Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, Klaim Ini Video Tentara Cina yang Berdatangan ke Indonesia

Kamis, 11 Februari 2021 13:51 WIB

Keliru, Klaim Ini Video Tentara Cina yang Berdatangan ke Indonesia

Video yang memperlihatkan puluhan penumpang pesawat berbaju hazmat yang tiba di sebuah bandara beredar di Facebook. Video itu diberi judul "Tentara Cina Berdatangan ke Indonesia?? Ada Apa??". Menurut narasi yang dibacakan dalam video itu, para penumpang berbaju hazmat tersebut merupakan WNA asal Cina. Narasi ini juga melontarkan dugaan bahwa para penumpang itu adalah tentara Cina. Berikut narasi dalam video tersebut:

“Setelah sebelumnya banyak kecurigaan bahwa tenaga kerja asing (TKA) asal Cina yang masuk ke Indonesia itu bukan semata pekerja, tetapi juga tentara. Karena terlihat dari postur tubuh yang tegap, kini kedatangan 153 orang melalui Bandara Soekarno-Hatta di masa pandemi juga dicurigai. Tiga orang memegang visa diplomatik dan 150 lainnya memiliki Kartu Izin Tinggal Terbatas (Kitas) dan Kartu Izin Tinggal Tetap (Kitap).

Sungguh mengejutkan dan mencurigakan. Apalagi 153 pendatang tersebut menggunakan pakaian hazmat, APD lengkap, sehingga sulit dilihat siapa mereka. Sangat mungkin tentara pula. Mengapa seleluasa ini WNA Cina dapat masuk? Ada apa dengan Kantor Imigrasi dan pemerintah Indonesia sekarang ini? Demi kewaspadaan nasional dan keamanan negara, hal ini harus diusut dan diklarifikasi."

Gambar tangkapan layar video yang berisi klaim keliru terkait para penumpang berpakaian hazmat dalam video tersebut.

PEMERIKSAAN FAKTA

Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, video tersebut merupakan gabungan dari sejumlah cuplikan dengan konteks serta waktu dan lokasi yang berbeda-beda. Berikut fakta atas cuplikan-cuplikan itu:

Video I

Video ini, yang memperlihatkan sejumlah penumpang berbaju hazmat, direkam saat penumpang pesawat China Southern Airlines tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pada 23 Januari 2021. Video tersebut pernah dimuat oleh kanal YouTube milik stasiun televisi tvOne pada 25 Januari 2021. Menurut keterangan videonya, terdapat 153 WNA asal Cina dalam pesawat itu. Namun, mereka merupakan pemilik izin tinggal terbatas dan izin tinggal tetap. Beberapa lainnya juga mengantongi visa diplomatik.

Berita soal kedatangan 153 WNA asal Cina di Bandara Soekarno-Hatta tersebut juga pernah dimuat oleh Tempo. Menurut Kepala Kantor Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta Romi Yudianto, penggunaan pakaian hazmat itu adalah standar penumpang pesawat dari Cina. "Memakai baju hazmat ini adalah perlindungan diri mereka dan sesuai dengan standar dan aturan dari negara mereka. Sebenarnya tak ada yang aneh soal ini, karena ini biasa di negara luar, tapi jadi ramai ketika sampai di sini," ujar Romi pada 26 Januari 2021.

Dilansir dari Kompas.com, Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia juga membenarkan adanya 153 WNA asal Cina yang tiba di Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta pada 23 Januari 2021. Hal ini disampaikan oleh Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Ditjen Imigrasi Ahmad Nursaleh. "Pada 23 Januari 2021, telah mendarat pesawat China Southern Airlines dari Guangzhou dengan membawa 171 penumpang yang terdiri 153 WN RRT (Republik Rakyat Tiongkok) dan 18 WNI," ujarnya pada 23 Januari 2021.

Nursaleh mengatakan, sebanyak 153 WNA asal Cina itu terdiri dari 150 orang pemegang izin tinggal terbatas (Itas) dan izin tinggal tetap (Itap), serta tiga orang pemegang visa diplomatik. "Seluruh penumpang asing yang mendarat tersebut masuk dalam kategori orang asing yang diizinkan masuk ke wilayah Indonesia berdasarkan Surat Edaran Dirjen Imigrasi tentang pembatasan sementara masuknya orang asing ke wilayah Indonesia dalam masa pandemi Covid-19," kata Nursaleh.

