Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Tes PCR Tak Bisa Bedakan Terpapar dan Terinfeksi serta Virus Hidup dan Virus Mati?

Rabu, 29 Juli 2020 18:12 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Tes PCR Tak Bisa Bedakan Terpapar dan Terinfeksi serta Virus Hidup dan Virus Mati?

Akun Facebook Moh Indro Cahyono mengunggah sebuah klaim yang menyebut tes PCR (polymerase chain reaction) tidak bisa membedakan terpapar dengan terinfeksi, sehat dengan sakit, serta virus hidup dengan virus mati. Klaim tersebut dibagikan pada 26 Juli 2020.

Berikut narasi lengkap yang diunggah oleh akun tersebut:

PCR TIDAK bisa membedakan terpapar & terinfeksi, sehat atau sakit, virus hidup atau mati.PCR HANYA menjawab ada virus di tempat pengambilan sampel / organ.

Jika terpapar awal oleh virus hidup = BELUM SAKITJika terinfeksi oleh virus hidup = SAKITJika terinfeksi oleh virus mati = TIDAK SAKITJika terinfeksi ulang virus hidup setelah pernah kena = KEBAL

Bagaimana cara menentukan penyakit ? lihat saja SEHAT atau SAKIT.Tetap jaga kesehatanTetap waspada & jaga kebersihanTetap TIDAK NYEMBAH PCRTetap sembah Tuhan & JANGAN MENYEPELEKAN Tuhan

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Moh Indro Cahyono.

Benarkah tes PCR tidak bisa membedakan terpapar dengan terinfeksi, sehat dengan sakit, serta virus hidup dengan virus mati?

PEMERIKSAAN FAKTA

Klaim tes PCR tak bisa bedakan terpapar dengan terinfeksi

Untuk memverifikasi klaim ini, Tim CekFakta Tempo menghubungi Sekretaris Jenderal Akademi Ilmuwan Muda Indonesia, Berry Juliandi. Menurut Berry, tes PCR bisa membedakan terpapar dengan terinfeksi virus sepanjang sampel yang diambil adalah sampel virus aktif yang berada di dalam sel, bukan sampel yang berada di permukaan sel atau jaringan. "Sehingga yang diisolasi saat pengambilan sampel sel adalah RNA virus aktif yang sudah menginfeksi sel," ujar Berry pada 29 Juli 2020.

Guru Besar Universitas Airlangga sekaligus Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin Professor Nidom Foundation (PNF), Chairul Anwar Nidom, mengatakan tes PCR merupakan metode untuk melihat apakah dalam tubuh seseorang terdapat gejala virus atau bakteri, baik secara utuh maupun potongan atau inaktif. "Khusus untuk virus yang disebut diagnosa konfirmasi melalui PCR (hidup dan mati) serta kultur virus (hidup)," ujar Nidom saat dihubungi pada 29 Juli 2020.

Dilansir dari The Guardian, Andrew Preston, ahli biologi dan biokimia dari Universitas Bath, mengatakan bahwa tes PCR sangat efektif untuk mendeteksi virus, namun efektivitas itu tergantung pada seberapa tepat petugas medis mengambil sampel dari hidung dan bagian belakang tenggorokan pasien.

“Jika virus tidak terangkat pada swab, hasilnya akan negatif. Jadi, seberapa efektif swab diambil, serta jumlah virus yang terdapat pada lokasi pengambilan sampel, akan menentukan apakah virus terdeteksi dari orang yang terinfeksi,” kata Preston.

Klaim tes PCR tak bisa bedakan sehat dengan sakit

Menurut Berry, tes PCR memang tidak bisa membedakan apakah seseorang sedang sehat atau sakit karena tes PCR hanyalah salah satu alat bantu proses diagnosis. Seseorang dapat dinyatakan sakit bila memiliki gejala atau simtom. Namun, dalam kasus tanpa gejala pun, seseorang sebenarnya sudah bisa dikatakan "sakit" bila sel-sel tubuhnya telah mengalami kerusakan akibat infeksi virus.

Nidom juga menjelaskan bahwa sehat atau sakit adalah kriteria klinis. Tes PCR sendiri berfungsi untuk menunjukan ada atau tidaknya virus dalam tubuh seseorang. Jika terdapat virus, ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yakni timbul sakit dan sudah pasti dapat menularkan virus atau tidak timbul sakit (orang tanpa gejala atau OTG) tapi tetap bisa menularkan virus.

Sakit atau pun tanpa gejala, menurut Nidom, merupakan hasil interaksi antara virus dengan kondisi tubuh. Virus bisa menimbulkan infeksi jika konsentrasinya mencapai jumlah minimal 10 pangkat 5-7. "Meskipun demikian, infeksi ini belum tentu menimbulkan sakit karena tergantung kondisi tubuh. Tapi orang yang membawa virus punya potensi besar untuk menularkannya kepada orang lain," ujar Nidom.

Klaim tes PCR tak bisa bedakan virus hidup dengan virus mati

Terkait klaim bahwa tes PCR tidak bisa membedakan virus hidup dengan virus mati, menurut Berry, juga tidak tepat. Pasalnya, virus sebenarnya bukan makhluk hidup karena tidak terdiri atas unit terkecil yang disebut sel. "Jadi, tes apa pun tidak akan mampu membedakan virus hidup dan mati karena mereka bukan makhluk hidup," katanya.

Namun, menurut Berry, tes PCR dapat membedakan virus mana yang mampu menginfeksi sel jika sampel virus didapatkan dari sel-sel tubuh manusia. "Ini artinya virus tersebut aktif atau 'hidup'," ujar Berry.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa tes PCR tidak bisa membedakan terpapar dengan terinfeksi, sehat dengan sakit, serta virus hidup dengan virus mati, menyesatkan. Tes PCR bisa membedakan terpapar dengan terinfeksi virus sepanjang sampel yang diambil adalah sampel virus aktif yang berada dalam sel. Tes PCR memang tidak bisa membedakan sehat dengan sakit karena tes PCR hanya alat bantu proses diagnosis. Seseorang dapat dinyatakan sakit bila memiliki gejala. Namun, dalam kasus tanpa gejala pun, seseorang sebenarnya sudah bisa dikatakan "sakit" bila sel-sel tubuhnya telah mengalami kerusakan akibat infeksi virus. Adapun terkait klaim bahwa tes PCR tidak bisa membedakan virus hidup dengan virus mati, juga tidak tepat.

ZAINAL ISHAQ

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id