Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ada Susu Berbahan Kimia dari Cina yang Beredar di Indonesia?

Senin, 22 April 2019 12:35 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ada Susu Berbahan Kimia dari Cina yang Beredar di Indonesia?

Informasi adanya bahan kimia impor dari Cina dan dijual sebagai susu, beredar di media sosial. Kabar itu dibagikan oleh akun Netizen Lampung di Instagram, Ahad 21 April 2019. 

Akun Netizen Lampung membagikan teks yang meminta masyarakat waspada atas beredarnya bahan kimia ilegal dari Cina. Apabila dicampur dengan air, bahan kimia itu akan berubah mirip susu.

Akun tersebut membagikan teks yang meminta masyarakat waspada atas beredarnya bahan kimia ilegal dari Cina. Apabila dicampur dengan air, bahan kimia itu akan berubah mirip susu.

“Sekarang lagi beredar di pasar dan dijual sebagai susu,” demikian teks yang dibagikan.

Pada halaman kedua, akun tersebut membagikan video yang memperlihatkan bagaimana bahan kimia tersebut berubah warna seperti susu setelah dicampur dengan air.

 

PEMERIKSAAN FAKTA

Sebelum beredar di Indonesia, video tersebut telah dibagikan oleh warganet dari belahan dunia lain. Narasi itu pernah disebut berada di Turki, Pakistan, dan India.

Video tersebut sebenarnya telah beredar di media sosial sejak Oktober 2018. Salah satunya, pernah dibagikan oleh akun Yasmeen Rana @rainayasmeen di Twitter pada 13 Oktober 2018. 

Video yang sama pernah beredar di warganet Pakistan.

Akun Yasmeen menulis: “As per WHO Pakistani produces 14 crore litres of Milk and sells around 50 + crores litres of Milk. They say Pakistanais are drinking  poision and not Milk.. due to such huge adulteration 87% of population in Pakistani could suffer from Cancer”

Situs Kenyan Daily Post, pernah memuat narasi dan video susu dari bahan kimia asal Cina ini pada 18 Oktober 2019. Situs tersebut meyakinkan bahwa susu palsu tersebut dapat membahayakan orang-orang Kenya apabila dikonsumsi karena berasal dari bahan kimia. 

Fakta sebenarnya, cairan itu bukan susu dari Cina dan tidak pula dijual sebagai susu di Indonesia. Yang tampak dalam video memang benar adalah bahan kimia yang biasanya dipakai sebagai cairan pendingin atau pelumas untuk logam.

Ulasan mengenai video dan bahan kimia tersebut pernah ditulis oleh Mikhail Shor, seorang blogger Live Journal dan host radio “Autoradio-Ivanovo”, Rusia. Ia menjelaskan pada artikelnya, bahwa cairan pendingin itu biasanya berbahan minyak petroleum dengan emulsi cair 3-10%.

Cairan pelumas itu bisa mengurangi gesekan di area mesin, mengurangi aus karena gesekan alat, dan secara signifikan mengurangi lecet dan kerusakan pada permukaan pada peralatan. Dalam blognya ia juga memberikan sebuah foto bagaimana cairan pelumas itu disemprotkan dalam sebuah perangkat mesin.

Pejelasan mengenai cairan kimia yang biasanya dipakai sebagai cairan pendingin atau pelumas untuk logam.

“Ketika dicampur dengan air, warna kecoklatan pada zat pendingin berubah menjadi putih susu,” tulis Mikhail dalam blognya berbahasa Rusia, dan Tempo terjemahkan dengan Google Translate, 6 November 2018. 

Lokasi di mana video itu diambil, kemungkinan besar berada di sebuah kawasan industri di India. Itu tampak dari tulisan hitam pada drum yang dipakai sebagai alas mencampurkan cairan pelumas dengan air.

Sisi luar drum itu tertulis “GIDC Industrial Estate”, yang apabila kita telusuri dengan mesin pencari ini merupakan kawasan industri di Gujarat, India. Kemudian tampak pula tulisan “District Bharuch”, sebuah distrik di bagian selatan semenanjung Gujarat, India.

 

KESIMPULAN

Dari pemeriksaan fakta di atas bisa disimpulkan bahwa video tersebut bukan susu berbahan kimia yang beredar di Indonesia. Melainkan video tentang percampuran bahan kimia yang dipakai sebagai pelumas mesin di kawasan industri di Bharuch, Gujarat, India.

 

IKA NINGTYAS