Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, Klaim Mata Uang BRICS Punya Nilai Tukar dengan Dolar AS

Rabu, 6 November 2024 15:50 WIB

Keliru, Klaim Mata Uang BRICS Punya Nilai Tukar dengan Dolar AS

Sebuah akun media sosial Facebook [arsip] mengunggah foto mata uang BRICS dan hasil nilai tukar ke dolar AS (USD/US dollar). Konten tersebut mengklaim bahwa nilai tukar 1 BRICS per 28 Oktober sebesar $24,83 atau setara dengan Rp369 ribu. 

Pengunggah menulis narasi sebagai berikut: “Nilai Mata Uang BRICS, 1 Brics mempunyai nilai tukar, $24,83 per hari ini, atau setara 369 ribuan rupiah, per tanggal 28 Oktober 2024, Menurut kalian gimana, untung apa rugi Indonesia gabung BRICS?”

Benarkah mata uang BRICS punya nilai tukar dengan dolar AS?

PEMERIKSAAN FAKTA

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan Konferensi Tingkat Tinggi BRICS yang berlangsung di Rusia Oktober lalu, tidak meluncurkan mata uang digital bersama secara resmi, baik dalam bentuk digital maupun konvensional. Meskipun beberapa negara BRICS sedang mengembangkan Central Bank Digital Currency (CBDC), seperti rubel digital Rusia dan yuan digital Cina, mata uang digital BRICS yang spesifik dan terintegrasi untuk seluruh negara anggota belum hadir sebagai satu entitas di pasar kripto.

“Saya sudah cek di Bloomberg, tapi tidak ada BRICS. Biasanya kalau crypto yang terdaftar dan legal, bisa dicek di Bloomberg,” kata Josua kepada Tempo, 6 November 2024. Hal itu juga didukung dengan dokumen-dokumen terakhir yang dihasilkan dalam KTT BRICS 2024. “Di dalam dokumen resmi juga tidak ada [peluncuran mata uang BRICS],” kata ekonom lulusan Universitas Amsterdam ini.

Kemungkinan, kata dia, nama BRICS yang terlihat di situs yang memuat informasi nilai tukar uang dengan dolar adalah palsu. Kemungkinan lain ada kesamaan nama. “Nilai tukar BRICS terhadap dolar AS yang muncul di beberapa konten kemungkinan besar adalah spekulasi atau salah pengertian, dan ini tidak mempengaruhi nilai tukar mata uang konvensional yang berlaku di pasar,” katanya. 

Josua mengatakan beberapa negara BRICS telah mengadopsi sistem pembayaran digital, seperti BRICS Pay yang memungkinkan transaksi lintas negara tanpa menggunakan US dollar atau dolar AS. Namun sebenarnya sistem ini lebih berupa jaringan pembayaran daripada mata uang digital. 

Uang digital di sini, kata dia, merujuk pada bentuk mata uang yang berbasis teknologi blockchain dan bertujuan untuk mempercepat transaksi internasional secara lebih efisien, dengan perlindungan keamanan yang tinggi. Uang digital seperti ini masih berada dalam tahap awal di banyak negara dan perlu pengawasan regulasi untuk memastikan keamanan dan stabilitas transaksi lintas negara.

Jika mata uang digital BRICS diluncurkan dan diadopsi secara luas dalam perdagangan antar negara-negara BRICS, Josua meyakini, dapat mengurangi dominasi dolar AS dalam perdagangan internasional, terutama di kawasan negara-negara yang berusaha menghindari ketergantungan pada dolar AS. Negara-negara BRICS memiliki alasan geopolitik dan ekonomi untuk mencoba mengurangi ketergantungan pada dolar AS karena ini dapat melindungi mereka dari sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat. 