Pemerintah saat ini memang tengah menutup sementara masuknya WNA dari semua negara untuk mencegah penyebaran Covid-19. Namun, berdasarkan Surat Edaran Dirjen Imigrasi Nomor IMI-0103.GR.01.01 Tahun 2021, ada beberapa kriteria warga negara asing yang diizinkan masuk ke wilayah Indonesia. Beberapa di antaranya adalah pemegang visa diplomatik dan visa dinas yang terkait kunjungan resmi pejabat asing setingkat menteri ke atas serta pemegang izin tinggal terbatas dan izin tinggal tetap.

Video II

Video ini, yang juga memperlihatkan sejumlah penumpang berbaju hazmat, merupakan video penumpang pesawat Qingdao Airlines. Sebagian dari mereka adalah TKA Cina yang tiba di Bandara Raja Haji Fisabilillah, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, pada 8 Agustus 2020. Video kedatangan para TKA itu pernah dimuat oleh kanal YouTube milik stasiun televisi KompasTV pada 9 Agustus 2020. Dilansir dari iNews.id, selain TKA Cina, pesawat tersebut juga mengangkut 27 tenaga kerja asal Indonesia yang mengikuti pelatihan di Cina.

Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bintan Indra Hidayat menyebut ratusan TKA Cina tersebut merupakan tenaga ahli konstruksi yang akan bekerja di PT Bintan Alumina Indonesia (BAI), Galang Batang. "Mereka dikontrak selama enam bulan untuk menyelesaikan proyek konstruksi di PT BAI. Setelah selesai, langsung pulang ke negaranya," katanya. Indra pun telah memastikan kelengkapan dokumen keimigrasian mereka, meliputi Izin Memperkerjakan Tenaga Asing (IMTA) dan Kitas atau Kitap, serta bukti hasil tes swab Covid-19.

Video III

Vvideo ini, yang juga memperlihatkan sejumlah penumpang berbaju hazmat, merupakan video para TKA Cina yang dipulangkan ke negaranya melalui Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, Sumatera Selatan, setelah proyek yang mereka kerjakan dinyatakan selesai. Video pemulangan TKA Cina tersebut pernah dimuat oleh kanal YouTube milik Tribun Solo pada 22 Mei 2020 dengan judul “Ratusan Orang Kenakan Hazmat Padati Bandara SMB II Palembang, Ternyata TKA China Pulang Kampung”.

Dikutip dari Suara.com, sebanyak 190 TKA Cina itu dipulangkan ke negaranya karena masa kontrak kerja mereka di Indonesia telah habis. Kepala Bagian Humas dan Umum Ditjen Imigrasi Arvin Gumilang menjelaskan pemulangan TKA Cina itu dibagi menjadi dua kelompok terbang (kloter). Sebanyak 141 TKA telah diterbangkan dengan pesawat carter Cambodia Airways pada 20 Mei 2020, sementara 49 TKA sisanya dilakukan pada 22 Mei dengan pesawat yang sama.

Video IV

Video ini, yang memperlihatkan sejumlah pekerja sedang melewati sebuah kompleks permukiman warga, pernah dimuat oleh kanal YouTube milik stasiun televisi NET pada 9 Maret 2019 dengan judul “Beredar Video Viral TKA Asal Cina Bekerja di Krakatau Steel”. Dikutip dari Viva.co.id, video TKA Cina yang berjalan kaki di Perumahan Taman BMW, Kramatwatu, Serang, Banten, ini merupakan pekerja Krakatau Engineering, anak perusahaan Krakatau Steel.

Menurut Direktur Utama Krakatau Engineering, Utomo Nugroho, pada 8 Maret 2019, jumlah mereka mencapai 100 orang dan telah bekerja sejak Januari 2019 selama periode enam bulan. Sejak awal dipekerjakan, mereka tinggal di Perumahan Taman BMW. Setiap harinya, mereka diantar-jemput menggunakan kendaraan khusus. Namun, sepekan terakhir, mereka terpaksa berjalan kaki ke depan perumahan, karena dijemput menggunakan bus milik Krakatau Steel yang tidak bisa sampai ke depan rumah tempat mereka tinggal.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video tersebut adalah video tentara Cina yang berdatangan ke Indonesia, keliru. Video itu adalah gabungan dari sejumlah cuplikan dengan konteks serta waktu dan lokasi yang berbeda-beda. Beberapa cuplikan memang memperlihatkan sejumlah penumpang pesawat yang berasal dari Cina yang mengenakan pakaian hazmat. Namun, mereka bukan tentara. Beberapa di antaranya pun WNI. Selain itu, salah satu cuplikan tidak menunjukkan kedatangan, melainkan kepulangan ratusan TKA Cina ke negara asalnya karena masa kerjanya telah berakhir.

TIM CEK FAKTA TEMPO

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id