Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Jenazah Pasien Covid-19 di Probolinggo Ini Hilang Bola Matanya?

Selasa, 10 November 2020 13:44 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Jenazah Pasien Covid-19 di Probolinggo Ini Hilang Bola Matanya?

Video berdurasi 13 detik yang memperlihatkan jenazah yang terbungkus kain putih dan terdapat darah di bagian wajahnya beredar di media sosial. Menurut klaim yang menyertainya, jenazah itu merupakan jenazah pasien covid-19 asal Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, yang hilang kedua bola matanya setelah dirawat di rumah sakit.

Di Facebook, video beserta klaim itu diunggah salah satunya oleh akun Al Hawa Mayranezi, yakni pada 7 November 2020. Akun ini menulis narasi sebagai berikut:

"Jenazah pasien yang 'katanya' kena "Covid di Probolinggo setelah dibuka ternyata kedua bola matanya sudah tidak ada, darah pun masih bercucuran. Petugas sempat melarang untuk melihat *jenazah* namun pihak keluarga memaksa karena yakin almarhumah tidak punya riwayat kontak dengan pasien Covid... Negara ini (Indonesia) rupanya sudah jadi negara pemerintahan PKI (Komunis) faktanya, orang meninggal di pretelin organ tubuhnya, bola matanya cungkil, hati & ginjalnya di cabut, dll."

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Al Hawa Mayranezi.

Video yang sama juga pernah diunggah oleh akun Instagram @teluuur. Gambar tangkapan layar unggahan itu kemudian dibagikan di Facebook oleh akun Pepe, yakni pada 6 November 2020. Adapun narasi yang ditulis oleh akun @teluuur adalah sebagai berikut:

"Jenazah pasien yang 'katanya' kena kopit di Probolinggo setelah dibuka ternyata kedua bola matanya sudah tidak ada, darah pun masih bercucuran. Petugas sempat melarang untuk melihat jenazah namun pihak keluarga memaksa karena yakin almarhumah tidak punya riwayat kontak dengan pasien kopit."

Apa benar jenazah pasien Covid-19 di Probolinggo dalam video itu hilang kedua bola matanya setelah dirawat di rumah sakit?

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video di atas dengan tool InVID. Selanjutnya, gambar-gambar itu ditelusuri jejak digitalnya dengan reverse image tool Google. Hasilnya, ditemukan informasi bahwa jenazah dalam video tersebut memang telah terkonfirmasi positif Covid-19. Namun, karena pembuluh darah pasien itu pecah sebelum meninggal, pendarahan terjadi lewat mata, hidung, dan telinga. Meskipun begitu, kedua bola mata pasien ini masih utuh.

Video yang sama pernah dimuat kanal YouTube milik situs media CNN Indonesia pada 7 November 2020 dengan judul “Hoaks, Perusakan Mata Jenazah Pasien Covid-19”. Dalam video itu, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Rumah Sakit Dokter Mohamad Saleh Probolinggo, Abraar Kuddah, mengatakan pasien tersebut berusia 49 tahun dan merupakan warga Desa Alas Tengah, Paiton.

Menurut Abraar, pasien itu dinyatakan positif Covid-19 dan mengalami pecah pembuluh darah akibat stroke akut. Saat di dalam peti, jasad mengalami livor mortis atau lebam mayat. Abraar pun menegaskan bahwa bola mata jenazah yang dikabarkan hilang ternyata utuh.

Dilansir dari Kompas.com, Koordinator Pengamanan dan Penegakan Hukum Satgas Covid-19 Probolinggo Ugas Irwanto juga membantah bahwa mata jenazah pasien Covid-19 dalam video itu hilang. Sebelum terkonfirmasi positif Covid-19, pasien yang berinisial M itu didiagnosis memiliki penyakit stroke dan mengalami pendarahan. Sebelum meninggal, tekanan darah M tinggi sehingga mengakibatkan pembuluh darah pecah. Hal inilah yang menyebabkan pendarahan terjadi lewat mata, hidung, dan telinga.

Menurut Ugas, tim medis telah melakukan pemulasaraan jenazah sesuai protokol Covid-19. Jenazah kemudian diantar ke rumah duka pada 5 November 2020. Di dalam peti jenazah, tidak ada kayu untuk menahan posisi jenazah. Selama perjalanan dari RS Dokter Mohamad Saleh ke rumah duka, jenazah dalam posisi tengkurap sehingga darah mengalir. “Pendarahan itu karena stroke. Matanya yang disebut dicongkel itu tidak benar. Keluarga menyaksikan sendiri, matanya ada,” kata Ugas pada 6 November 2020.

Dikutip dari Detik.com, pihak keluarga jenazah tersebut berharap pengunggah pertama kali video itu segera ditangkap. Keluarga juga ingin pelaku meminta maaf dan memberikan klarifikasi serta alasan pelaku menyebarkan hoaks tersebut.

Salah satu perwakilan pihak keluarga, Ainur Huda, mengaku jengkel dengan berita bohong tersebut. Ia menilai tindakan warganet tidak terpuji, sebab pihak keluarga telah menyaksikan proses pemulasaraan jenazah, mulai dari dimandikan, dibungkus, dan dimasukkan ke peti sesuai syariat agama.

Ainur pun menegaskan kabar jenazah pasien Covid-19 tanpa bola mata itu tidak benar. Dalam video yang viral tersebut, keluarga terdengar menangis histeris karena sedih dan berduka atas meninggalnya M. Wajah M penuh darah karena, sebelum meninggal, pembunuh darahnya pecah. Bola mata M pun tertutup darah.

Menurut Ainur, ketika pembongkaran peti jenazah, ia menyaksikan dari dekat bahwa kedua bola mata jenazah lengkap. "Hanya saja tertutup darah akibat pecahnya pembuluh darah, akibat penyakit stroke. Bukan seperti yang diberitakan. Semuanya bohong," ujar Ainur pada 8 November 2020.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "jenazah pasien Covid-19 di Probolinggo dalam video di atas hilang kedua bola matanya setelah dirawat di rumah sakit" keliru. Jenazah yang berinisial M dalam video tersebut memang terkonfirmasi positif Covid-19. Namun, karena pembuluh darah M pecah sebelum meninggal, pendarahan terjadi lewat mata, hidung, dan telinga. Meskipun begitu, kedua bola mata M masih utuh. Hal ini telah dikonfirmasi oleh pihak keluarga M yang ikut membongkar peti jenazah.

ZAINAL ISHAQ

Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id