Sebagian Benar, Klaim Tips Mengetahui Minyak Goreng Tak Layak Konsumsi
Jumat, 1 April 2022 15:05 WIB
Gambar tangkapan layar minyak goreng dalam kemasan kantong plastik disertai peringatan terhadap merek baru beredar di media sosial. Gambar-gambar tangkapan layar tersebut dibagikan dengan beberapa tips untuk membedakan minyak goreng limbah tau minyak tak layak konsumsi.
Di Facebook, gambar-gambar tersebut dibagikan akun ini pada 28 Maret 2022. Berikut narasinya:
“Hati-hati dan waspada minyak goreng saat ini banyak beredar dengan merek-merek baru. 1. Masukkan minyak goreng ke dalam kulkas selama 2 jam, jika ada busa putih itu artinya minyak goreng limbah. 2. Waktu menumis sayur taruh sedikit bawang putih, kalau bawang putih berubah menjadi merah itu tandana minyak yang kita pakai adalah minyak limbah. 3. Masukkan minyak goreng dalam mangkok, tambahkan sesendok mentega kuning. jika minyak tidak berubah warna maka minyaknya aman dikonsumsi.”
Unggahan ini beredar setelah minyak goreng sempat langka di pasar. Hingga artikel ini dimuat, gambar-gambar tangkapan layar tersebut telah dibagikan sebanyak 53 kali.
Tangkapan layar unggahan berisi klaim tips mengetahui minyak goreng tak layak konsumsi
Selain itu, narasi serupa juga beredar melalui pesan berantai di aplikasi pesan WhatsApp.
Tangkapan layar pesan berantai berisi peringatan tentang keberadaan minyak goreng palsu
Apa benar tips mengetahui minyak goreng tak layak konsumsi di atas?
PEMERIKSAAN FAKTA
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo menelusuri pemberitaan terkait dari sejumlah media kredibel. Hasilnya, Minyak goreng tak layak konsumsi lebih cepat membeku pada suhu udara dingin, bukan mengeluarkan busa. Minyak goreng yang aman dikunsumsi memang dapat dilihat apabila tidak berubah warna setelah dicampurkan mentega kuning.
Dilansir dari Kompas.com, Peneliti di Pusat Riset Kimia Maju Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Yan Irawan menyampaikan cara mudah membedakan minyak goreng baru dan bekas dapat dilakukan dengan deteksi warna dan bau.
Minyak goreng baru yang bersumber dari kelapa sawit akan bewarna kuning bening untuk berbagai merek terkenal atau kuning pucat untuk minyak goreng pasar.
“Sedangkan minyak goreng bekas bewarna sedikit kuning kehitaman,” ujar Yan saat dihubungi Kompas.com, Jumat (25/3/2022).
Ia menambahkan, membedakannya juga dapat dilakukan dari bau minyak goreng. Ciri minyak goreng baru yang dibuat dari kelapa sawit tidak berbau dan minyak goreng kelapa berbau khas kelapa.
Sementara itu, untuk pengujian dengan memasukkan minyak goreng ke kulkas dapat dilakukan. Minyak goreng bekas yang dimasukkan ke kulkas akan cepat membeku.
“Minyak goreng bekas akan cepat membeku pada udara dingin dikarenakan pada saat penggunaan minyak goreng biasanya suhu penggorengan berkisar 90-120 derajat celcius dan terjadi pada waktu yang lama atau berulang-ulang,” jelas dia. Sehingga, komponen trigliserida dalam minyak goreng akan berubah strukturnya menjadi asam lemak bebas karena proses hidrolisa.
Masih dari Kompas.com, cara sederhana untuk mendeteksi keaslian minyak goreng yakni dengan cara masukkan minyak goreng ke dalam mangkuk dan tambahkan sesendok mentega kuning. Jika minyak tak berubah warna, maka minyak aman dikonsumsi karena tak mengandung bahan campuran berbahaya.
Namun jika minyak berubah warna menjadi kemerahan, bisa jadi minyak sudah dicampur dengan bahan-bahan kimia yang bisa membahayakan tubuh.
