Sesat, Guru di Eropa dan Amerika Mengajarkan Bahaya Vaksin kepada Anak-anak SD

Senin, 3 Januari 2022 15:28 WIB

Sesat, Guru di Eropa dan Amerika Mengajarkan Bahaya Vaksin kepada Anak-anak SD

Video yang diklaim bahwa di Eropa dan Amerika, anak-anak SD diberikan pemahaman mengenai bahaya vaksin oleh gurunya, beredar di media sosial. Video tersebut berdurasi satu menit berisi seorang pria bertanya tentang vaksin di depan anak-anak di dalam kelas. 

Percakapan dalam bahasa Inggris itu, dibuka dengan pertanyaan dari pria tersebut, “Sekarang saya bertanya tentang vaksin. Apa itu vaksin?”

Pertanyaan itu direspon dengan berbagai jawaban dari sejumlah anak. Di antaranya mereka menjawab bahwa vaksin itu adalah “berisi berbagai jenis bahan kimia”, “bahan kimia yang sudah menyakitimu”, “bahan kimia yang bisa merusak otak”, “mengandung logam seperti merkuri”, dan “mengandung polysorbate 80.”

Menurut pria tersebut, polysorbate 80 itu dapat meloloskan bahan kimia masuk ke otak dan melukai otak. 

Unggahan video tersebut bisa dilihat di twitter dan facebook antara lain oleh akun ini dan ini.

Tangkapan layar unggahan dengan klaim Menyesatkan, guru di Eropa dan Amerika mengajarkan bahaya vaksin kepada anak-anak SD

PEMERIKSAAN FAKTA

Beredarnya video tersebut tidak mencerminkan bahwa semua sekolah di Eropa dan Amerika mengajarkan bahaya vaksin pada anak tingkat sekolah dasar. Faktanya, per Oktober 2021 otoritas Amerika dan beberapa negara Eropa menerbitkan izin darurat penggunaan vaksin untuk anak  usia 5-11 tahun. 

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menerbitkan izin darurat vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech untuk anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun pada 29 Oktober 2021. Otorisasi itu dikeluarkan berdasarkan hasil uji klinis keamanan vaksin pada sekitar 3.100 anak usia 5 hingga 11 tahun yang menerima vaksin dan tidak ada efek samping serius yang terdeteksi dalam penelitian yang sedang berlangsung. 

Respon imun anak usia 5 sampai 11 tahun sebanding dengan individu berusia 16 sampai 25 tahun. Selain itu, vaksin tersebut terbukti efektif 90,7% dalam mencegah COVID-19 pada anak usia 5 hingga 11 tahun. Dosis yang diberikan lebih rendah yakni 10 mikrogram dibandingkan dengan orang dewasa 30 mikogram.

Senada dengan FDA, otoritas obat-obatan Uni Eropa, EMA, juga memberikan izin penggunaan darurat vaksin  dikembangkan oleh BioNTech dan Pfizer untuk anak berusia 5-11 tahun pada 25 November 2021, dengan dosis lebih rendah yakni 10 mikrogram. Otorisasi ini diberikan setelah uji klinis terhadap 1.305 anak yang menerima vaksin dan 663 anak yang menerima plasebo. Artinya, dalam penelitian ini, vaksin itu 90,7% efektif dalam mencegah gejala COVID-19 (walaupun tingkat sebenarnya bisa antara 67,7% dan 98,3%).

Apapun jenis vaksin memiliki efek samping, tapi secara umum ringan dan tidak berbahaya. Menurut UNICEF, vaksin adalah salah satu kemajuan terbesar dalam kesehatan dan pembangunan global. Selama lebih dari dua abad, vaksin telah aman mengurangi momok penyakit seperti polio, campak dan cacar, membantu anak-anak tumbuh sehat dan bahagia. Mereka menyelamatkan lebih dari lima nyawa setiap menit – mencegah hingga tiga juta kematian per tahun, bahkan sebelum kedatangan COVID-19.

