Belum Ada Bukti, Konsumsi Labu Siam Bakar Secara Rutin Bisa Obati Asam Urat Selamanya
Selasa, 20 Juni 2023 18:56 WIB
Sebuah video reels berisi klaim bahwa labu siam bakar bisa mengobati asam urat, beredar di Instagram dan Facebook.
Video juga menunjukkan cara pembakaran labu siam tersebut, diawali dengan menyiapkan labu siam segar, mencucinya, membelahnya menjadi dua, lalu membakarnya di atas kompor.
Selanjutnya labu siam bakar dikupas, dipotong dadu dan disarankan dikonsumsi secara rutin, sebagai camilan atau lalapan. Benarkah klaim tersebut?
PEMERIKSAAN FAKTA
Tempo mengkonfirmasi klaim itu pada Dosen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (UB) Malang, Dr. dr. Dian Nugrahenny, M.Biomed. Dia mengatakan belum ada penelitian yang membuktikan dampak mengkonsumsi labu siam bakar pada asam urat.
Dian Nugrahenny menjelaskan ada beberapa penelitian praklinis yang menunjukkan bahwa flavonoid dan asam amino dalam ekstrak labu siam bisa memunculkan aktivitas antioksidan dan antiradang. Namun, penelitian ini dilakukan pada tingkat sel dan hewan percobaan, belum dilakukan pembuktian pada manusia.
“Karena terbatasnya hasil penelitian, sehingga masih terlalu dini untuk dapat menyimpulkan potensi labu siam sebagai bahan obat. Lebih lanjut, penelitian khusus mengenai hubungan konsumsi labu siam dengan kadar asam urat masih sangat terbatas. Dan, tidak ada penelitian khusus mengenai manfaat labu siam yang dibakar pada kadar asam urat, sebagaimana yang sedang viral saat ini,” kata dr Dian dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Senin, 19 Juni 2023.
Penelitian mengenai efek labu siam pada asam urat masih sangat terbatas, sehingga belum dikategorikan sebagai tanaman yang berpotensi menjadi bahan obat. Demikian juga, belum ada penelitian efek mengkonsumsi labu siam bakar terhadap penderita asam urat.
Lebih lanjut, dr Dian menjelaskan asam urat adalah zat alami yang dibentuk saat tubuh memecah purin. Sejumlah bahan makanan mengandung banyak purin seperti daging merah, jeroan, produk olahan daging seperti sosis, daging asap, dan kaldu daging konsentrat, makanan laut seperti udang, kerang, sotong, ikan sarden, dan ikan teri, kacang-kacangan, serta alkohol terutama bir.
Kondisi kadar asam urat yang tinggi di dalam darah disebut sebagai hiperurisemia yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti nyeri sendi pada artritis gout dan batu ginjal.
Meskipun belum terbukti layak menjadi bahan obat, labu siam telah lama menjadi bahan makanan yang mengandung nutrisi baik untuk tubuh, seperti serat, vitamin, mineral, dan beberapa senyawa bioaktif seperti flavonoid dan asam amino.
Kandungan serat yang tinggi dapat menjaga kesehatan saluran cerna, kemudian vitamin dan mineral secara umum berperan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh serta menjaga fungsi sel dalam tubuh.
Dian juga menjelaskan labu siam mengandung getah yang dianjurkan untuk dibersihkan sebelum dimasak. Caranya, setelah dicuci, dikupas dan dipotong dadu, labu siam direndam air garam (1 sdt garam per liter air) selama 15 sampai 30 menit. Kemudian kembali bilas dengan air bersih.
“Selanjutnya, untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai manfaat kesehatan suatu bahan makanan, disarankan untuk merujuk pada penelitian ilmiah terbaru atau berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi yang kompeten. Mereka dapat memberikan informasi yang lebih spesifik berdasarkan hasil penelitian terbaru dan kondisi kesehatan Anda secara individu,” kata dr Dian lagi.
KESIMPULAN
Berdasarkan verifikasi Tempo, bisa disimpulkan bahwa belum ada bukti untuk menyimpulkan mengkonsumsi labu siam bakar bisa mengobati asam urat.
Labu siam bukan tanaman potensi bahan obat, dan belum ada penelitian terkait efek labu siam bakar pada asam urat.
Meski demikian, labu siam yang telah lama menjadi bahan pangan di Asia, terutama di wilayah tropis, diketahui kaya akan gizi seperti serat, vitamin, mineral, dan asam amino yang bisa memberikan dampak baik pada tubuh manusia.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]