Menyesatkan, Unggahan tentang Sindrom Guillain-Barre yang Terjadi setelah Vaksinasi Covid-19
Senin, 11 Juli 2022 22:37 WIB
Sebuah akun facebook mengunggah klaim bahwa vaksinasi Covid-19 dapat menyebabkan sindrom Guillain-Barré, pada 26 Juni 2022. Unggahan itu berupa tautan dan tangkapan layar berita berjudul Guru Susan Lumpuh Usai Vaksinasi karena Guillain-Barre Syndrome dan Inggris Akui Sindrom Guillain-Barré Sebagai Efek Vaksin AZ.
Akun tersebut menuliskan narasi, “Sindrom Guillain-Barré stelah vekzinasi. Gejala kelumpuhan beberapa bagian tubuh seperti kena strok.”
Selain tautan dua berita tersebut, akun tersebut juga menyertakan tautan salah satu rumah sakit yang memuat penjelasan tentang Sindrom Guillain-Barré (SGB).
PEMERIKSAAN FAKTA
Hasil pemeriksaan fakta Tempo menunjukkan, situs viva.co.id memang benar pernah mempublikasikan berita berjudul Guru Susan Lumpuh Usai Vaksinasi karena Guillain-Barre Syndrome pada 3 Mei 2021. Akan tetapi terdapat penjelasan dari
Ketua Komda Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Jawa Barat, Kusnandi Rusmil bahwa Susan telah mengalami SGB tersebut tanpa gejala sejak dua minggu sebelum vaksinasi.
"Dua minggu sebelum imunisasi sebetulnya ini sudah terjadi infeksi yang tanpa gejala. Jadi sudah ada gejala yang tanpa gejala yang menimbulkan reaksi GBS, jadi waktu disuntik besoknya terjadi kelumpuhan itu kebetulan saja," ujar Kusnandi, dalam berita tersebut.
Kemudian berita berjudul Inggris Akui Sindrom Guillain-Barré Sebagai Efek Vaksin AZ, juga benar pernah diberitakan oleh Republika.co.id pada 26 Oktober 2021. Berita itu dengan mengutip Regulator obat-obatan Inggris (MHRA) yang menambahkan sindrom Guillain-Barré sebagai efek samping dari vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Sedangkan tautan ketiga adalah artikel dari RS Murni Teguh yang menjelaskan tentang sindrom Guillain-Barre, kondisi langka yang dipicu oleh infeksi akut dari bakteri atau infeksi virus sehingga sistem imun menyerang sistem saraf. Dalam artikel tersebut disebutkan salah satu penyebab sindrom itu adalah Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson.
Sindrom Guillain-Barre, efek samping yang jarang terjadi
Mengutip laman Pemerintah Inggris, terdapat 472 kasus sindrom Guillain-Barre per 8 Desember 2021 yang dilaporkan warga setelah vaksinasi AstraZeneca (AZ). Selama periode waktu ini, 24,9 juta dosis pertama dan 24,1 juta dosis kedua vaksin AZ telah diberikan.
Pemerintah Inggris kemudian membandingkan jumlah kasus sindrom Guillain-Barre yang dilaporkan ke Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA) dengan jumlah kasus sindrom pada populasi yang mendapat vaksin Covid-19.
Hasilnya jumlah kasus yang dilaporkan setelah vaksinasi Astrazeneca, sindrom Guillain-Barre sangat jarang dilaporkan dalam 6 minggu sejak pemberian dosis pertama, dengan risiko sekitar 5,6 kasus tambahan kasus sindrom Guillain-Barre per juta dosis. Sementara tidak ada bukti tingkat pelaporan yang lebih tinggi pada individu yang pernah menderita sindrom Guillain-Barre sebelumnya.
Sindrom Guillain-Barre memang telah dimasukkan sebagai efek samping untuk vaksin Astrazeneca dan petugas kesehatan diminta untuk mewaspadai tanda dan gejala sindrom Guillain-Barre. Namun penilaian dari Kelompok Kerja Pakar Pemerintah Inggris menegaskan manfaat vaksinasi tetap lebih besar daripada efek samping yang jarang ini.
Sebuah penelitian untuk menyelidiki kaitan sindrom dengan vaksin Covid-19 juga pernah dilakukan di Taiwan. Penelitian itu melibatkan 18.269 petugas kesehatan (usia rata-rata 40,6 tahun, kisaran usia 18-87 tahun; dan 67,5% adalah perempuan) yang menerima vaksin Astrazeneca selama masa penelitian. Dari jumlah tersebut, 18.257 orang menerima vaksinasi dosis pertama dan 544 vaksinasi dosis kedua. Hasilnya, peneliti mengidentifikasi 1 kasus sindrom Guillain-Barre setelah dosis pertama vaksin Astrazeneca di 1 rumah sakit yang berpartisipasi dalam penelitian tersebut.
Sementara terkait dengan vaksin Jhonson & Jhonson, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) merilis peringatan pada 13 Juli, bahwa vaksin satu dosis Johnson & Johnson (Janssen) Covid-19 dapat meningkatkan risiko sindrom Guillain-Barré. Pengumuman ini muncul setelah analisis data dari Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS)—sistem peringatan dini nasional untuk mendeteksi kemungkinan masalah keamanan pada vaksin—menunjukkan bahwa 100 orang dilaporkan mengalami sindrom Guillain-Barré setelah menerima vaksin Covid-19, Johnson & Johnson. Dari 100 laporan, 95 dianggap sebagai serius dan memerlukan rawat inap; satu orang meninggal.
Namun jumlah kasus sindrom Guillain-Barré di Amerika Serikat tidak hanya terjadi saat vaksinasi Covid-19. CDC memperkirakan antara 3 ribu higga 6 ribu orang mengalami sindrom Guillain-Barré setiap tahun di AS.
Pada 26 Juli 2021, Komite Penasehat Keamanan Vaksin Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan akan meninjau lebih lanjut terkait kaitan vaksin Covid-19 dan sindrom Guillain-Barre saat lebih banyak data tersedia. Oleh karena itu, petugas kesehatan harus memantau dan melaporkan semua efek samping termasuk sindrom Guillain-Barre.
Komite Penasehat Keamanan Vaksin WHO tetap menyimpulkan bahwa potensi manfaat dari vaksin COVID-19 Janssen dan AstraZeneca lebih besar daripada potensi risiko sindrom Guillain-Barre.
KESIMPULAN
Dari pemeriksaan fakta di atas, vaksin Astrazeneca dan Jhonson & Jhonson memang telah mencatatkan sindrom Guillain-Barre sebagai efek samping. Namun munculnya sindrom Guillain-Barre jarang terjadi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan vaksin COVID-19 memberikan manfaat lebih besar daripada potensi risiko sindrom Guillain-Barre.
Tim Cek Fakta Tempo
** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami.