Keliru: Vaksin TBC Berisi Elemen Nanobots
Selasa, 17 Juni 2025 19:21 WIB

SEBUAH video beredar di media sosial [arsip] tentang seorang pria yang mengajak warga agar tidak menggunakan vaksin tuberkulosis (TBC). Sebabnya, pria tersebut mengklaim, vaksin TBC mengandung elemen nanobots atau teknologi berukuran mikro. “Itu bukan obat TBC, Saudara. Ada nanobotnya di dalam,” kata pria tersebut.
Di luar negeri, kata dia, orang dewasa yang telah divaksin TBC berubah menjadi autis. Dia juga menyebut, pendiri Microsoft, Bill Gates, menjadikan Indonesia sebagai kelinci percobaan untuk vaksin TBC.
Tempo mendapat permintaan pembaca untuk memeriksa, benarkah vaksin TBC berisi elemen nanobots?
PEMERIKSAAN FAKTA
Tempo memverifikasi klaim itu dengan bantuan mesin penelusuran Google, YouTube, dan wawancara ahli. Faktanya, narasi yang disebarkan tersebut tidak berdasarkan fakta dan bukti ilmiah.
Potongan video di atas secara utuh dipublikasikan di kanal YouTube Lukas Sutrisno pada 17 Mei 2025 berjudul Musuh yang Harus Kita Kalahkan. Potongan video yang menyebar tersebut terdapat pada menit ke-32.29 sampai 36.59.
Kandidat vaksin TBC baru yang dibiayai oleh Bill Gates adalah M72/AS01E. Menurut Aliansi Vaksin (GAVI) dan sejumlah peneliti, vaksin ini dibangun berdasarkan protein fusi bernama M72, yang menggabungkan fragmen dari dua protein yang terdapat pada Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab TB. Untuk meningkatkan respons imun tubuh, vaksin ini juga mengandung adjuvan bernama AS01E, yang juga digunakan untuk meningkatkan respons imun terhadap vaksin malaria dan vaksin herpes zoster Shingrix. Tidak ada nanobots sebagai komposisi bahan vaksin TBC.
Hal itu juga dijelaskan oleh peneliti dan virolog dari Universitas Airlangga (UNAIR), Dr. Arif Nur Muhammad Ansori. Menurut dia, vaksin terdiri dari zat aktif berupa protein, atau bagian dari kuman yang sudah dilemahkan atau tidak aktif. Bahan-bahan tambahan lain lebih berfungsi untuk meningkatkan respons imun tubuh (adjuvan).
Seluruh kandungan vaksin diperiksa ketat oleh lembaga pengawas di setiap negara, seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Indonesia. “Tidak ada satupun bukti ilmiah yang menunjukkan adanya “alat asing” atau “teknologi tersembunyi” di dalam vaksin,” kata Arif kepada Tempo, Jumat, 13 Juni 2025.
Klaim bahwa vaksin bisa menyebabkan autisme, juga sudah dibantah berkali-kali oleh penelitian ilmiah dari berbagai negara. Isu ini pertama kali muncul dari sebuah studi yang dilakukan oleh Dr. Andrew Wakefield yang mengaitkan Autism spectrum disorder (ASD) dengan vaksin campak, gondok, dan rubella (MMR). Riset tersebut sudah ditarik dari jurnal ilmiah.
Menurut Arif sudah ratusan penelitian telah menyimpulkan tidak ada hubungan antara vaksin dan autisme. Maka dari itu, menyebarkan kembali mitos ini hanya akan menambah ketakutan yang tidak berdasar, dan bisa membuat masyarakat enggan divaksinasi.
Efektivitas kandidat vaksin TBC M72/AS01E
Sejak tahun 2000, terdapat 19 kandidat vaksin TB yang telah diuji. Namun, hanya enam vaksin, termasuk M72 yang berhasil lolos hingga uji klinis tahap tiga.
Para peneliti dalam Tuberculosis vaccine developments and efficient delivery systems: A comprehensive appraisal, mencatat, uji klinis fase 2b terkontrol menunjukkan, M72/AS01E memberikan perlindungan sebesar 54,0 persen pada dewasa yang terinfeksi bakteri TBC, tanpa masalah keamanan yang jelas.
Studi lain menunjukkan perlindungan sekitar 50 persen terhadap perkembangan menjadi TB paru aktif selama 3 tahun pada dewasa yang terinfeksi bakteri TBC dan negatif HIV. Oleh karena itu, M72/AS01E dianggap sebagai vaksin TBC pertama dalam satu abad yang memiliki efektivitas signifikan.
Dikutip dari situs Theconversation.com, vaksin M72/AS01E sangat dibutuhkan karena berpotensi mempercepat penanganan kasus TB di Indonesia. Indonesia masih bertengger di posisi kedua global dengan lebih dari satu juta kasus dan 134 ribu kematian per tahun (17 orang meninggal setiap jam) akibat infeksi Mycobacterium tuberculosis (bakteri penyebab TB).
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim vaksin TBC berisi elemen nanobots adalah keliru.
TIM CEK FAKTA Tempo
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]