Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ribuan Santri Tak Sadarkan Diri Usai Ikut Rapid Test Covid-19 dari RS Cina?

Senin, 6 Juli 2020 16:47 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ribuan Santri Tak Sadarkan Diri Usai Ikut Rapid Test Covid-19 dari RS Cina?

Sebuah gambar dengan logo CNN Indonesia yang berisi klaim bahwa ada ribuan santri di Kudus, Jawa Tengah, yang tak sadarkan diri usai ikut rapid test Covid-19 dari rumah sakit Cina beredar di media sosial. Gambar itu memuat sebuah tulisan pendek yang berjudul "Sehari Setelah Dilakukan Rapid Test Covid-19 Kepada Para Santri di Kudus, 1.000 Santri Tak Sadarkan Diri".

Gambar tersebut bertanggal 24 Juni 2020. Adapun tulisan pendek itu berbunyi: "Lebih dari 1.000 Para Santriawan & Santriawati di Kudus dalam keadaan lemah, sebagian tak sadarkan diri, setelah di lakukan Rapid Test Covid-19 oleh Tim Dokter gabungan dari Rs. Indonesia dan RS. Swasta dari China. Tim Dokter dari China di ketuai oleh Lie Kong Nyen, dan dari Indonesia oleh Ringgo Silalahi. Kini ke-2 Tim Dokter tersebut sedang di mintai keterangan oleh Menteri Kesehatan terkait kejadian tersebut."

Untuk mendukung narasi tersebut, dimuat juga empat foto dalam gambar itu. Dua di antaranya memperlihatkan sebuah prosedur rapid test. Sementara foto lainnya menampakkan tim medis yang sedang membawa pasien dan seorang polisi yang berada di antara sejumlah santri yang terlihat dalam kondisi lemah.

Di Facebook, gambar tersebut dibagikan salah satunya oleh akun Nhickey Mhedhiola, yakni pada 3 Juli 2020. Akun itu pun menulis, "Rezim ini mau menghabisi Islam." Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah dibagikan lebih dari 100 kali.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Nhickey Mhedhiola.

Artikel ini akan berisi pemeriksaan terhadap dua hal, yakni:

  • Benarkah empat foto di atas terkait dengan rapid test Covid-19 yang diikuti oleh para santri di Kudus?
  • Benarkah ada ribuan santri di Kudus yang tak sadarkan diri usai ikut rapid test Covid-19 dari rumah sakit Cina?

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memverifikasi keempat foto di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digitalnya dengan reverse image tool Google. Berikut ini hasilnya:

Fakta:

Foto ini tidak terkait dengan rapid test para santri di Kudus. Dalam artikelnya, kantor berita Antara menulis keterangan bahwa foto ini adalah foto saat tim medis Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten Magetan menggelar rapid test Covid-19 untuk para santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Fatah di Desa Temboro, Kecamatan Karas, Magetan, pada 21 April 2020. 

Sumber: Antara

Fakta:

Sama halnya dengan foto pertama, foto ini adalah foto saat Dinas Kesehatan Jawa Timur dan Magetan melakukan rapid test Covid-19 terhadap 305 santri Ponpes Al-Fatah Magetan pada 21 April 2020. Sebanyak 31 santri dinyatakan reaktif dari rapid test tersebut. 

Sumber: Antara

Fakta:

Foto ini adalah foto kegiatan simulasi penanganan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Loekmono Hadi, Kudus, Jawa Tengah, pada 1 Februari 2020. Dalam simulasi ini, tim medis mengevakuasi seorang pasien ke ruang isolasi khusus. Foto ini adalah foto jepretan forografer Antara, Yusuf Nugroho, yang dimuat di situs Suara.com.

Sumber: Suara.com

Fakta:

Foto ini bukan foto santri di Kudus yang tak sadarkan diri setelah rapid test, melainkan foto puluhan santri Ponpes Syafaatul Quran di Dukuh Rimbu Lor, Desa Rejosari, Kecamatan Karangawen, Demak, yang mendadak mual dan pusing diduga akibat keracunan makanan pada 25 Januari 2018.

