Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sesat, Pesan Berantai yang Klaim usai Vaksinasi Covid-19 Justru Lebih Rentan Terinfeksi Virus Corona

Kamis, 1 April 2021 12:27 WIB

Sesat, Pesan Berantai yang Klaim usai Vaksinasi Covid-19 Justru Lebih Rentan Terinfeksi Virus Corona

Pesan berantai yang berisi klaim bahwa, usai vaksinasi Covid-19, tubuh justru lebih rentan terinfeksi virus Corona beredar Facebook. Karena itu, menurut pesan tersebut, setelah disuntik vaksin Covid-19, penerima vaksin dianjurkan untuk tidak banyak beraktivitas secara berat dan tidak pergi keluar rumah.

Akun ini membagikan pesan berantai itu pada 12 Maret 2021. Menurut pesan tersebut, usai vaksinasi Covid-19, imunitas tubuh belum terbentuk dengan sempurna. Antibodi baru terbentuk secara sempurna dua pekan setelah vaksinasi dosis kedua. "Ini ada beberapa lansia di Surabaya yang kena Covid-19 setelah divaksin. Enggak mau istirahat. Karena merasa sudah aman, lalu keluyuran keluar," demikian yang tertulis dalam pesan itu.

Pesan berantai ini pun menyinggung bahwa vaksin Covid-19 dosis kedua harus diberikan 21-28 hari setelah vaksinasi dosis pertama. "Vaksin kedua makan waktu kira-kira 14-21 hari baru jadi. Jadi, hitung-hitung dari vaksin dosis pertama ke vaksin dosis kedua sampai kekebalan terbangun itu harus menunggu sekitar dua bulan. Baru 85-92 persen kebal Covid-19."

Gambar tangkapan layar pesan berantai yang beredar di Facebook yang berisi klaim menyesatkan terkait vaksinasi Covid-19.

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memverifikasi isi dari pesan berantai itu, Tim CekFakta Tempo menelusuri pemberitaan terkait di media-media kredibel. Hasilnya, ditemukan penjelasan dari Kementerian Kesehatan bahwa informasi yang menyebut usai vaksinasi Covid-19 justru tubuh lebih rentan terinfeksi virus Corona keliru. Meskipun begitu, meski seseorang sudah menerima vaksin Covid-19, ia masih bisa tertular virus Corona.

Dilansir dari Kompas.com, menurut juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, informasi bahwa tubuh justru lebih rentan tertular Covid-19 setelah divaksin karena antibodinya belum terbentuk sempurna tidak benar. Dia menjelaskan vaksin Covid-19 yang digunakan saat ini sudah dipastikan keamanannya dan dapat membangun sistem kekebalan sehingga menimbulkan antibodi. "Jadi dipastikan tidak menjadi sakit," ujarnya.

Namun, Nadia mengatakan, meski seseorang sudah disuntik vaksin Covid-19, ia masih bisa tertular virus Corona. Dia juga menjelaskan bahwa ada kemungkinan seseorang sudah tertular virus Corona saat menjalani penyuntikan vaksin Covid-19. "Selalu kita ingatkan bahwa vaksin tidak mencegah kita tertular, tapi mencegah kita jatuh sakit," katanya.

Nadia juga membantah informasi yang menyebut antibodi akan terbentuk dengan sempurna dalam kurun waktu dua minggu setelah disuntik vaksin Covid-19 dosis kedua. Nadia menekankan bahwa antibodi dari vaksin Covid-19 baru akan terbentuk secara sempurna 28 hari atau empat minggu setelah penyuntikan vaksin dosis kedua.

Masih dari Kompas.com, Nadia menyebut antibodi atau imunogenitas tubuh terhadap virus Corona tidak langsung terbentuk sesaat setelah vaksinasi Covid-19. Vaksin Covid-19 Sinovac misalnya, baru membentuk antibodi yang optimal dalam 28 hari pasca penyuntikan dosis kedua.

Nadia menjelaskan, sekitar 14 hari pasca vaksinasi dengan vaksin Sinovac dosis pertama, antibodi tubuh yang terbentuk terhadap virus Corona mencapai 60 persen. Sementara, sekitar 28 hari pasca vaksinasi dosis kedua, pembentukan antibodi bisa mencapai 95-99 persen. Oleh karenanya, Nadia menegaskan bahwa vaksinasi dosis kedua penting dilakukan.

Berdasarkan arsip berita Tempo, dokter spesialis patologi klinis Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan, setelah suntikan vaksin Covid-19 dosis pertama, tubuh melakukan priming atau pengenalan. Kemudian, terbentuk sel plasma dan sel B-memori dengan cepat. Sel plasma inilah yang membentuk antibodi.

Tapi, karena baru dalam tahap pengenalan, sel plasma yang terbentuk ini bekerja hanya dalam waktu yang singkat. "Maka, setelah sekitar hari ke-7 mulai ada sel plasma, kemudian hari ke-10 sampai ke-12 mulai ada antibodi, antibodi akan turun. Saat antibodi sudah turun, hampir habis, itulah saat yang tepat disuntikkan dosis kedua," kata Tonang pada 22 Maret 2021.

Bila penyuntikan dosis kedua dilakukan saat antibodi masih relatif tinggi, vaksin justru akan "ditangkap" oleh antibodi Covid-19 tersebut. Akibatnya, dosis kedua ini bakal berkurang efektivitasnya. "Bila antibodi sudah menurun, ketika disuntikkan dosis kedua, sebagian tertangkap antibodi, tapi sebagian besar tetap berefek. Maka, segera diikuti terbentuknya antibodi secara cepat dalam jumlah besar," katanya.

Tonang mengingatkan bahwa, sebelum dan setelah menerima suntikan vaksin, seseorang tetap berisiko terkena Covid-19, apalagi sebelum tercapainya titer antibodi yang optimal. Ia pun menganjurkan penerima vaksin Covid-19 untuk tetap menerapkan protokol kesehatan.

Masih dari arsip berita Tempo, orang lanjut usia (lansia) memerlukan jarak 28 hari untuk vaksinasi Covid-19 dosis kedua, berbeda dari kategori penerima vaksin berusia 18-59 tahun yang perlu jarak 14 hari. "Ada perbedaan karena pada lansia menurut penelitian, dengan 0-28 hari ternyata antibodi lebih baik, optimal, lebih tinggi dari 0-14 hari," ujar Ketua Tim Vaksinasi Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Iris Rengganis pada 7 Maret 2021.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, pesan berantai yang berisi klaim bahwa, usai vaksinasi Covid-19, tubuh justru lebih rentan terinfeksi virus Corona, menyesatkan. Vaksin Covid-19 dapat membangun sistem kekebalan sehingga menimbulkan antibodi. Namun, meski seseorang sudah disuntik vaksin Covid-19, ia masih bisa tertular virus Corona, karena vaksin tidak mencegah tertular Covid-19, tapi mencegah jatuh sakit akibat penyakit tersebut.

TIM CEK FAKTA TEMPO

Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id