Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoax] Benarkah Video Viral Cabai Kering yang Terkotaminasi Tikus Menyebabkan Difteri?

Senin, 11 Maret 2019 12:05 WIB

[Fakta atau Hoax] Benarkah Video Viral Cabai Kering yang Terkotaminasi Tikus Menyebabkan Difteri?

Kabar tentang penggunaan cabai bubuk yang terkontaminasi kencing tikus sebagai penyebab difteri beredar di media sosial. Kabar itu disebarkan oleh akun Baenma Asa Hatop di Facebook pada 27 Februari 2019.

Akun Baenma Asa Hatop menyebarkan video cabai kering di Facebook pada 27 Februari 2019.

Akun tersebut membagikan sebuah video berdurasi 11 detik yang berisi sekelompok pekerja sedang memasukkan timbunan cabai kering ke dalam karung. Dari tumpukan cabai kering itu lalu keluarlah sejumlah tikus. Video ini telah dibagikan 5 ribu kali hingga 11 Maret 2019.

Unggahan ini disertai dengan narasi:

“Hati2 jgn jajan yg pk cabe bubuk, Jgn jajan pk cabe kering seperti cabe di tahu bulat, otak2, dsb. pokoknya jgn pake cabe bumbu kering. Karena penuh penyakit dr kencing tikus, kasusnya byk yg meninggal karena penyakit difteri…"

Akun Baenma juga menyebutkan bahwa di Surakarta sudah ada 600 orang yang terkena difteri, didominasi anak-anak.

“RS penuh dg kondisi anak2 Difteri. 38 sdh meninggal. Jadi memang kejadian luarbiasa. Dinkes Surakarta mengadakan imunisasi masal sd 24 maret Usia 1 sd 19 tahun,” tulisnya.

Benarkah tikus bisa menyebabkan difteri?

 

PEMERIKSAAN FAKTA 

Video timbunan cabai kering yang menjadi sarang tikus itu pernah menjadi viral di beberapa negara pada 2017. Menurut salah satu situs di Korea Selatan, donga.com, video itu pertama kali dibagikan di halaman Facebook media berbahasa China, Shanghai, berjudul "Who Needs a Pepper?” pada akhir November 2017.

Tidak diketahui pasti di mana video itu diambil. Tapi netizen Shanghai memperkirakan bahwa video itu diambil saat panen paprika di salah satu wilayah China melalui bahasa yang mereka gunakan dalam video. 

Di Filipina, menurut situs Philnews, video itu disebarkan di halaman Facebook ”The Islamic Email Circle www.islamicemail circle.com” dengan caption:

“Warning for users of dried chillies ? in your daily cooking. Make sure you wash n soak all dried chillies in hot boiling water before you use it as it may have the urine of rats as shown in this video. Rats urine can cause some very serious health illness!”

Di Indonesia, video itu pernah menjadi viral di Facebook dan grup WhatsApp pada Desember 2017. Situs berita detik.com pernah mengulas viralnya video itu pada 21 Desember 2017 melalui artikel berjudul “Viral Broadcast Cabai Kering Penuh Tikus Penyebab Difteri, Apa Iya?”. 

Di berita itu, Detik mewawancarai Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Oscar Primadi. Oscar mengatakan kabar itu tidak benar atau hoaks. Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphtheriae dan tidak ada hubungannya dengan tikus. 

"Difteri tidak ditularkan melalui gigitan apa pun, tapi melalui droplet atau cairan yang keluar kalau berdekatan, misalnya bersin. Jadi ini jelas-jelas hoaks,” ungkap Oscar.

Tidak bisa dipungkiri, tikus tetap merupakan pembawa penyakit. Namun penyakitnya bukan difteri, melainkan leptospirosis. 

"Pada daerah yang kumuh, itu tikus-tikus berkeliaran, yang kencingnya bisa menyebabkan penyakit leptospirosis. Tapi kalau difteri tidak," ujar Oscar.

 

KESIMPULAN

Dari fakta-fakta itu bisa disimpulkan bahwa klaim tikus sebagai penyebab difteri adalah tidak benar.

 

Ika Ningtyas