Akan tetapi, Ia mengingatkan transisi dari dolar AS ke mata uang BRICS dalam perdagangan global akan membutuhkan waktu yang lama karena kepercayaan terhadap dolar AS dan infrastruktur yang terkait dengannya sudah mendominasi. “Jadi, meskipun sudah terdapat inisiasi untuk mata uang digital BRICS, namun mata uang BRICS saat ini belum ada atau diterapkan, dan klaim tentang nilai tukar BRICS terhadap US dollar lebih merupakan spekulasi.

BRICS adalah akronim dari Brazil, Rusia, India, China, dan South Africa (Afrika Selatan), perhimpunan dari 5 negara yang bertujuan memperkuat kerja sama di antara negara-negara anggotanya untuk perdamaian dan kesejahteraan bersama.

Dalam dokumen Development of BRICS Digital pada Januari 2024 [arsip], salah satu poin komitmen anggota-anggota BRICS adalah menggunakan mata uang lokal, bukan menerbitkan mata uang baru. Hal ini dinilai lebih cepat daripada membuat mata uang digital baik untuk transaksi domestik maupun internasional. 

Kemudian pada KTT BRICS 2024, salah satu usulan yang dibahas adalah pengembangan jaringan bank komersial global yang dapat melakukan transaksi lintas batas dalam mata uang lokal, dengan penyelesaian yang didukung oleh pertukaran informasi melalui mekanisme alternatif, seperti disebutkan dalam dokumen Improvement of The International Monetary and Financial System [arsip].

Namun gelombang misinformasi bermunculan di media sosial setelah KTT BRICS ke-16 yang berlangsung pada 22-24 Oktober 2024 di Kazan, Rusia. Tempo menemukan 900 konten di Facebook dan 300 konten di Instagram yang mengunggah terkait kata kunci “mata uang BRICS”. 

Dari konten-konten tersebut terdapat sejumlah konten yang keliru atau menyesatkan yakni: “BRICS atau Rusia meluncurkan mata uang BRICS dengan bendera Indonesia”, “harga konversi BRICS ke US dollar dan Rupiah”, serta “BRICS telah menggantikan US dollar”.

Artikel cek fakta Tempo sebelumnya menjelaskan uang kertas dalam kolase video tersebut merupakan simbolis dan digunakan sebagai souvenir dalam KTT BRICS yang berlangsung di Kazan, Rusia. Lembaran uang tersebut saat ini bukan alat pembayaran dan tidak bisa digunakan untuk transaksi menggantikan dolar Amerika Serikat. Sekretaris pers kepala negara Rusia, Dmitry Peskov, menyebut uang kertas itu sebagai “uang kuasi”, simbol kerja sama yang dilakukan negara-negara anggota BRICS dengan menampilkan bendera negara-negara anggotanya.

Mata uang BRICS masih sebatas ide. Belum ada pengumuman resmi yang dibuat mengenai peluncuran mata uang tersebut. Selama ini, kelima negara tersebut menggunakan mata uangnya masing-masing dalam melakukan transaksi perdagangan.

Dikutip dari CNN Indonesia, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov mengatakan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, belum berencana untuk membuat mata uang khusus bagi negara-negara anggota BRICS. Sebab, pembuatan mata uang BRICS membutuhkan proses panjang yang tidak mudah. 

Saat ini, semua negara anggota BRICS masih menggunakan mata uang nasional mereka atau mata uang dolar AS untuk melakukan aktivitas ekonomi dengan negara anggota lainnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan Tempo, klaim mata uang BRICS punya nilai tukar dengan dolar AS adalah keliru.

Konferensi Tingkat Tinggi BRICS yang berlangsung di Rusia Oktober lalu, tidak meluncurkan mata uang digital bersama secara resmi, baik dalam bentuk digital maupun konvensional. Meskipun beberapa negara BRICS sedang mengembangkan Central Bank Digital Currency (CBDC), seperti rubel digital Rusia dan yuan digital Cina, mata uang digital BRICS yang spesifik dan terintegrasi untuk seluruh negara anggota belum hadir sebagai satu entitas di pasar kripto.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]