[Fakta atau Hoax] Benarkah Din Syamsuddin Mundur karena Kecewa Jokowi Tak Temui Ulama Uzbekistan dan Xinjiang?
Sabtu, 9 Maret 2019 19:31 WIB
Ustaz Fahmi al-Anjatani mengunggah sebuah video pernyataan di halaman pribadinya di Facebook pada 25 Februari 2019. Dalam video itu ia mengungkapkan alasan mundurnya Din Syamsuddin sebagai Wakil Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban pada 21 September 2018 lalu.
Video Ustaz Fahmi al-Anjatani di Facebook pada 25 Februari 2019 menyatakan alasan mundurnya Din Syamsuddin sebagai Wakil Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban pada 21 September 2018 lalu karena Jokowi menolak menemui ulama Uzbekistan dan Xianjiang.
Dalam video berdurasi 4 menit 31 detik itu, Ustadz Fahmi mengatakan bahwa mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah itu mundur lantaran kecewa Presiden Joko Widodo menolak menemui puluhan ulama dari Uzbekistan dan Xinjiang, Cina. Saat itu, kata Ustaz Fahmi, ulama Uzbekistan dan Xinjiang itu akan menemui Jokowi untuk menyampaikan oleh-oleh berupa Al Qur’an tulisan tangan.
“Tapi jawaban Jokowi, bahwa dia tidak bisa menemui para ulama itu, karena presiden Jokowi ditekan oleh beberapa orang di belakangnya tidak boleh menemui mereka. Alasannya beliau tidak enak dengan pemerintah Cina ketika harus mengunjungi ulama-ulama Xinjiang dan Uzbekistan,” kata Ustaz Fahmi.
Di akhir videonya, Ustaz Fahmi menyatakan apabila pernyataan Din Syamsuddin itu benar, maka ia mengharamkan umat Islam untuk memilih Jokowi dalam Pilpres mendatang.
Video tersebut menjadi viral di Facebook. Hingga 6 Maret 2019, video itu telah dibagikan lebih dari 40 ribu kali.
KLARIFIKASI
Saat dikonfirmasi Tempo, Din Syamsuddin membantah bahwa ia mundur karena kecewa atas sikap Presiden Jokowi yang tidak menemui ulama dari Uzbekistan dan Xinjiang. Din mengatakan, seluruh isi video tersebut tidak benar.
“Apa yang dinyatakan oleh Ust. Fahmi Al-Anjatani terkait diri saya adalah tidak benar, tidak faktual, alias hoax. Tidak benar dan tidak pernah ada kunjungan ulama dari Xinjiang dan Uzbekistan ke istana dan Presiden Jokowi menolak menerimanya,” kata Din kepada Tempo melalui pesan WhatsApp, Rabu 6 Maret 2019.
Sebelumnya, Din Syamsuddin memang benar mengundurkan diri sebagai Wakil Utusan Khusus Presiden pada 21 September 2018. Namun alasannya mundur adalah untuk memilih posisi netral menjelang Pemilihan Presiden 2019.
"Jabatan saya terlalu berkonotasi dekat sama seseorang (Jokowi)," kata Din kepada Tempo di Gedung DPR, Jakarta, Jumat, 21 September 2018.
Bahkan ia juga menolak jabatan sebagai ketua tim sukses calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo - Ma’ruf Amin.
“Umat Islam saat ini terpecah karena berbeda pilihan politik. Kalau saya berada di satu pihak, mereka tidak akan mau lagi. Jadi lebih bagus saya berada di posisi netral," kata Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.
Di kesempatan yang lain, Din Syamsuddin menjelaskan, bahwa ia banyak terlibat dalam kegiatan organisasi dan gerakan yang bersifat lintas agama, suku, golongan, dan budaya. Ia khawatir jika masih menjadi utusan khusus presiden dan terkesan mendukung salah satu calon akan menghalanginya membangun kebersamaan.
Din mengaku memiliki obsesi untuk membangun kebersamaan di tengah kemajemukan. Untuk mewujudkannya ia harus netral dari tarik-menarik kepentingan politik. "Pak Jokowi, saya ingin sampaikan, dapat memahami posisi tersebut, dan oleh karena itu tentu beliau menerima pengunduran diri saya,” kata Din Syamsuddin, 25 September 2018.
Selebihnya, tidak ada pemberitaan di media massa terkait kunjungan ulama Uzbekistan dan Xinjiang ke Istana Presiden. Kunjungan dari Uzbekistan justru pernah dilakukan oleh pejabat pemerintah setempat pada 21 Agustus 2017 di Istana Merdeka, Jalan Merdeka Barat, Jakarta.
Kunjungan pemerintah Uzbekistan itu untuk bekerja sama dalam sektor perikanan, sekaligus untuk memberi dukungan Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020.
KESIMPULAN
Dari fakta ini, bisa disimpulkan bahwa informasi mundurnya Din Syamsuddin karena Jokowi tidak menemui ulama Uzbekistan dan Xinjiang adalah keliru.
Ika Ningtyas