Sumber: Okezone.com

Terkait klaim ribuan santri Kudus tak sadarkan diri

Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo memasukkan kata kunci “rapid test santri Kudus” di kolom pencarian situs CNN Indonesia. Lewat cara ini, ditemukan bahwa CNN Indonesia tidak pernah menerbitkan berita dengan judul sebagaimana yang tercantum dalam gambar berlogo CNN Indonesia di atas. Demikian juga di media lain, tidak terdapat pemberitaan soal ribuan santri di Kudus yang tak sadarkan diri karena ikut rapid test Covid-19.

Pada Juni-Juli 2020, Pemerintah Kabupaten Kudus memang memfasilitasi rapid test Covid-19 bagi para santri yang akan kembali ke ponpesnya masing-masing. Hasil non-reaktif rapid test menjadi syarat bagi para santri untuk bisa kembali ke ponpes. Dikutip dari Radio Suara Kudus, hasil rapid test terhadap ratusan santri Kudus ini semuanya non-reaktif.

Bahkan, untuk tes kesehatan secara keseluruhan, kondisi para santri cukup bagus. Setelah menjalani rapid test, para santri itu pun difasilitasi untuk kembali ke ponpes. Pada gelombang pertama, sekitar 300 santri diberangkatkan ke Ponpes Tegalrejo Magelang. Kemudian, pada 4 Juli, diberangkatkan 100 santri ke ponpes di Kediri, Jatim.

Rapid test Covid-19 terhadap para santri Kudus tersebut tidak melibatkan rumah sakit dari Cina. Pengurus Cabang Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Kudus menjelaskan rapid test di Pendopo Kabupaten Kudus itu adalah hasil kerja sama himpunan alumni-alumni pesantren, RMINU, dan Pemkab Kudus untuk memastikan santri bisa kembali ke ponpes dalam kondisi baik.

Sejauh ini, tidak pernah ada laporan bahwa seseorang tak sadarkan diri karena rapid test Covid-19, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Rapid test bekerja dengan cara mengambil sampel darah dari ujung jari atau pembuluh darah vena. Kemudian, sampel darah diteteskan ke alat tes atau bisa juga ditetesi serum terlebih dulu. Setelah itu, antibodi akan mengeluarkan respons yang bisa memberikan informasi tentang kontaminasi virus Corona. Kendati demikian, hasil tes terbagi dalam tiga kategori.

Hasil tes masuk dalam kategori reaktif saat terdapat garis yang muncul pada alat tes, yakni pada kolom kontrol dan kolom antibodi. Bila terdapat garis pada dua kolom ini, pasien direkomendasikan untuk melakukan konsultasi untuk tes dengan metode lain, seperti polymerase chain reaction (PCR). Tes ini dilakukan agar pasien mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Sementara hasil tes masuk dalam kategori non-reaktif bila hanya muncul garis pada kolom kontrol. Kondisi ini terjadi karena antibodi belum terbentuk kendati virus telah terdeteksi. Pada kondisi ini, pihak rumah sakit menyarankan agar pasien berkonsultasi dengan dokter dan melakukan isolasi mandiri selama sepekan hingga dua pekan. Terakhir, bila hasil tak menunjukkan apapun pada kolom kontrol dan antibodi, berarti tidak sahih.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa ada ribuan santri di Kudus yang tak sadarkan diri usai ikut rapid test Covid-19 dari rumah sakit Cina, sebagaimana yang tercantum dalam gambar berlogo CNN Indonesia di atas, keliru. Pertama, CNN Indonesia tidak pernah menayangkan berita itu. Kedua, empat foto yang ada dalam gambar di atas sama sekali tidak terkait dengan rapid test para santri Kudus. Ketiga, tidak terdapat seribu santri Kudus yang pingsan setelah menjalani rapid test. Rapid test yang diikuti oleh pada santri Kudus pun tidak berasal dari rumah sakit Cina.

IKA NINGTYAS

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id