Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Warga Cina Berdesakan untuk Salat Jumat Setelah Virus Corona Mewabah?

Rabu, 19 Februari 2020 12:20 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Warga Cina Berdesakan untuk Salat Jumat Setelah Virus Corona Mewabah?

Video yang diklaim sebagai video warga Cina yang berdesak-desakan untuk salat Jumat setelah virus Corona baru, Covid-2019, mewabah beredar di media sosial. Video itu memperlihatkan warga Cina yang sedang melaksanakan salat di sebuah ruas jalan.

Di Facebook, video tersebut diunggah oleh akun Azharina Official pada 15 Februari 2020. Akun ini menulis, "Masya Allah di balik virus Corona sekarang di Cina sanggup berdesak-desakan, salat Jumat sampai ke jalan-jalan."

Hingga artikel ini dimuat, video yang berdurasi 2 menit 26 detik tersebut telah telah direspons lebih dari 26 ribu kali, dikomentari lebih dari 3.400 kali, dan dibagikan lebih dari 36 ribu kali.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Azharina Official yang memuat narasi sesat mengenai video yang diunggahnya.

Benarkah video di atas adalah video warga Cina yang berdesak-desakan untuk salat Jumat setelah virus Corona Covid-2019 mewabah?

PEMERIKSAAN FAKTA

Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, video tersebut pernah diunggah sebelum virus Corona Covid-2019 pertama kali dilaporkan pada Desember 2019 lalu. Video itu dibagikan oleh kanal YouTube Pemuda Hamas pada 21 Oktober 2016.

Oleh kanal YouTube tersebut, video itu diberi judul "Umat Islam di China Ketika Shalat Jum'at". Kualitas video ini pun lebih baik ketimbang video yang diunggah oleh akun Azharina Official.

Gambar tangkapan layar unggahan video kanal YouTube Pemuda Hamas pada Oktober 2016.

Gambar tangkapan layar video yang diunggah kanal Pemuda Hamas juga pernah digunakan dalam sebuah artikel yang diunggah blog Mudhiatul Fata pada Maret 2016. Artikel itu berjudul "Video, Subhanallah.. Antusiasme Warga Muslim China yang beribadah Shalat Jum'at di Negerinya".

Menurut artikel itu, video tersebut memperlihatkan masyarakat muslim Cina yang akan melaksanakan salat Jumat di salah satu masjid di Ningxian. "Lihatlah suasana dan masyarakatnya dengan antusias dan penuh kesesakan hingga terpaksa mengambil ruas badan jalan untuk memperbesar tempat salat bagi muslim yang akan mengikuti ibadah."

Artikel itu juga menyebut, menurut sensus pada 2010, penduduk Cina yang beragama Islam mencapai 20 juta orang, mayoritas dipeluk oleh etnis Hui. "Bagi muslim Indonesia, Ningxia Hui, kawasan terbesar di Cina yang dihuni suku Hui, memiliki ikatan emosional tersendiri sebab 34 persen dari 6,32 juta penduduk di daerah otonom ini beragama Islam."

Kisah muslim Cina di Ningxia Hui yang ditulis dalam artikel di blog Mudhiatul Fata pernah dimuat oleh situs berita Detik.com sebelumnya, yakni pada 17 Maret 2012. Kisah itu dipublikasikan dalam berita yang berjudul "Ningxia Hui, Provinsi Muslim di China".

Berita ini memuat penjelasan dari Rektor Sekolah Tinggi Islam Ningxia, Yusuf Suyang, mengenai Ningxia sebagai provinsi muslim di Cina. Suyang juga menceritakan tentang bagaimana pemerintah Cina melindungi kepentingan para pemeluk agama, termasuk Islam, serta warga Cina yang memiliki nama Islam selain nama Cina.

Menurut Suyang, nama Islam tersebut biasanya diberikan oleh imam masjid kepada bayi yang baru lahir. Misalnya Suyang, mendapatkan nama Islam Yusuf. Nama Islam itu diletakkan di depan, lalu disambung dengan nama Cina.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, video unggahan akun Facebook Azharina Official bukan video warga Cina yang berdesak-desakan untuk salat Jumat setelah virus Corona Covid-2019 mewabah. Video itu adalah video warga Cina yang melaksanakan salat Jumat yang diambil pada 2016, sebelum virus Corona pertama kali dilaporkan pada Desember 2019. Dengan demikian, unggahan akun tersebut menyesatkan.

ZAINAL ISHAQ

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id