Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menyesatkan, Makan Buah-buahan saat Perut Kosong Bisa Obati Kanker

Selasa, 18 Juli 2023 23:19 WIB

Menyesatkan, Makan Buah-buahan saat Perut Kosong Bisa Obati Kanker

Sebuah teks yang beredar di aplikasi perpesanan WhatsApp menyatakan bahwa makan buah-buahan saat perut kosong atau sedang merasa sangat lapar, bisa mengobati kanker. Narasi itu berdasarkan pengalaman dokter Stephen Mak, yang menyatakan tingkat keberhasilan terapi tersebut 80 persen.

Kemudian diterangkan beberapa jenis terapi buah untuk kesehatan. Salah satunya dari Dr Herbert Shelton menyarankan masyarakat memakan jeruk dan lemon sebelum makan nasi. Asam tinggi yang terkandung, dikatakan akan menjadi alkalin (basa) di dalam tubuh bila dimakan dalam keadaan perut kosong.

Namun, benarkah klaim-klaim dalam pesan tersebut?

PEMERIKSAAN FAKTA

Tempo memverifikasi klaim itu dengan membandingkannya pada informasi dari sumber-sumber kredibel, termasuk dari pakar kanker atau onkologi di bidang kesehatan. Hasilnya, makan buah saat perut kosong bukan terapi pengobatan kanker.

Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Aru Wisaksono Sudoyo, mengatakan makan buah saat perut kosong bukan terapi kanker. Demikian juga tidak ada penelitian terkait dampak terapi seperti itu terhadap pasien kanker.

“Secara umum buah sangat baik untuk kesehatan, bahkan baik untuk mencegah kanker. Tapi tidak untuk menyembuhkan kanker. Tidak ada penelitian untuk terapi pengobatan kanker,” kata Aru pada Tempo, melalui telepon, Senin 17 Juli 2023.

Dilansir AFP, pesan seperti itu juga pernah beredar dalam versi berbahasa Perancis. Sejumlah pakar di Perancis dan Benua Afrika pun menyatakan tidak ada bukti yang mendukung klaim bahwa makan buah saat perut kosong bisa mengobati kanker.

Sementara dokter spesialis gizi klinik di Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta, dr Nessa Wulandari, mengatakan bahan makanan biasanya menjadi bahan pendukung bagi pasien kanker dalam menjalani terapi dan masa pengobatannya. Jadi, menurutnya buah bukan obat kanker.

Klaim keliru lainnya tentang konsumsi buah saat perut kosong pernah beredar yang juga mencatut nama Dr Herbert Shelton, sebagaimana ditulis Snopes.com. Ia merupakan doktor di bidang naturopati dan ditangkap berkali-kali karena praktik kedokteran tanpa lisensi, dan meninggal dunia tahun 1985.

Anjuran makan buah saat perut kosong, diperkirakan diungkapkan pertama kali oleh Harvey dan Marilyn Diamond dalam periode tahun 1980-an. Mereka disebut sebagai ahli penurunan berat badan.

Mereka mengatakan bahwa buah harus dimakan sebelum memakan makanan lain, agar cepat terserap di dalam usus dan tidak membusuk serta mengeluarkan zat asam. Namun sesungguhnya makan buah bersamaan dengan jenis makanan lain tetap disarankan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).

Di sisi lain, dalam dunia kesehatan terdapat sejumlah terapi untuk pasien kanker, yakni kemoterapi, imunoterapi, radioterapi, terapi target dan terapi hormon sebagaimana disebutkan dalam situs Siloam Hospital. Pemilihan terapi yang tepat biasanya mempertimbangkan jenis dan stadium kanker yang diderita, serta riwayat kesehatan pasien.

KESIMPULAN

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim yang menyatakan makan buah saat perut kosong atau sedang merasa sangat lapar adalah menyesatkan

Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Aru Wisaksono Sudoyo menyatakan tidak ada terapi penyembuhan kanker dengan makan buah saat perut kosong.

Pada umumnya buah adalah bahan makanan yang sehat bagi manusia dan bisa mencegah berbagai penyakit. Namun belum ada penelitian maupun bukti kuat yang mendukung klaim terkait manfaat makan buah saat perut kosong bagi penderita kanker.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id