Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Video Bernarasi Semua yang Berbau Jawa di Jayapura Hancur?

Senin, 2 September 2019 18:37 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Video Bernarasi Semua yang Berbau Jawa di Jayapura Hancur?

Sebuah video dengan narasi bahwa semua yang berbau Jawa di Jayapura hancur beredar di media sosial Facebook. Unggahan itu dibagikan oleh akun Ida Strasser Neue di Facebook pada 31 Agustus 2019. Dia juga menulis bahwa video itu merupakan keadaan terkini Jayapura, Papua, setelah kerusuhan terjadi di sana pada 29 Agustus 2019.

“Video kondisi terakhir Jayapura. Mau ke bandara saja sampai tiga hari dan dikawal marinir dievakuasi. Semua yg berbau Jawa hancur,” tulis akun tersebut.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Ida Strasser Neue di Facebook.

Video itu direkam dari dalam mobil yang sedang melaju. Ada pula suara seorang perempuan yang terekam dalam video itu. Dalam video itu, tampak pula bangunan di bagian kanan dan kiri jalan yang terbakar dan hanya tersisa puing-puingnya. “Habis semua, astaga! Bea Cukai hancur. Oh, my God. Abis, abis semua,” kata wanita dalam video itu.

Artikel ini akan memeriksa, pertama, benarkah peristiwa dalam video itu terjadi di Jayapura? Dan kedua, benarkah klaim bahwa waktu tempuh ke bandara di Jayapura mencapai tiga hari dan semua yang berbau Jawa di sana hancur?

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memastikan bahwa video itu benar diambil di Jayapura, Tempo menggunakan dua metode, yakni mencocokkan video itu dengan gambar yang telah dipublikasikan di media massa dan wawancara. Tempo tidak bisa menggunakan pengecekan lokasi dengan Google Maps karena tidak tersedia street view di Jayapura.

Tempo pun mengambil gambar tangkapan layar video yang beredar itu di detik ke-10 pada bangunan yang diklaim sebagai bangunan Bea Cukai Jayapura. Bangunan berwarna biru ini tampak hangus di bagian kiri. Ada pula dua mobil dalam kondisi rusak parah yang terparkir di sana.

Tulisan nama instansi di bagian depan bangunan tidak tertulis dengan jelas sehingga Tempo akan mengindentifikasi bangunan dan dua mobil di lokasi itu sebagai petunjuk. Tempo kemudian menelusuri foto-foto di Google dengan kata kunci “Bea Cukai di Jayapura Dibakar”.

Tempo mendapatkan foto yang identik dengan kondisi dalam video, yakni foto yang diunggah dalam berita Tempo.co berjudul “Pasca-Rusuh Jayapura, Kapolda Papua Minta Pendatang Tahan Diri” edisi 30 Agustus 2019. Foto itu bersumber dari Kantor Berita Antara.

Keterangan foto tersebut berbunyi:

Seorang pria mengamati sejumlah kendaraan yang terbakar di depan Kantor Bea Cukai Papua setelah unjuk rasa di Jayapura, Papua, Jumat, 30 Agustus 2019. Sejumlah bangunan dan kendaraan terbakar saat aksi pada Kamis (29/8). ANTARA/Indrayadi TH

Video yang diunggah oleh akun Ida Strasser Neue di Facebook (atas) dan foto ydalam berita Tempo.co berjudul “Pasca-Rusuh Jayapura, Kapolda Papua Minta Pendatang Tahan Diri” yang bersumber dari Kantor Berita Antara.

Foto itu menampakkan sisi kiri gedung yang hangus terbakar, kain terpal berwarna biru, dan dua mobil yang rusak parah. Kondisi ini cocok dengan yang terekam di video. Dengan demikian, foto ini terkonfirmasi berada di Jayapura, tepatnya di Jalan Koti, sesuai alamat Bea Cukai Jayapura.

Sejumlah media massa juga memberitakan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Jayapura menjadi salah satu bangunan yang dibakar massa pada 29 Agustus 2019. Akibatnya, aktivitas perkantoran dan pelayanan masyarakat terkait kepabeanan dan cukai di Jayapura terhenti.

Pimpinan redaksi Kabarpapua.co, Syamsudin Levi, juga membenarkan bahwa isi video itu memang merupakan suasana Jayapura setelah kerusuhan pada 29 Agustus 2019. Video diambil di Jalan Koti, depan Pelabuhan Jayapura.

“Mobil itu dari arah pusat Jayapura menuju tanjakan Weref ke arah Argapura-Hamadi-Entrop dan Abepura,” kata Syamsudin Levi kepada Tim CekFakta Tempo pada Senin, 2 September 2019.

Narasi Salah

Tempo mewawancarai Daeng Ipul, relawan Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet), yang sedang bertugas di Jayapura. Pada 31 Agustus 2019, saat akun Ida Strasser Neue mengunggah videonya, Daeng juga menempuh perjalanan dari Abepura ke Bandara Sentani. Saat itu, Daeng hendak terbang ke Makassar.

Menurut Daeng, perjalanan dari Abepura ke bandara cukup lancar dan tanpa dikawal oleh marinir. “Jalanan sudah ramai dan warga mulai membuka toko,” katanya kepada Tim CekFakta Tempo.

Daeng menjelaskan jalur ke bandara memang sempat tertutup pada 29 Agustus 2019 saat kerusuhan pecah karena banyak peserta demonstrasi yang berkumpul di daerah Waena dan Abepura. “Tapi itu cuma sebentar, saat mereka longmarch saja,” kata Daeng.

Adapun narasi “semua yang berbau Jawa hancur” juga salah. Pimpinan redaksi Kabarpapua.co, Syamsudin Levi, mengatakan bangunan di Jayapura yang dibakar adalah rumah, tempat usaha, serta perkantoran milik pemerintah dan perusahaan swasta. Artinya, pembakaran itu tidak terkait dengan salah satu etnis tertentu.

Dikutip dari Tribunnews.com, perkantoran yang hangus adalah Kantor Majelis Rakyat Papua (MRP), Kantor Komisi Pemilihan Umum Papua, Gedung Plaza Telkom, Dinas Komunikasi dan Informatika Papua, serta Kantor Balai Besar dan Meteorologi, Klomatologi, dan Geofisika Jayapura. Ada pula kantor diler Suzuki Entrop, kantor diler Daihatsu, Hotel Horison Kotaraja, Hotel Gran Abe, dan lainnya.

KESIMPULAN

Pemeriksaan fakta di atas menunjukkan bahwa memang benar video yang diunggah akun Ida Strasser Neue di Facebook pada 31 Agustus 2019 diambil di Jayapura usai aksi protes masyarakat Papua yang berujung kerusuhan. Namun, narasi yang menyebutkan bahwa perjalanan menuju bandara membutuhkan waktu tiga hari dan dikawal marinir serta semua yang berbau Jawa hancur keliru. Kesimpulannya, unggahan ini termasuk informasi yang menyesatkan.

IKA NINGTYAS

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cekfakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id