Dilansir dari Detik.com, Peneliti Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya sekaligus Dosen Prodi Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis (TLM), Vella, menjelaskan untuk melakukan deteksi keaslian minyak goreng, yaitu memalui uji organoleptic yang merupakan pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat pengukuran produk.
"Minyak goreng merupakan bahan pangan yang memiliki komposisi utama berupa trigliserida yang berasal dari bahan nabati dan telah melalui proses pemurnian," ujarnya dikutip dari laman resmi UM Surabaya, Sabtu (19/3/2022).
"Uji organoleptic dapat dilakukan meliputi deteksi warna, bau, penampakan dan tekstur," jelasnya.
Cara terakhir, dijelaskan Vella adalah dengan mendeteksi penampakan atau tekstur. Minyak goreng asli umumnya memiliki tekstur cair dan encer.
Sedangkan minyak goreng palsu biasanya teksturnya cenderung lebih kental, mengingat minyak palsu terbuat dari minyak bekas, maka tentunya sudah digunakan untuk menggoreng secara berulang.
Berdasarkan arsip berita Tempo, S Ketaren dalam bukunya berjudul Teknologi Minyak dan Lemak Pangan menyebutkan, minyak goreng yang digunakan secara berulang apalagi dengan pemanasan tinggi sangat tidak sehat karena asam lemaknya lepas dari trigliserida.
Apabila asam lemak bebas (free fatty acid atau FFA) mengandung ikatan rangkap, minyak akan teroksidasi menjadi aldehid maupun keton yang menyebabkan bau tengik. Parameter kualitas paling utama minyak goreng adalah kadar FFA dan bilangan peroksida.
Menurut badan standarisasi SNI 01-3741-2013, sebagaimana dikutip dari jurnal Bajoka Nainggolan dan kawan-kawan yang dimuat di Jurnal Pendidikan Kimia, standar mutu minyak goreng di Indonesia maksimal bilangan peroksida 10 mek O2/kilogram dan bilangan asam 0,6 mg KOH/gram.
“Minyak goreng curah banyak mengandung asam lemak, (asam lemak jenuh: miristat 1-5 persen, palmitat 5-15 persen, stearat 5-10 persen; asam lemak tak jenuh: oleat 70-80 persen, linoleat 3-11 persen, palmitoleat 0,8-1,4 persen),” tulis laporan Bajoka dan kawan-kawan.
Menurut Kateran, bahaya menggunakan minyak goreng curah adalah kerusakan akibat pemanasan pada suhu tinggi antara 200-250 derajat Celsius. Hal tersebut mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan berbagai macam penyakit, misalnya diare, pengendapan lemak dalam pembuluh darah, kanker, dan menurunkan nilai cerna lemak.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, gambar tangkapan layar minyak goreng dalam kemasan plastik disertai tips membeakan minyak goreng tak layak konsumsi, sebagian benar. Minyak goreng tak layak konsumsi lebih cepat membeku pada suhu udara dingin, bukan mengeluarkan busa. Sementara minyak goreng yang aman dikonsumsi apat dilihat apabila tidak berubah warna setelah dicampurkan mentega kuning.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan jaringan Cek Fakta yang terdiri atas Aliansi Jurnalis Independen (AJI) serta Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) sedang melaksanakan riset penulisan Cek Fakta bekerjasama dengan tim akademisi dari Universitas Media Nusantara. Riset ini dilakukan dengan, salah satunya, mengadakan survei.
Tujuan dari survei ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang akurat serta input dari publik terkait dengan produk Cek Fakta, dari aspek format dan model distribusi. Hasil survei ini akan digunakan sebagai masukan perbaikan produk Cek Fakta agar publik membaca produk-produk cek fakta yang dihasilkan media jaringan Cek Fakta sebagai referensi melawan dis/misinformasi yang beredar di masyarakat.
Anda bisa berpartisipasi dengan mengisi survei di tautan berikut: Survei CekFakta