Keliru, Cina Tak Lagi Gunakan Sinovac dan Indonesia telah Ditipu

Selasa, 21 September 2021 20:17 WIB

Keliru, Cina Tak Lagi Gunakan Sinovac dan Indonesia telah Ditipu

Narasi dengan klaim bahwa Cina tidak lagi menggunakan Sinovac dan Indonesia telah ditipu menggunakan vaksin tersebut, beredar sejak Juli 2021. Klaim itu beredar setelah otoritas Cina membolehkan penggunaan vaksin Pfizer/Biontech pada Juli lalu. 

Tempo menemukan sejumlah narasi yang menyebut, rakyat Indonesia hanya menjadi percobaan Cina dengan vaksin Sinovac yang mereka produksi. Narasi lain menganggap penggunaan vaksin Sinovac hanyalah bisnis belaka. 

“Vaksin Sinovacnya buat Indonesia saja, gak papa. Setelah divaksin, rakyat pada mati juga. Yang penting dapat uang, karena cuma Indonesia yang blon2 pemerintahnya gampang dikibulin,” demikian salah satu narasi yang ditulis warganet, 23 Juli lalu.

Beberapa narasi tersebut bisa ditemukan di unggahan ini dan ini

Tangkapan layar unggahan dengan klaim Cina tak lagi gunakan Sinovac dan Indonesia telah ditipu

PEMERIKSAAN FAKTA

Pada Juli lalu, otoritas Cina memang sedang mengkaji penggunaan vaksin Pfizer/Biontech. Namun suntikan vaksin jenis mRNA itu, hanya sebagai booster (dosis ketiga) terhadap warga yang telah menerima dosis vaksin lengkap. Belakangan, penggunaan vaksin Pfizer ditunda.

Dikutip dari South China Morning Post (SCMP) 15 Juli 2021, pemerintah Cina mempertimbangkan untuk menggunakan vaksin booster dari Pfizer setelah merebaknya varian Delta. Penggunaan vaksin ini tinggal menunggu persetujuan regulator obat setempat, National Medical Products Administration.  Apabila disetujui, vaksin Pfizer akan didistribusikan oleh perusahaan farmasi, Fosun Pharma sebagai pemegang hak eksklusif  di Tiongkok. 

Namun hingga berita ini diturunkan, otoritas Cina belum memberikan persetujuan untuk penggunaan Pfizer/Biontech sebagai vaksin booster. 

Menurut The Wall Street Journal (WSJ) yang dikutip dari Taiwan News, pejabat kesehatan China khawatir jika vaksin Pfizer disetujui, itu akan mengikis kepercayaan pada vaksin domestik China yang diproduksi oleh Sinopharm dan Sinovac. Sementara vaksin Cina telah terbukti memiliki kemanjuran, Sinopharm 79% dan Sinovac 51%.

Laporan itu menunjukkan bahwa penundaan itu juga akan memberi perusahaan China lebih banyak waktu untuk menyelesaikan vaksin mRNA mereka sendiri. Akademi Ilmu Kedokteran Militer China bekerja sama dengan dua perusahaan obat swasta China untuk mengembangkan vaksin mRNA.

Militer China, Suzhou Abogen Biosciences Co, dan Yunnan Walvax Biotechnology Co sedang melakukan uji klinis tahap akhir di China dan Meksiko untuk kandidat vaksinnya, kata sumber kepada The WSJ. Mereka juga telah melobi pemerintah China untuk mempercepat persetujuan.

Tetap Gunakan Vaksin Domestik

Klaim bahwa Cina tidak lagi menggunakan vaksin domestik mereka juga tidak benar. Selama ini Cina menggunakan sejumlah vaksin yang dikembangkan di dalam negeri, termasuk produk dari Sinopharm, Sinovac, Zhifei, serta vaksin dosis tunggal oleh CanSino. Mereka juga telah memberikan persetujuan penggunaan darurat untuk vaksin oleh Institute of Medical Biology dari Chinese Academy of Medical Science dan Kangtai Biologicals.

Dikutip dari Fortune edisi 16 September, Komisi Kesehatan Nasional China mengumumkan bahwa negara tersebut telah sepenuhnya memvaksinasi 1 miliar dari 1,41 miliar warganya terhadap COVID-19, sebuah tonggak utama dalam kampanye vaksinasi di negara terpadat di dunia. Sebagian besar mereka mengandalkan vaksin dari pembuat vaksin swasta, Sinovac dan perusahaan farmasi milik negara Sinopharm. 

Di luar Cina, Indonesia bukan negara satu-satunya yang menggunakan vaksin Sinovac. Menurut situs Track Vaccine, vaksin Sinovac telah mendapatkan persetujuan penggunaan darurat sedikitnya di 40 negara, termasuk oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).  

KESIMPULAN

Dari pemeriksaan fakta di atas klaim bahwa Cina tidak lagi menggunakan Sinovac dan Indonesia telah ditipu menggunakan vaksin tersebut, adalah keliru. Rencana Cina menggunakan vaksin Pfizer/Biontech adalah sebagai vaksin booster kepada warga yang telah mendapatkan dosis lengkap (dua suntikan). Namun rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan dari otoritas setempat. Cina selama ini menggunakan vaksin yang diproduksi di dalam negeri, termasuk Sinovac, untuk warganya. Hingga pekan kedua September, Cina telah memvaksin 1 miliar penduduknya, dari jumlah total 1,41 miliar warga. 

Tim Cek Fakta Tempo