Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Demo di Amerika Saat Pandemi Covid-19?

Senin, 29 Juni 2020 17:56 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Demo di Amerika Saat Pandemi Covid-19?

Sebuah video aerial yang memperlihatkan jutaan orang yang sedang memadati jalan dan jembatan di sebuah kota beredar di media sosial. Sebagian besar massa menggunakan pakaian hitam. Beberapa di antaranya membawa bendera. Video itu diklaim sebagai video demontrasi di Amerika Serikat saat pandemi Covid-19.

Di Facebook, salah satu akun yang membagikan video dan klaim itu adalah akun Alexandra, yakni pada 6 Juni 2020. Akun ini pun menulis narasi, “Jika dalam satu minggu mayat bergelimpangan di Amerika, berarti benar virus Corona itu ganas dan nyata. Tapi, apabila tidak terjadi apa-apa, berarti silahkan pikirkan sendiri."

Dalam unggahannya, akun ini juga mencantumkan #ChinaVirusKonspirasi. Tagar itu merujuk pada narasi bahwa Covid-19 adalah konspirasi Cina. Narasi ini juga ditegaskan kembali oleh akun itu pada kolom komentar. “Mari kita sadar pelan-pelan, akan terbuka tabir hoaks ChinaVirus yang lagi booming saat sekarang ini.”

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Alexandra.

Artikel ini akan berisi pemeriksaan terhadap dua hal, yakni:

  • Benarkah video di atas adalah video demonstrasi di Amerika saat pandemi Covid-19?
  • Benarkah Covid-19 adalah konspirasi Cina?

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengan tool InVID. Kemudian, gambar-gambar itu ditelusuri dengan reverse image tool Google. Hasilnya, ditemukan petunjuk dari video yang dimuat oleh media Inggris, Daily Mail, yang identik dengan video unggahan akun Alexandra.

Daily Mail mengunggah video tersebut pada artikel yang berjudul "Biggest crowd 'since of death of Ayatollah Khomeini in 1989': Millions flood Iranian city Ahvaz for funeral of slain general Soleimani - as protesters vow 'hard revenge' after US drone execution". Artikel ini terbit pada 5 Januari 2020. 

Artikel itu menjelaskan bahwa ada sekitar satu juta pelayat yang mengiringi pawai pemakaman komandan militer Qasem Soleimani. Soleimani adalah Kepala Pasukan Quds Pengawal Revolusi Iran yang tewas dalam serangan pesawat tanpa awak milik Amerika.

Setelah pawai pemakaman besar-besaran di Baghdad, Irak, Soleimani diterbangkan ke Kota Ahvaz di Iran barat daya, sebuah kota yang menjadi fokus pertempuran selama perang berdarah pada 1980-88 antara Irak dan Iran di mana sang jenderal menjadi terkenal. Dia kemudian dibawa ke sebuah kota di timur laut Mashhad.

Bagian awal dan akhir video Daily Mail itu menampakkan suasana pelayat saat melewati gedung-gedung dan jembatan yang membelah sebuah sungai di Iran. Bentuk jembatan tersebut identik dengan jembatan dalam video unggahan akun Alexandra. Video itu diambil saat prosesi di Ahvaz, Iran.

Arsitektur gedung dalam video unggahan akun Alexandra (kiri) yang identik dengan arsitektur gedung dalam video Daily Mail (kanan).

Tempo pun membandingkan video tersebut dengan video yang dipublikasikan oleh The Telegraph yang bersumber dari Iran Press. Video ini juga mengambil peristiwa pawai pemakaman itu dari udara, yang memperlihatkan jembatan di atas sebuah sungai yang dilewati oleh para pelayat.

The Telegraph memberikan keterangan yang sama dengan Daily Mail, bahwa video itu adalah video salah satu bagian dari prosesi pemakaman Soleimani. Prosesi pertama dimulai di Ahvaz. Setelah itu, jenazah Soleimani dibawa ke kuil Imam Reza di Masyhad.

Lewat pencarian dengan kata kunci “Bridge in Ahvaz” di Google Maps, Tempo juga menemukan bahwa video tersebut direkam di atas Jembatan Naderi yang membelah Sungai Karun. Kesamaan bentuk jembatan ini dengan jembatan dalam video itu terlihat pada tiang-tiang lampu yang saling berhadapan dan tiang-tiang penyangga.

Gambar tangkapan layar jembatan dalam video Alexandra (kiri) dan gambar tangkapan layar jembatan dalam video The Telegraph (kanan).

Gambar tangkapan layar Jembatan Naderi di Google Maps.

Lewat pencarian di Google Maps tersebut, diketahui pula bahwa nama gedung yang dilewati pelayat di bagian awal video adalah Emam Ali Medical Center. Gedung ini terletak di Jalan Salman Farsi, Ahvaz. Hal itu terlihat dari arsitektur gedung bagian atas. Dengan demikian, pawai pemakamam Soleimani itu berlokasi di sepanjang jalan Salman Farsi, Iran, bukan di Amerika.

Klaim Covid-19 adalah konspirasi Cina

Tim CekFakta Tempo telah berulangkali mempublikasikan artikel cek fakta yang menemukan bahwa sejauh ini tidak ada bukti-bukti yang menunjukkan Covid-19 hanyalah konspirasi Cina. 

Menurut artikel di Nature pada 17 Maret 2020, penelitian terhadap struktur genetik SARS-CoV-2, virus Corona penyebab Covid-19, juga menunjukkan bahwa tidak ada manipulasi laboratorium pada virus tersebut. Para ilmuwan memiliki dua penjelasan tentang asal usul virus ini, yakni seleksi alam pada inang hewan atau seleksi alam pada manusia setelah virus melompat dari hewan. "Analisis kami dengan jelas menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 bukan hasil konstruksi laboratorium atau virus yang dimanipulasi secara sengaja."

Berikut beberapa artikel cek fakta terkait usal-usul Covid-19 yang diklaim sebagai konspirasi:

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah video demonstrasi di Amerika saat pandemi Covid-19 keliru. Video itu merupakan video pawai pemakaman Qasem Soleimani, kepala pasukan elit Iran, Quds. Video itu diambil saat pawai di Kota Ahvaz, Iran, pada 5 Januari 2020, sebelum Covid-19 menyebar ke negara-negara di luar Cina. Tudingan bahwa Covid-19 adalah konspirasi Cina pun sampai hari ini tidak bisa dibuktikan.

IKA NINGTYAS

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id