Keliru, Video tentang Serangan Nuklir Rusia ke Ukraina
Jumat, 19 Agustus 2022 13:00 WIB
Sebuah akun Facebook mengunggah video berjudul “Kabar Hari Ini, Ngeri !! Serangan Nuklir Rusia Jadi Begini” yang berkaitan dengan perang antara Rusia dan Ukraina.
Video ini menarasikan Sekjen PBB mengatakan serangan nuklir Rusia di Ukraina akan bunuh kita semua. Opsi yang banyak didiskusikan Rusia untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina akan menyebabkan dunia laut api. Hal ini disampaikan Sekjen PBB António Guterres saat mengunjungi Jepang dalam peringatan jatuhnya bom atom.
Video berdurasi 8:47 menit itu diunggah tanggal 14 Agustus 2022. Sampai tulisan ini dibuat, unggahan tersebut telah disukai 2 ribu, 136 ribu komentar, dan disaksikan 53 ribu pengguna Facebook.
Tangkapan layar video yang beredar di Facebook dengan narasi serangan nuklir Rusia ke Ukraina
Benarkah terdapat serangan nuklir Rusia ke Ukraina?
PEMERIKSAAN FAKTA
Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, sebagian dari kompilasi video ini menunjukkan latihan militer yang digelar Rusia, di tengah invasi yang masih Rusia lakukan pada Ukraina. Namun sejauh ini, Rusia belum menggunakan senjata nuklirnya.
Selain itu, belum ada pernyataan resmi dari PBB terkait isu penggunaan senjata nuklir oleh Rusia di Ukraina.
Untuk verifikasi video dan narasi dalam video ini, Tempo menelusuri fragmen video dengan reverse image tool dengan Yandex, Google, maupun kata kunci di Youtube. Tempo menggunakan Google dan Yandex translate untuk menerjemahkan berita atau pernyataan berbahasa asing.
Dari penelusuran ditemukan bahwa fragmen-fragmen dalam video ini berasal dari potongan video dari kegiatan dan peristiwa yang berbeda-beda.
Berikut ini fakta-fakta atas tiga cuplikan video tersebut:
Video 1
Pemeriksaan video 1
Fragmen video pada detik 0:32 berdasarkan penelusuran Tempo identik dengan rilis video dalam kanal resmi PBB UNifeed pada tanggal 12 Maret 2018. Video ini berisi tentang keterangan dari Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa H.E. António Guterres, tentang situasi di Suriah, pada pertemuan Dewan Keamanan ke-8201.
Dalam pertemuan yang berlangsung tanggal 12 Maret 2018 di Markas Besar PBB, António Guterres hari ini mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa, terlepas dari pengesahan Resolusi 2401 pada 24 Februari 2018, tidak ada penghentian permusuhan di Suriah.
Guterres mengatakan kekerasan berlanjut di Ghouta timur dan sekitarnya, termasuk di Afrin, sebagian Idlib dan ke Damaskus dan pinggirannya. Bantuan kemanusiaan terus menghadapi hambatan sehingga situasi kemanusiaan dan hak asasi manusia menjadi lebih putus asa dari hari ke hari.
Video 2
Pemeriksaan video 2
Pada menit ke-1:14, video ini menampilkan fragmen dua orang tentara mempersiapkan persenjataan yang dibawa kendaraan militer. Persenjataan tersebut berdasarkan pencarian Tempo berjenis BM-27 MLRS Uragan Launcher.
Hasil pemeriksaan Tempo menunjukkan, fragmen ini identik dengan unggahan kanal Televisi Militer Ukraina tanggal 1 Februari 2022. Kanal ini menyebutkan, tidak jauh dari perbatasan administratif dengan Krimea yang diduduki sementara oleh Rusia, unit artileri roket melakukan latihan lapangan untuk mengkoordinasikan perhitungan sistem roket tembakan salvo Uragan.
Dilansir laman resmi Ukrainian Military Center, latihan ini berlangsung di kota Pripyat, Kyiv dekat pembangkit listrik tenaga nuklir. Latihan tersebut dihadiri oleh kepala Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertahanan, Garda Nasional, Layanan Darurat Negara, Polri, duta besar negara asing dan perwakilan negara mitra.
Video 3
Pemeriksaan video 3
Pada menit ke-6:25, video ini menampilkan kendaraan militer dengan plat nomor 2003 ™ 50. Berdasarkan pencarian Tempo, ini merupakan kendaraan militer ini yang membawa RS-24 Yars.
RS-24 Yars merupakan sistem rudal strategis Rusia yang terdiri dari rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat berbasis silo atau mobile. Satu rudal bisa menggendong hulu ledak nuklir seberat 150-250 kiloton. Rusia mengklaim, RS-24 Yars mampu menembus target yang sangat terlindungi juga sistem pertahanan rudal balistik (BMD) apa pun saat ini.
