Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, Pfizer Mohon Maaf setelah Banyak yang Tewas karena Vaksin Covid-19

Selasa, 30 April 2024 18:55 WIB

Keliru, Pfizer Mohon Maaf setelah Banyak yang Tewas karena Vaksin Covid-19

Sebuah narasi beredar di Facebook akun ini, ini dan ini, yang mengatakan bahwa perusahaan produsen obat medis asal Amerika Serikat, Pfizer, memohon maaf terkait vaksin Covid-19 yang mereka buat dan edarkan.

Permintaan maaf itu dikaitkan karena vaksin Pfizer telah menyebabkan banyak orang meninggal dunia, menderita kelumpuhan, dan sakit parah. Disebut juga bahwa pihak yang selama ini mengharuskan dan mengimbau vaksinasi Covid-19, harus turut meminta maaf. Narasi tersebut dikatakan bersumber dari sebuah artikel berbahasa Inggris.

Namun, benarkah Pfizer meminta maaf karena vaksin Covid-19 yang mereka produksi berkaitan dengan kematian, kelumpuhan, dan sakit parah banyak orang?

PEMERIKSAAN FAKTA

Artikel yang yang dijadikan sumber informasi narasi tersebut ialah dari website Thenationalpulse.com yang berjudul “Pfizer Says ‘Sorry’ for Illegally Promoting Unlicensed COVID Vax with No Safety Data.”

Artikel itu menjelaskan Otoritas Kode Praktik Obat Resep Inggris (PMCPA) menyatakan bahwa Pfizer melanggar aturan publikasi obat atau vaksin. Mereka mempromosikan vaksin Covid-19 melalui Twitter atau X, sebelum mendapat izin edar.

Twit itu diunggah di akun Direktur Medis Pfizer Inggris, Dr Berkley Phillips. Seharusnya promosi obat dilakukan setelah produk itu mendapatkan izin edar kepada masyarakat, sehingga telah diuji secara berlapis, keamanan dan khasiatnya.

Promosi obat atau vaksin juga seharusnya memuat informasi yang lengkap, termasuk bahan yang digunakan dan efek samping yang bisa timbul. Sehingga dianggap tidak layak dipromosikan di Twitter dengan informasi singkat.

Untuk kesalahan cara promosi itu, Juru Bicara Pfizer Inggris menyampaikan permohonan maaf. Mereka menyatakan menyesal dan menerima putusan atas keluhan penyalahgunaan media sosial tersebut.

Izin dan Efek Samping Covid-19

Twit promosi vaksin dari pegawai Pfizer Inggris yang dianggap tak layak karena belum mendapat izin itu muncul tahun 2020. Namun sesungguhnya pada akhir tahun tersebut, Pemerintah Inggris mengeluarkan izin penggunaan vaksin tersebut sehingga kemudian vaksin disuntikkan pada masyarakat di sana, sebagaimana diberitakan Cbsnews.com.

Di Indonesia pun vaksin tersebut disuntikkan kepada masyarakat setelah mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI. Dilansir Antara, 15 Juli 2021, BPOM memberikan izin edar yang bersifat darurat (Emergency Use Authorization/EUA) untuk vaksin Pfizer.

Izin itu keluar setelah produk melalui kajian dan uji oleh BPOM, bekerja sama dengan Tim Ahli Komite Nasional Penilai Vaksin Covid-19 dan Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) untuk memastikan mutu, khasiat dan keamanannya.

Enam bulan kemudian, BPOM menyiarkan bahwa mereka mengizinkan CoronaVac atau Vaksin COVID-19 Bio Farma, Comirnaty oleh Pfizer, AstraZeneca (Vaxzevria dan Kconecavac), Moderna, dan Zifivax, sebagai vaksin booster Covid-19. 

Dilansir Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), banyak orang merasakan efek samping setelah menerima vaksin Covid-19, seperti kepala, kelelahan, dan nyeri di tempat suntikan. Pada umumnya efek itu bersifat ringan dan akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari.

Meskipun jarang terjadi, yakni sekitar 5 kasus per satu juta penyuntikan, ditemukan juga penerima vaksin yang mengalami anafilaksis. Efek samping itu berupa alergi parah terhadap semua jenis vaksin, tidak hanya vaksin Covid-19 saja.

Vaksin Covid-19 juga dinyatakan tidak memiliki risiko kematian, dan justru bisa menghindarkan manusia dari risiko terkena virus yang bisa membahayakan jiwa. Miokarditis dan perikarditis juga ditemukan meskipun jarang, yang akan sembuh dengan beristirahat dalam beberapa hari.

Vaksin Covid-19 Pfizer juga tercatat tidak memiliki efek samping Sindrom Guillain-Barré (GBS) alias sistem imun yang merusak sel saraf dan bisa menyebabkan kelumpuhan. CDC mengaku terus memantau kemungkinan kasus GBS dari vaksinasi dan akan mempublikasikannya.

Efek samping vaksinasi yang tercatat juga meliputi Trombosis dengan sindrom trombositopenia (TTS) atau pembekuan darah di pembuluh darah besar dan jumlah trombosit yang rendah. Diperkirakan ada empat kasus TTS dari satu juta penyuntikan vaksin Covid-19.

Publikasi Resmi PMCPA

Website resmi PMCA mempublikasikan keterangan lengkap mengenai perjalanan kasus tersebut. Pengaduan kasus bernomor AUTH/3741/2/23 tersebut diterima tanggal 15 Februari 2023 dan selesai ditangani pada 1 Maret 2024.

Panel PMCA menyorot kode etik mereka yang menyatakan, informasi, klaim dan perbandingan terkait obat harus akurat, seimbang, adil, obyektif dan tidak ambigu, serta harus didasarkan pada evaluasi terkini terhadap semua bukti dan mencerminkan bukti tersebut dengan jelas.

Sementara cuitan yang dipermasalahkan dalam kasus ini, berbunyi:

Kandidat vaksin kami 95% efektif dalam mencegah COVID-19, dan 94% efektif pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Kami akan mengajukan semua data kami ke otoritas kesehatan dalam beberapa hari. Terima kasih kepada setiap sukarelawan dalam uji coba kami, dan kepada semua yang tanpa lelah memerangi pandemi ini.

Berikut petikan tanggapan panel PMCA:

Panel menganggap bahwa lima karyawan tersebut, termasuk dua karyawan senior, tidak menyadari dampak dari me-tweet ulang postingan karyawan US Global tersebut, mengingat tweet tersebut berkaitan dengan obat-obatan yang tidak (belum) berlisensi, pada saat minat masyarakat terhadap obat-obatan tersebut sedang meningkat.

Kasus ini mempermasalahkan satu twit yang mendapat sejumlah retweet, yang melibatkan lima orang pegawai Pfizer, di mana dua di antaranya merupakan pejabat tinggi perusahaan. Kasus ini tidak berkaitan dengan publikasi-publikasi resmi perusahaan Pfizer.

KESIMPULAN

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan Pfizer meminta maaf setelah salah menyebarkan informasi dan menyebabkan banyak orang meninggal, lumpuh dan sakit parah karena vaksin yang mereka produksi, merupakan klaim yang keliru.

Sesungguhnya Pfizer memohon maaf atas satu twit dari pegawainya yang mempromosikan vaksin Pfizer saat produk itu belum mendapat izin di Inggris. Namun sesungguhnya, akhirnya Inggris menggunakan vaksin tersebut setelah izin dikeluarkan.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id