi. Pemerintah menutup perbatasannya lebih awal bagi hampir semua pelancong, kecuali warga negara yang kembali dari luar negeri. Siapa pun yang memasuki negara tersebut juga harus dikarantina di fasilitas pemerintah selama 14 hari dan menjalani pengujian Covid-19.

Dikutip dari Liputan6.com, Vietnam merupakan salah satu negara di ASEAN yang dinilai dapat menangani pandemi Covid-19 dengan cukup baik di masa kritis, di saat negara lain masih bergulat untuk melawan virus tersebut. Duta Besar Vietnam untuk Indonesia Pham Vinh Quang memaparkan bahwa salah satu hal yang dilakukan oleh pemerintah Vietnam adalah cepat dan tanggap dalam merespons Covid-19.

Bukti nyata pemerintah Vietnam bertindak cepat dan tanggap dalam penanganan pandemi Covid-19 adalah bahwa mereka segera membentuk komite penanganan pandemi, hanya 7 hari setelah ditemukannya kasus pertama pada Januari 2020. "Selain itu, aturan pembatasan ketat juga menjadi salah satu kunci dalam menangani Covid-19," kata Pham dalam sesi bincang santai siang virtual bersama awak media pada 22 Desember 2020.

Teh panas dan lemon untuk Covid-19

Klaim bahwa mengkonsumsi teh panas serta lemon bisa membunuh virus Corona Covid-19 pernah beredar pada April 2020 lalu. Ketika itu, Tim CekFakta Tempo telah melakukan verifikasi, dan menyatakan bahwa klaim tersebut keliru. Mengutip laporan organisasi cek fakta FactCheck, dokter penyakit menular Krutika Kuppalli mengatakan, "Tidak ada data yang menunjukkan bahwa lemon atau teh panas akan membunuh virus."

Terkait klaim bahwa teh panas bisa mematikan virus Corona Covid-19, pernah beredar sebelumnya pada akhir Maret 2020. Informasi tersebut berasal dari peneliti Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Zhejiang, Cina. Dalam sebuah percobaan dengan sel yang dikultur secara in vitro, mereka menemukan bahwa teh, yang kaya polifenol, bekerja dengan baik dalam membunuh virus Corona secara ekstraseluler dan menekan proliferasi intraselulernya.

Namun, hal itu telah dibantah oleh seorang ahli imunologi yang diwawancara oleh China Daily. Menurut dia, virus Corona menginfeksi sel epitel alveolar di paru-paru. Sementara teh yang diminum tidak akan mencapai paru-paru. Bahkan, kalau pun percobaan in vitro menunjukkan bahwa teh dapat membunuh virus Corona, tidak berarti bahwa mengkonsumsi teh bisa menghasilkan efek yang sama.

Menurut ahli tersebut, setelah tes in vitro pun, uji coba pada hewan harus dilakukan, kemudian dipertimbangkan untuk uji klinis pada manusia. Hasil tes in vitro tidak cukup untuk menyimpulkan bahwa minum teh dapat membantu mencegah penularan Covid-19. Saat ini, artikel yang dipublikasikan lewat akun WeChat CDC Zhejiang tersebut juga sudah dihapus. Staf CDC Zhejiang mengatakan temuan dari penelitian terbaru akan dipublikasikan melalui WeChat setelah prosedur-prosedur yang diperlukan diselesaikan.

Sementara terkait klaim bahwa lemon bisa membunuh virus Corona Covid-19, pernah beredar pada awal April 2020. Narasi yang menyebar ketika itu menyatakan bahwa virus Corona memiliki derajat keasaman (pH) 5,5-8,5. Dengan derajat keasaman tersebut, virus Corona bisa dibunuh dengan mengkonsumsi makanan alkali, termasuk lemon, yang mengandung pH yang lebih tinggi ketimbang pH virus.

Sebagai informasi, semakin rendah pH, suatu unsur akan semakin bersifat asam. Sementara makanan alkali mengandung pH basa atau pH di atas 7 (pH yang dianggap netral). Lemon memiliki pH sekitar 2, bukan 9,9 seperti dalam narasi itu. Menurut Euronews, mengkonsumsi makanan tertentu yang memiliki pH di bawah ataupun di atas 7 tidak akan mengubah derajat keasaman dalam tubuh. Pasalnya, tubuh telah mengatur derajat keasamannya dalam kisaran yang sangat sempit, terbatas pada pH 7,37-7,43, agar sel-sel tetap berfungsi.

Ahli virus Shaheed Jameel pun mengatakan virus tidak memiliki derajat keasaman. Karena itu, pernyataan yang mengaitkan makanan yang diklaim memiliki pH tinggi dengan virus Corona tidak berdasar. "Tidak ada organisme hidup yang memiliki nilai pH," katanya. Oyewale Tomori, profesor virologi WHO, juga mengatakan bahwa klaim tentang pH pada virus Corona keliru. "Virus Corona tidak ada hubungannya dengan perut. Jadi, bagaimana 'makanan alkali' mengalahkan virus? Klaim ini harus diabaikan," ujarnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa tidak ada warga Vietnam yang meninggal akibat Covid-19 karena rutin mengkonsumsi teh panas yang dicampur dengan perasan lemon, keliru. Meski kasus Covid-19 di Vietnam terbilang rendah, hingga saat ini, sebanyak 35 warga di negara itu yang meninggal akibat penyakit tersebut. Selain itu, tidak ada bukti yang menunjukkan teh panas atau lemon bisa mencegah atau menyembuhkan Covid-19.

TIM CEK FAKTA TEMPO

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id