Klaim vaksin mengandung merkuri yang merusak otak

Merkuri terdiri dari dua jenis yakni metil merkuri dan etil merkuri. Menurut CDC, yang terdapat dalam vaksin bukanlah jenis metil merkuri yang bisa menjadi racun bagi manusia pada tingkat paparan yang tinggi, melainkan etil merkuri, yang terdapat dalam thimerosal.

Etil merkuri bisa dibersihkan lebih cepat oleh tubuh ketimbang metil merkuri sehingga kecil kemungkinan menyebabkan kerusakan. Thimerosal pun demikian, tidak tinggal di dalam tubuh untuk waktu yang lama sehingga tidak menumpuk dan mencapai tingkat yang berbahaya. Ketika thimerosal memasuki tubuh, ia terurai menjadi etil merkuri dan thiosalicylate, yang dengan mudah dihilangkan.

Thimerosal berfungsi untuk mencegah pertumbuhan bakteri dalam vaksin. Masuknya bakteri dan jamur berpotensi terjadi ketika jarum suntik masuk ke dalam botol. Kontaminasi kuman dalam vaksin dapat menyebabkan reaksi lokal yang parah, penyakit serius, atau kematian. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Obat Eropa (EMA, sebelumnya EMEA) sama-sama menyatakan bahwa tidak ada bukti bahwa thimerosal memberikan risiko atau bahaya. Kecuali untuk reaksi kecil seperti kemerahan dan bengkak di tempat suntikan.

Menurut University of Oxford, thimerosal telah dihapus dari vaksin Inggris antara tahun 2003 dan 2005, dan tidak lagi ditemukan pada vaksin masa kanak-kanak atau dewasa mana pun yang secara rutin digunakan di Inggris. 

Namun pada 2001, vaksin campak, gondok, dan rubella (MMR) tidak lagi mengandung thimerosal. Vaksin varisela (cacar air), dan polio tidak aktif (IPV)  juga tidak pernah mengandung thimerosal.  

Klaim Polysorbate 80 dapat meloloskan bahan kimia masuk ke otak dan melukai otak 

Menurut University of Oxford, UK, polysorbate 80 adalah bahan tambahan makanan yang umum digunakan dalam beberapa vaksin sebagai pengemulsi (untuk menyatukan bahan-bahan lain).  Dikutip dari lama The Children’s Hospital of Philadelphia, Vaksin HPV dan vaksin Johnson & Johnson/Janssen COVID-19 memang mengandung polisorbat 80 sebagai penstabil. Polisorbat 80 telah digunakan selama bertahun-tahun sebagai pengemulsi untuk membuat es krim halus dan memperlambat pencairan. Namun kandungan polisorbat 80 dalam vaksin, jauh lebih kecil dan tidak membahayakan. 

Sebagai perbandingan, satu porsi es krim (1/2 cangkir) biasanya mengandung sekitar 170.000 mikrogram polisorbat 80. Sedangkan polisorbat 80 dalam setiap dosis vaksin ini — 50 mikrogram (vaksin HPV) dan 160 mikrogram ( COVID-19) — sangat kecil.

Satu mikrogram adalah sepersejuta gram, dan satu gram adalah berat seperlima sendok teh air.

KESIMPULAN

Dari pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa anak-anak SD di Eropa dan Amerika diberikan pemahaman mengenai bahaya vaksin oleh gurunya, adalah menyesatkan. Munculnya video tersebut tidak bisa digeneralisasi sebagai kebijakan menyeluruh di sekolah Amerika dan Eropa. Faktanya, otoritas obat-obatan di Amerika dan Eropa telah memberikan izin penggunaan darurat penggunaan vaksin Pfizer-BioNTech untuk anak berusia 5-11 tahun.

Selain itu, isi video juga menyesatkan. Narasi bahwa vaksin mengandung bahan-bahan kimia yang dapat merusak otak, mengabaikan fakta bahwa manfaat vaksin jauh lebih besar bagi kesehatan anak-anak secara global. 

Tim Cek Fakta Tempo