Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Menkes Terawan Pernah Sebut Tujuh Pernyataan Ekstrem soal Rumah Sakit Ini?

Selasa, 21 Januari 2020 12:00 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Menkes Terawan Pernah Sebut Tujuh Pernyataan Ekstrem soal Rumah Sakit Ini?

Informasi yang diklaim berisi tujuh pernyataan ekstrem Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto viral di media sosial. Salah satu akun yang menyebarkan informasi itu adalah akun Facebook Anugerah Terindah, yakni pada 9 Januari 2020.

Berikut ini isi lengkap informasi tersebut:

INI PERNYATAAN EKSTRIM MENTERI KESEHATAN: Letjen TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto Sp. Rad (K)

Di bawah ini patut menjadi renungan!

01. Masuk ke RS orangnya belum mati, diobati beberapa bulan kemudian mati, coba kamu pikirkan ini diobati hingga sembuh, atau diobati hingga mati?

02. Diabetes, mula-mula satu tanda plus, selama 10 tahun pengobatan berubah menjadi empat tanda plus, coba kamu katakan setelah pengobatan jadi ringan atau tambah berat, serta apakah masih bisa bertahan 10 tahun lagi?

03. Dokter sendiri berdarah tinggi 10 tahun, dia sendiri tidak dapat mengobati dirinya, tapi bisa bisa buka resep untuk pasien darah tinggi. Dokter itu sendiri diabetes 5 tahun, asam urat 8 tahun, membuka resep mengobati pasien yang sakit 1-2 tahun. Apakah ini tidak lucu?

04. Gedung RS makin bangun makin besar, pasien sakit makin hari makin banyak, apabila dokter benar-benar dapat menyembuhkan pasien, seharusnya pasien makin hari makin sedikit.

05. Penderita kanker dioperasi, radioterapi, kemoterapi, setelah 2-3 bulan mati, bahkan bangkrut melarat. Andai tidak masuk RS malah bisa hidup 2 tahun, bahkan bisa lebih lama, apakah itu prestasi medis atau hal yang menyedihkan?

06. Jadi seharusnya orang macam apa yang harus ke rumah sakit?

Pertama ==> orang yang butuh pertolongan darurat

Kedua ==> orang yang butuh hemostasis darurat (menghentikan pendarahan)

Ketiga ==> orang yang patah tulang tangan/kaki

Keempat ==> ibu hamil yang akan melahirkan

Bagi orang-orang selain di atas, asal mengatur mentalitas hidup, berolahraga, ubah kebiasaan buruk, gizi seimbang, perawatan dengan herbal sudah cukup!

07. Kesimpulan

Manusia sudah kehilangan pola pikir logisSakit → Makan obatKe dokter → Masuk RS

Akibatnya→ Jual rumah→ Pinjam uang→ Diobati sampai mati

Inilah kesedihan pola pikir inersial manusia! Manusia demikian galau dan tersesat!

Ingat! Kunci sehat berada di tangan diri sendiri!

Engkau sesungguhnya tidak sakit, hanya punya kebiasaan ke dokter periksa penyakit. Jadi otaknyalah yang berpenyakit.

Mahathir Mohamad (usia ± 92 th) mengatakan, "Saya akan menyarankan orang untuk tidak beristirahat ketika mereka menjadi tua karena jika Anda beristirahat, Anda akan segera menjadi sangat lemah dan tidak mampu, dan mungkin menjadi pikun."

"Jadilah aktif setelah Anda mencapai usia pensiun", kata Dr. Mahathir (Perdana Menteri Malaysia).

Ini sama dengan otot-ototmu, jika Anda tidak menggunakan otot dan berbaring sepanjang waktu, otot-otot bahkan tidak dapat membawa berat badan Anda. Anda tidak bisa berdiri, Anda tidak bisa berjalan.

Otak juga sama. Jika Anda tidak menggunakan otak Anda, Anda tidak berpikir, Anda tidak menyelesaikan masalah, Anda tidak membaca, Anda tidak menulis, otak mundur, dan Anda menjadi pikun. Jadi selalu aktiflah, tambahnya.

Jangan pernah merasa sudah tua, tetaplah muda dan aktif.

Hadapi hidup ini dengan semangat, jangan pernah berpikir menyerah dan ingat kekayaan yang kita punya tidak ada yang abadi.

Hingga artikel ini dimuat, unggahan akun Anugerah Terindah itu sudah dibagikan lebih dari 2.800 kali dan direspons lebih dari 1.400 kali.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Anugerah Terindah yang memuat narasi keliru mengenai Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

Benarkah pernyataan di atas berasal dari Menkes Terawan?

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memeriksa klaim di atas, Tim CekFakta Tempo melakukan pencarian di Facebook. Hasilnya, narasi serupa pernah beredar di Facebook pada akhir 2018. Salah satu akun Facebook yang menyebarkan narasi itu adalah akun Arti Marwah Permata.

Namun, dalam unggahannya, akun tersebut mengklaim bahwa tujuh pernyataan ekstrem tersebut diucapkan oleh Menteri Kesehatan Cina, Zhang Wen Kang. Perbedaan lainnya, tidak ada kalimat yang diklaim sebagai pernyataan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad.

Dengan telah menyebarnya informasi tersebut sejak akhir 2018, tujuh pernyataan itu tidak mungkin diucapkan oleh Menkes Terawan. Pasalnya, Terawan baru dilantik sebagai Menkes oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada Oktober 2019.

Praktisi humas rumah sakit, Anjari Umarjianto, juga menegaskan bahwa informasi tersebut hoaks. Lewat akun Twitter pribadinya, @anjarisme, Anjari menyatakan, "Awas hoaks! Pernyataan ini bukan dari Pak Menkes Terawan."

Dalam cuitannya pada 6 Januari 2020 itu, Anjari mengatakan bahwa informasi tersebut beredar kembali lewat grup-grup percakapan WhatsApp. "Faktanya, pernyataan ini dapat ditemukan di media daring sejak 2018, ketika Pak Terawan belum menjadi Menkes," ujar Anjari yang merupakan Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia ini.

Label "disinformasi" dari Kementerian Komunikasi dan Informatika mengenai klaim "tujuh pernyataan ekstrem Menkes Terawan".

Hal ini pun dinyatakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dalam artikelnya pada 9 Januari 2020, Kominfo menyatakan bahwa klaim mengenai "tujuh pernyataan ekstrem Pak Menkes" adalah disinformasi atau informasi yang salah.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, tujuh pernyataan ekstrem tersebut bukan berasal dari Menkes Terawan. Dengan demikian, unggahan akun Facebook Anugerah Terindah keliru.

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id