Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, Tabung Oksigen Bisa Dibuat dari Aerator Akuarium

Selasa, 13 Juli 2021 12:03 WIB

Keliru, Tabung Oksigen Bisa Dibuat dari Aerator Akuarium

Sejumlah unggahan tentang memanfaatkan aerator akuarium sebagai pengganti tabung oksigen menjadi viral di media sosial dalam sepekan terakhir. Salah satu unggahan itu terdiri dari infografis berjudul Membuat Alat Penyaring Udara Sederhana serta foto dan video merakit aerator tersebut.

Unggahan ini tersebar di tengah kondisi banyaknya masyarakat kesulitan mencari akses tabung oksigen untuk merawat pasien terpapar Covid-19 dengan gejala sesak napas. Bahkan sejumlah rumah sakit juga sempat kehabisan pasokan oksigen.

Dalam beberapa unggahan, alat-alat untuk membuat oksigen itu, disebutkan antara lain aerator aquarium, botol bekas, selang, dan air. Teknik tersebut pun diklaim lebih murah, karena hanya bermodalkan Rp 150 ribu. Sebab, bisa juga memanfaatkan alat-alat di rumah. 

“Bermodalkan Alat Sederhana Bisa Berguna untuk membuat Tabung Oksigen di Rumah. Dengan Bermodalkan 150.000 kita bisa menghemat uang kita Ratusan juta,” demikian narasi yang menyertai infografis dan foto tersebut. 

Tangkapan layar unggahan membuat tabung oksigen dari aerator aquarium di media sosial.

 PEMERIKSAAN FAKTA

Dengan menggunakan reverse image tool milik Google, Tempo menemukan infografis berjudul Membuat Alat Penyaring Udara Sederhana pernah diterbitkan oleh Kompas pada 2015 dalam konteks melawan asap saat bencana kebakaran hutan. Infografis tersebut dimuat di akun Twitter @kompasmuda pada 27 Oktober 2015. 

Tempo juga menghubungi Ketua Departemen Fisika Kedokteran Klaster Medical Technology IMERI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prasandhya Astagiri Yusuf. Dia menjelaskan bahwa infografis tersebut hanya digunakan untuk penyaring udara, bukan untuk menghasilkan oksigen. “Saat udara penuh partikel asap akan menyebabkan sakit di bagian paru. Nah alat tersebut dapat menyaring partikel asap,” kata dia saat dihubungi Tempo, Senin 12 Juli.

Menurut Prasandhya, aerator hanya berfungsi untuk membuat gelembung udara di akuarium agar ikan mendapatkan oksigen, tapi tidak menambahkan oksigen. Cara kerja aerator adalah dengan mengambil oksigen dari udara lalu digelembungkan di dalam air.  

Kandungan oksigen di udara sendiri berkisar 20-21 persen. Sedangkan oksigen yang digunakan untuk medis, membutuhkan konsentrasi 100 persen. Sehingga kadar oksigen 20 persen di udara, tidak cukup untuk menyuplai kebutuhan oksigen pada pasien. Apalagi, saat terinfeksi Covid-19,  membuat kemampuan difusi oksigen ke dalam tubuh menjadi terganggu. 

Solusi seperti yang selama ini dilakukan, kata dia, yakni dengan menembakkan langsung oksigen yang berkonsentrasi lebih tinggi (100 persen) kepada pasien. Bahkan dalam kondisi lebih parah, pemberian oksigen melalui  intubasi yakni dengan memasukkan oksigen melalui saluran pernapasan atau paru-paru. 

Membuat alat sendiri dengan aerator, kata dia, justru  berisiko  bagi kesehatan. Kandungan air yang tidak steril misalnya, dapat menembakkan bakteri ke paru-paru dan dapat memicu infeksi tambahan. Dampak lainnya,  kelembaban udara pada paru-paru akan meningkat dan justru memicu pertumbuhan bakteri. Selama ini, tabung oksigen yang diproduksi untuk kebutuhan medis dilengkapi dengan alat untuk mengontrol oksigen yang dipasok ke dalam tubuh seperti mengandung filter, pressure regulator, dan pressure control. 

Selain penjelasan Prasandhya tersebut, dosen Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Tomy Abuzairi, membuat video untuk menguji kadar oksigen di botol yang dialiri udara dari aerator atau kompresor berkapasitas 1 liter/menit. 

Mulanya oksigen analyzer diset pada angka 21 persen. Kemudian saat aerator dihubungkan dengan oksigen analyzer tersebut, angka konsentrasi oksigen yang tertera hanya naik 0,2 menjadi  21,2 persen sehingga kenaikan oksigennya menjadi tidak signifikan.

Sebelumnya, Kepala Balai Pengembangan Instrumentasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Anto Tri Sugiarto, juga menjelaskan, alat tersebut tidak akan dapat menambah jumlah oksigen yang dihirup. Pompa aerator, dia berujar, hanya membantu mengirim udara ke saluran pernapasan.

“Yang dipompakan adalah udara dengan komposisi oksigen sekitar 20,9 persen,” tutur Anto melalui pesan WhatsApp, Rabu, 30 Juni 2021 kepada Tempo. Itu, Anto menambahkan, berbeda dari memberikan oksigen yang sangat dibutuhkan kepada pasien Covid-19 gejala berat. 

KESIMPULAN

Dari pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa tabung oksigen bisa dibuat dari kompresor atau aerator akuarium adalah keliru. Aerator  hanya berfungsi untuk membuat gelembung udara di akuarium, dan tidak dapat menyuplai kebutuhan oksigen untuk tubuh pasien Covid-19 bergejala berat.

Tim Cek Fakta Tempo