Keliru: Gempa di Thailand Terjadi Akibat Melegalkan Pernikahan Sesama Jenis

Selasa, 8 April 2025 22:30 WIB

Keliru: Gempa di Thailand Terjadi Akibat Melegalkan Pernikahan Sesama Jenis

SEBUAH video yang memperlihatkan dahsyatnya gempa di Thailand terjadi akibat negara itu menjadi yang pertama di Asia Tenggara melegalkan pernikahan sesama jenis. Video itu diunggah akun media sosial X ini [arsip] dan beberapa akun Facebook dengan menampakkan bangunan pencakar langit hancur, tiang listrik bergoyang, dan orang-orang berlarian.

Narator menyebut bahwa Undang-undang tersebut disahkan pada Juni 2024 dan mulai berlaku 23 Januari 2025. Pengunggah menulis bahwa negeri itu kebanyakan maksiat, maka akan turun gempa bumi.

Lalu benarkah gempa di Thailand karena negara itu melegalkan pernikahan sesama jenis?

PEMERIKSAAN FAKTA

Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa gempa di Thailand tidak disebabkan karena negara itu meresmikan pernikahan sesama jenis. Gempa di Thailand terjadi karena peristiwa tektonik. Selain itu, pusat gempa berkekuatan 7,7 Skala Richter itu berada di wilayah Myanmar, bukan Thailand.

Myanmar dan Thailand diguncang gempa besar berkekuatan 7,7 Skala Richter (SR) pada Jumat, 28 Maret 2025. Dikutip dari BBC.com, gempa tersebut menyebabkan lebih dari 3.000 kematian dan runtuhnya sejumlah bangunan. Ibu kota Thailand, Bangkok, terletak lebih dari 621 mil dari episentrum gempa, namun sebuah gedung tinggi yang belum rampung di kota itu roboh karenanya.

Tempo melansir, ahli geologi Jess Phoenix menyatakan energi yang dilepaskan oleh gempa tersebut setara dengan 334 bom atom. "Kekuatan yang dilepaskan oleh gempa yang begitu kuat mirip dengan ledakan 334 bom atom," kata Jess seperti dikutip dari Times Now, Ahad, 30 Maret 2025.

Gempa ini berpusat di wilayah Sagaing, Myanmar, pada kedalaman 10 kilometer (km). Menurut profesor ilmu bumi dan planet di Northwestern University, Suzan van der Lee, peristiwa ini terjadi akibat pergerakan Lempeng Tektonik India yang bertabrakan dengan Lempeng Eurasia.

"Himalaya dan Dataran Tinggi Tibet adalah hasil yang paling menonjol dari tabrakan ini, tetapi sisi timur Lempeng India juga bertemu dengan Lempeng Eurasia, di Myanmar," ujar Van der Lee seperti dikutip dari Al Arabiya.

Judith Hubbard, ilmuwan gempa lulusan Harvard, mengatakan hal yang sama. Ia menjelaskan bahwa gempa ini berasal dari Sesar Sagaing—patahan tektonik sepanjang 1.200 km yang membentang dari selatan hingga utara Myanmar—menjadi faktor utama di balik gempa ini.

"Patahan yang pecah Jumat disebut Sesar Sagaing, dan merupakan patahan strike-slip besar yang menjangkau dari pantai di selatan ke perbatasan utara Myanmar, jarak hampir 1.200 km," ujarnya.

Ia juga mengungkapkan keberadaan Sesar Sagaing membelah wilayah tengah Myanmar, menciptakan formasi perbukitan serta pegunungan akibat pergerakan kerak bumi. Patahan ini juga berisiko tinggi karena melintasi kota-kota besar seperti Yangon, Nay Pyi Taw, dan Mandalay.

Karena hal tersebut, setiap aktivitas seismik berpotensi menimbulkan dampak yang luas. Berdasarkan pengukuran GPS serta penelitian geologi, Sesar Sagaing mengalami pergeseran sekitar 20 milimeter per tahun, menjadikannya salah satu patahan paling aktif dan berbahaya di dunia.

Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menunjuk Sesar Sagaing merupakan bagian dari sistem tektonik yang membatasi Lempeng India dan Eurasia, sehingga memiliki aktivitas seismik yang sangat signifikan. Laju pergeseran dari tumbukan kedua lempeng itu sendiri disebutnya cukup signifikan, yakni 18-22 mm per tahun. "Mekanismenya geser menganan," kata Daryono seperti dikutip oleh Tempo pascagempa Myanmar.

Menurut Daryono, ada dua kemungkinan efek merusak gempa Myanmar bisa menjangkau jauh hingga ke Bangkok yang berjarak lebih dari 965 kilometer dari pusat gempa tersebut. Pertama, efek Vibrasi Periode Panjang (Long Vibration Period) dimana gelombang gempa yg sumbernya jauh direspons tanah lunak dan tebal di Bangkok.

Kedua, efek direktivitas atau efek yang terjadi ketika energi gempa terfokus dalam satu arah. "Semakin tinggi direktivitas, semakin terkonsentrasi energi dalam satu arah," kata dia.

Verifikasi Video

Tim Cek Fakta Tempo memeriksa video tersebut dengan bantuan Google Lens, mesin pencarian Google dan Youtube. Video tersebut merupakan kumpulan dari beberapa video peristiwa gempa yang terjadi di Thailand dan Myanmar.

Video 1

Potongan video ini telah diunggah sejumlah akun media social aksara Myanmar. 

Di antaranya akun Facebook Myanmar Live,  akun Facebook ini dan ini. Keterangan yang menyertai video menunjukkan bahwa peristiwa tersebut terjadi di Kota Myanmar, yaitu di Distrik Mandalay.

Video 2

Potongan video ini pernah diunggah oleh akun Youtube KTVU FOX 2 San Francisco di sini pada 29 Maret 2025 dengan mencantumkan kredit video Anansit Yamee melalui Storyful. Gedung tersebut merupakan gedung 34 lantai di Bangkok yang runtuh pada hari Jumat, 28 Maret, setelah gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter yang mengguncang negara tetangga Myanmar. 

Anansit Yamee merekam dan memperlihatkan sebuah derek di atas gedung yang sedang dibangun, bergoyang sebelum bangunan itu runtuh.

“Saya mengalami gempa bumi, yang belum pernah saya alami sebelumnya dalam hidup saya. Jadi saya mengeluarkan ponsel saya untuk merekam video,” kata Yamee kepada Storyful.

“Saya mengarahkan kamera ke atas gedung dan melihat lokasi konstruksi berguncang maju mundur. Itu sangat menakutkan. Bangunan itu runtuh tepat di depan mata saya. Saya sangat terkejut dengan ini.”

Video 3

Potongan video ini menunjukkan lokasi yang sama dengan video yang pernah diunggah akun Youtube The Guardian News pada detik ke 42 hingga 50. Video yang diunggah pada 28 Maret 2025 tersebut berjudul “Myanmar: earthquake destroys temple and collapses bridge amid widespread damage”.

Tiga foto di lokasi serupa, juga pernah diunggah oleh akun Facebook Myanmar Live di sini. Pengunggah menulis bahwa Hotel Aung Pan ambruk. Aung pan nama sebuah kota di Myanmar.

Akun Burma VJ juga mengunggah sejumlah foto. Satu diantaranya di Lokasi yang sama dengan potongan video di atas. “Bangunan dan hotel di Myanmar runtuh karena gempa bumi yang kuat, dua kali setelah 12:02 pm. Akibat gempa Force 7 yang bergerak ke barat laut wilayah Sagaing, wilayah Sagaing dan wilayah Mandalay, menyebabkan kerusakan terbanyak dan ada korban longsor,” tulis akun Burma VJ berbahasa Myanmar yang sudah diterjemahkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa video gempa di Thailand karena negara itu melegalkan pernikahan sesama jenis adalah keliru.

TIM CEK FAKTA TEMPO 

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]