Hasil pencarian Tempo menunjukan, fragmen gambar ini identik dengan tayangan iZ News tanggal 1 Juni 2022. Kanal berbahasa Rusia ini menyebutkan, PGRK "Yars" mengambil bagian dalam latihan militer. Disebutkan juga, peluncur otonom Yars PGRK dari formasi Teikovsky ikut serta dalam latihan di wilayah Ivanovo.
Latihan ini melibatkan kendaraan ranjau jarak jauh Foliage yang menyertai Yars pada rute patroli tempur serta kendaraan tempur anti-sabotase Typhoon-M terbaru yang dilengkapi dengan kendaraan udara tak berawak.
Situs bahasa Rusia RU24.net juga merilis foto yang identik pada tanggal 1 Juni 2022. Dilansir RU24, latihan skala besar tersebut diadakan di wilayah Ivanovo, Russia. Militer menguji peluncur otonom dari sistem rudal darat bergerak Yars dari formasi pasukan rudal Teikovsky.
Menurut Kementerian Pertahanan Federasi Rusia, seribu personel militer ikut serta dalam latihan ini.
Sumber: RU24.net, 1 Juni 2022
Isu Senjata Nuklir dalam Invasi Rusia di Ukraina
Dikutip dari Reuters, Menteri Pertahanan Rusia mengumumkan pada 16 Agustus 2022, mereka "tidak perlu" menggunakan senjata nuklir di Ukraina. Hal ini untuk menjawab spekulasi media bahwa Moskow mungkin menggunakan senjata nuklir atau senjata kimia dalam konflik adalah bentuk kebohongan.
“Dari sudut pandang militer, tidak perlu menggunakan senjata nuklir di Ukraina untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Tujuan utama senjata nuklir Rusia adalah untuk mencegah serangan nuklir,” kata Sergei Shoigu dalam pidatonya di konferensi keamanan internasional di Moscow.
Shoigu juga menuduh operasi militer Ukraina sedang direncanakan oleh Amerika Serikat dan Inggris, dan bahwa NATO telah meningkatkan penempatan pasukannya di Eropa timur dan tengah "beberapa kali lipat".
Dilansir Sky News, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan komando militer untuk menempatkan pasukan pencegah nuklir dalam siaga tinggi. Menanggapi hal itu Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan komentar Putin sebagai "upaya besar untuk mengalihkan perhatian dari masalahnya di Ukraina" dengan mengingatkan dunia bahwa Rusia memiliki kemampuan nuklir.
Isu penggunaan senjata nuklir di Ukraina kembali mencuat setelah Kedutaan Besar Rusia di Washington memperingatkan aksi Amerika Serikat di panggung dunia berisiko menyebabkan konflik langsung antara negara-negara nuklir.
Pada Maret 2022, Rusia menduduki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl milik Ukraina sebagai bagian invasi mereka. Namun pekerja PLTN di sana terus mengawasi penyimpanan yang aman dari limbah bahan bakar nuklir. Mereka juga mengawasi sisa-sisa reaktor yang terbungkus beton yang meledak pada tahun 1986, yang menyebabkan kecelakaan nuklir terburuk di dunia.
Rusia kemudian mengembalikan kendali PLTN tersebut ke tangan Ukraina pada Jumat (01/04) dini hari, setelah lebih dari sebulan mendudukinya. Badan energi Ukraina, Energoatom, mengatakan penarikan pasukan dilakukan setelah ada kabar bahwa tentara Rusia terpapar radiasi saat menggali parit di zona eksklusi di sekitar PLTN yang ditutup. Namun, belum ada konfirmasi resmi atas kabar tersebut.
Dilansir laman resmi UN News, di hadapan Japan National Press Club tanggal 8 Agustus 2022, Sekjen PBB António Guterres mengatakan menyerang pembangkit nuklir adalah tindakan bunuh diri. Pernyataan ini terkait serangan Rusia ke Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl. Pada tanggal 1 April 2022 Rusia telah menarik mundur pasukannya dari Chernobyl, namun serangan tersebut menyisakan kerusakan yang berbahaya.
Hingga tulisan ini dibuat, invasi Rusia atas Ukraina memasuki hari ke-175. Dilansir Al Jazeera, hingga saat ini, kontak senjata antara pasukan Rusia dan Ukraina terus berlangsung. Pada tanggal 17 Agustus 2022, gudang amunisi milik Rusia di Krimea meledak. Pihak Rusia mengatakan ledakan tersebut karena sabotase yang dilakukan kelompok bersenjata yang setia pada Ukraina.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa video Rusia melakukan serangan nuklir ke Ukraina adalah keliru.
Video tersebut adalah kompilasi latihan militer Rusia di tengah invasi negara itu ke Ukraina. Sejauh ini Rusia mengumumkan belum menggunakan nuklir dalam invasi itu. Namun risiko penggunaan nuklir oleh Rusia tetap bisa terjadi, sebagaimana yang dikhawatirkan oleh PBB dan negara-negara lainnya.
TIM CEK FAKTA TEMPO
** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]