Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, Enam Jenis Makanan yang Berbahaya Jika Dikonsumsi Bersamaan

Kamis, 8 September 2022 15:28 WIB

Keliru, Enam Jenis Makanan yang Berbahaya Jika Dikonsumsi Bersamaan

Sebuah unggahan di Facebook memuat narasi tentang makanan yang berbahaya jika dikonsumsi bersamaan, bahkan dapat menyebabkan kematian. Narasi itu berjudul, Bahaya! 6 makanan ini tidak boleh dikonsumsi bersamaan. Nomor 4 bisa menyebabkan kematian.

Unggahan tersebut menyebutkan enam makanan yang diklaim berbahaya jika dikonsumsi bersamaan. Yakni susu kedelai dengan telur, daging dengan semangka, udang dengan jus jeruk, kepiting dengan teh, sayur bayam dengan kedelai serta mi instan dengan coklat.

Tangkapan layar unggahan yang berisi tentang 6 jenis makanan yang diklaim tidak boleh dimakan secara bersamaan

Apa benar ada enam jenis makanan yang menimbulkan bahaya apabila kita mengkonsumsinya secara bersamaan?

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk membuktikan kebenaran klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo menghubungi Ahli Gizi Rumah Sakit Pelni Jakarta, dr. Jovita Amelia M.Sc, SpGK, AIFO-K, Rabu, 7 September 2022. Berikut penjelasannya:

Klaim 1: Mengkonsumsi susu kedelai dengan telur

 Klaim 1

Menurut Jovita, kedelai memang benar mengandung antinutrient, di antaranya tripsin dan chymotripsin inhibitor yang merupakan enzim untuk mencerna protein. 

Akan tetapi faktor ini mudah sekali diinaktivasi dengan pemanasan, seperti dengan menggoreng atau merebus atau kukus. Susu kedelai juga telah melalui proses pemanasan sehingga tidak masalah meminum susu kedelai bersama dengan telur.

Klaim 2: Mengkonsumsi daging dengan semangka

Foto 2

Menurut Jovita, daging kambing disebut ‘panas’ sebenarnya adalah sensasi hangat di tubuh setelah mengkonsumsi daging kambing. Hal tersebut disebabkan oleh efek thermogenik. 

Efek termogenik adalah panas yang dihasilkan oleh metabolisme bahan makanan dalam tubuh. Jadi, tubuh mengeluarkan energi lebih banyak untuk mencerna bahan makanan. Daging kambing menjadi salah satu bahan makanan berprotein tinggi yang memiliki efek thermogenik tersebut.

Sementara semangka disebut buah ‘dingin’ karena efek tingginya kadar air dalam semangka yakni sekitar 90 persen. Namun asupan tinggi cairan dalam semangka, tidak akan menurunkan efek metabolisme tubuh saat mencerna protein. Asupan tinggi cairan bahkan dapat membantu meningkatkan metabolisme tubuh.

“Semangka kaya akan antioksidan yang dapat menjaga fungsi pembuluh darah dan melindungi dari penyakit hati. Selain itu semangka juga dapat membantu menurunkan kadar LDL atau kolesterol jahat dalam darah,” kata Ahli Gizi yang juga berpraktek di RS Ciputra ini.

Klaim 3: Mengkonsumsi udang dan jus jeruk

Foto 3

Klaim vitamin C dalam jus jeruk bisa memicu reaksi senyawa arsenik pada udang dan menjadi racun mematikan adalah keliru.

Menurut publikasi ilmiah Clinical Chemistry, kadar arsenik dalam udang tidak banyak dan bisa langsung dikeluarkan dari tubuh melalui urine, sehingga tidak berbahaya.

Menurut WHO, kadar arsenik sebanyak 0,5-1 mg yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan masih termasuk aman dan tidak menimbulkan gangguan penyakit di dalam tubuh.

“Udang memiliki kandungan arsenik organik yang sifatnya stabil dan tidak berbahaya. Bahkan bila terdapat kandungan arsenik anorganik di dalam udang pun jumlahnya hanya kurang dari 4 persen atau sekitar 0,5 mg,” kata Jovita.

Klaim 4: Mengkonsumsi kepiting dan teh

Foto 4

Beberapa jenis teh memang mengandung tanin. Tanin merupakan komponen pada tanaman yang diklasifikasikan sebagai polifenol yang diketahui memiliki efek antioksidan dan dapat bermanfaat bagi kesehatan di antaranya mendukung kesehatan pembuluh darah dan jantung.

Selain itu, teh memiliki efek baik untuk menjaga kolesterol dan tekanan darah. Tanin juga ada di bahan makanan lain seperti anggur merah, anggur, kopi, jus apel, strawberi, rasberi, blackberries, pomegranate, plum, walnut, olive, lentil, coklat.

Tanin juga memiliki beberapa efek samping di antaranya rasa tidak enak di perut dan mual yang biasanya terjadi bila minum teh dengan perut kosong pada orang-orang yang sensitif. “Jadi tidak masalah makan kepiting dengan minum teh,” ujar alumni Universitas Trisakti ini.

Klaim 5: Sayur bayam dan kedelai

Foto 5

Bayam termasuk sayur hijau dan merupakan salah satu makanan tinggi oksalat. Tempe juga jenis makanan yang tinggi kalsium. Tetapi tidak benar jika mengkonsumsi keduanya akan membentuk endapan. 

Batu calcium oksalat terbentuk karena banyak faktor, di antaranya makanan tinggi oksalat dan diet kurang kalsium. Jadi kalsium membantu mencegah terbentuknya batu oksalat dengan mengikat oksalat di saluran cerna sebelum mencapai ginjal.

Jadi tidak masalah makan bayam bersamaan dengan kedelai. Sebaliknya, malah dianjurkan.

Klaim 6: Mengkonsumsi mi instan dan coklat 

Foto 6

Narasi yang menyebutkan bahwa mengkonsumsi mi instan dan coklat menyebabkan penyakit hati, ginjal dan pembuluh darah adalah tidak benar. 

Mi instan dan cokelat tidak mungkin mengandung zat berbahaya yang dapat menyebabkan gagal organ karena sudah melewati uji oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebelum diedarkan.

Meski begitu, ada ancaman lain jika terlalu sering mengkonsumsi keduanya. Yakni risiko meningkatkan asupan karbohidrat dan gula darah yang dapat menyebabkan obesitas dan meningkatnya gula darah terutama pada pasien diabetes.

KESIMPULAN

Dari hasil pemeriksaan fakta, narasi yang menyebutkan enam jenis makanan di atas berbahaya jika dikonsumsi bersamaan adalah keliru.

Kandungan gizi yang ada pada makanan tersebut sama sekali tidak membahayakan tubuh, apalagi menyebabkan kematian.

TIM CEK FAKTA TEMPO

** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id