[Fakta atau Hoaks] Benarkah Pesan Berantai yang Sebut Empon-empon Bisa Tangkal Virus Corona?
Selasa, 3 Maret 2020 14:19 WIB
Pesan berantai yang menyebut ramuan rempah-rempah atau "empon-empon" bisa menangkal virus Corona Covid-19 beredar di grup-grup percakapan WhatsApp. Narasi dalam pesan itu diklaim berasal dari seorang profesor di Universitas Airlangga yang bernama Nidam.
Menurut pesan berantai itu, masyarakat sebaiknya mengkonsumsi empon-empon seperti jahe, temulawak, kunyit, kayu manis, dan sereh. Rempah-rempah tersebut bisa dikonsumsi dengan cara direbus menjadi satu dan ditambahkan dengan gula merah.
Pesan itu juga menyebut, meskipun terinfeksi virus Corona, konsumsi rebusan empon-empon setiap hari bisa mengurangi dampak dari infeksi tersebut. "Dan untuk yang sehat sebaiknya rutin tiap hari minum ramuan empon-empon tersebut untuk daya tahan tubuh."
Pesan berantai ini beredar setelah Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengumumkan bahwa ada dua WNI di Indonesia yang positif terinfeksi virus Corona pada 2 Maret 2020 kemarin. Saat ini, kedua pasien itu dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta Utara.
Gambar tangkapan layar pesan berantai di WhatsApp tentang manfaat empon-empon terhadap infeksi virus Corona.
Bagaimana kebenaran isi pesan berantai itu?
PEMERIKSAAN FAKTA
Untuk memeriksa klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menghubungi Profesor Chaerul Anwar Nidom, Guru Besar Biologi Molekular Universitas Airlangga. Dia menjelaskan bahwa pesan berantai itu bukan berasal darinya. Namun, sebagian isi pesan itu benar adanya.
Nidom menduga pesan tersebut diambil dari hasil wawancara sejumlah media dengan dirinya, tapi telah dimodifikasi. "Cara memasak atau penyajiannya, saya tidak pernah membuat aturan khusus, terserah peraciknya," kata Nidom pada 2 Maret 2020.
Tempo menemukan hasil wawancara beberapa media dengan Nidom tersebut. Salah satunya adalah situs Suara Surabaya yang menerbitkan berita berjudul "Peneliti di Surabaya Temukan Manfaat Empon-empon untuk Penangkal Virus Corona" pada 27 Februari 2020. Dalam artikel itu, tidak ditemukan pernyataan Nidom terkait cara penyajian empon-empon.
Tempo kemudian memastikan isi berita tersebut kepada Nidom. Nidom menyatakan bahwa dia tidak pernah menyebut empon-empon bisa memberantas atau menyembuhkan seseorang yang terinfeksi virus Corona. Menurut dia, empon-empon diduga bisa mengurangi dampak dari bahaya sitokin dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Nidom menyatakan pernah melakukan penelitian kecil tentang manfaat sejumlah rempah-rempah, yakni jahe, temulawak, kunyit, kayu manis, dan sereh, saat mewabahnya virus flu burung sekitar 2006-2007. Saat itu, kondisi paru-paru pasien yang terinfeksi flu burung rusak parah sehingga memicu tingkat kematian yang tinggi.
Hasil penelitiannya menunjukkan kerusakan pada paru-paru itu disebabkan oleh banjir sitokin. Sebenarnya, sitokin adalah respon alamiah tubuh saat benda asing, seperti virus, bakteri, debu, atau rokok, masuk. Namun, produksi sitokin di paru-paru bisa lebih banyak ketimbang di organ lain sebab terdapat oksigen di paru-paru yang menyebabkan adanya radikal bebas sehingga produksi sitokin berlebihan.
Menurut Nidom, sitokin ternyata bisa dikendalikan dengan curcumin, zat aktif yang terkandung dalam empon-empon. Dia pun telah mengujinya pada hewan yang terinfeksi flu burung dan mendapati bahwa produksi sitokin menjadi lebih rendah setelah diberi curcumin. Namun, penelitian tersebut tidak berlanjut. "Waktu itu saya tidak lanjutkan lebih detail karena fokus untuk membuat vaksin flu burung," katanya.
Sebelum terdapat kasus positif virus Corona di Indonesia, Nidom mempelajari jurnal-jurnal penelitian untuk kasus di Wuhan, Cina. Dia menemukan bahwa ada benang merah di mana virus Corona kategori highly patogenic (virus masuk ke paru-paru) bisa menyebabkan banjir sitokin. Oleh karena itu, dia menduga curcumin bisa mengendalikan sitokin dan mengurangi dampak sebagaimana halnya dengan flu burung.
Uji Formula Curcumin
Dikutip dari arsip pemberitaan Tempo, Nidom saat ini sedang menguji formula curcumin untuk melawan patogen (virus, bakteri, dan parasit). Terbuka kemungkinan untuk mengujinya pula sebagai obat infeksi virus Corona Covid-19 yang sedang mewabah.
Tim Nidom sedang menunggu hewan percobaan untuk menggelar pengujian tersebut. Ada dua formulasi yang disiapkan dari jenis-jenis rimpang, seperti jahe, kunyit, temulawak, dan sereh. "Formulasi ini akan diujikan pada sel (invitro) dan pada hewan coba (laboratorium)," katanya pada 27 Februari 2020.
Hewan yang bakal digunakan dalam uji laboratorium dimulai dari tingkat rendah, seperti tikus dan kelinci, hingga tingkat tinggi, seperti ferret dan monyet. Kemudian, dilanjutkan dengan mengukur tingkat pengendalian konsentrasi sitokin dalam masing-masing hewan.
Langkah selanjutnya adalah dilakukan pengujian kembali pada hewan coba. Namun, setelah hewan diberi formulasi tersebut, ditantang dengan patogen (virus, bakteri, dan parasit). Virus yang bakal digunakan mulai dari virus flu atau virus flu burung.
"Syukur kalau dalam waktu dekat kami mendapatkan virus Corona Covid-19 sehingga bisa dilaksana uji tantang dengan virus itu," katanya. Nidom pun menambahkan, "Kalau tidak ada, kami akan menggunakan virus Corona lainnya."
Harapannya, setelah seluruh tahap pengujian itu selesai, bisa diketahui formulasi-formulasi itu cocok dengan patogen yang mana. Menurut Nidom, hal ini dilakukan dalam rangka menyiapkan bukti ilmiah bahwa empon-empon bisa digunakan untuk mengendalikan badai sitokin, baik yang disebabkan oleh virus Corona Covid-19 atau virus Corona lainnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, pesan berantai yang menyebut empon-empon bisa menangkal virus Corona Covid-19 tersebut sebagian benar. Sebagian isi pesan itu, bahwa empon-empon dapat mengurangi dampak dari infeksi virus Corona dan meningkatkan daya tahan tubuh, memang dinyatakan oleh Profesor Chaerul Anwar Nidom. Meskipun begitu, saat ini, Nidom masih melakukan uji formula curcumin dalam empon-empon untuk melawan patogen, termasuk virus Corona. Sementara itu, informasi terkait cara penyajian atau memasak empon-empon dalam pesan berantai tersebut tidak pernah dinyatakan oleh Nidom.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke [email protected]