Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Klaim soal Museum di Prancis yang Simpan Tengkorak dari Kaum Muslim Ini?

Jumat, 6 November 2020 12:52 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Klaim soal Museum di Prancis yang Simpan Tengkorak dari Kaum Muslim Ini?

Akun Facebook Pecinta Panji Rasulullah membagikan foto yang memperlihatkan etalase dengan tengkorak manusia yang berjajar. Tengkorak-tengkorak dalam foto itu diklaim sebagai koleksi sebuah museum di Paris, Prancis. Museum ini disebut berisi 18 ribu tengkorak manusia, yang sebagian besar adalah muslim.

Di bawah foto tersebut, terdapat teks yang berbunyi: "Perancis marah karena kepala satu warganya dipenggal setelah menistakan Rasulullah, tapi mereka lupa telah membangun museum berisi 18.000 tengkorak manusia yang pernah mereka jajah."

Akun ini pun menulis narasi bahwa mayoritas dari tengkorak itu adalah milik kaum muslim yang dipotong dan dikumpulkan oleh Prancis saat menjajah Aljazair dan negara lainnya. “Lalu dengan angkuh menolak untuk mengembalikan tengkorak-tengkorak tersebut kepada keluarganya.” Narasi ini diklaim berasal dari Asy Syaikh Dr. Iyad Qunaibi Hafizhahullah.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Pecinta Panji Rasulullah.

Unggahan tersebut mirip dengan narasi yang dimuat oleh situs Portal-islam.id pada 25 Oktober 2020. Situs ini menambahkan bahwa informasi tentang tengkorak pejuang Aljazair itu diungkap oleh sejarawan Ali Farid Belkadi. Pada 2011, Belkadi membuat petisi agar Prancis memulangkan tengkorak pejuang Aljazair yang dibunuh tentara kolonial pada 1840-1850. Tengkorak-tengkorak itu ditemukan tersimpan di Musée de l'Homme, Paris.

Artikel ini akan berisi pemeriksaan terhadap sejumlah klaim, yakni:

  • Benarkah Syaikh Dr. Iyad Qunaibi menyatakan “Prancis marah karena satu warganya dipenggal setelah menistakan Rasulullah, tapi mereka lupa telah membangun museum berisi 18 ribu tengkorak manusia yang pernah mereka jajah”?
  • Benarkah mayoritas tengkorak yang tersimpan di sebuah museum di Prancis adalah milik muslim yang dipotong dan dikumpulkan saat Prancis menjajah Aljazair dan sekitarnya?
  • Benarkah Prancis menolak mengembalikan tengkorak di museum tersebut ke keluarganya?

PEMERIKSAAN FAKTA

Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, narasi yang beredar di media sosial tersebut tidak sepenuhnya akurat. Tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa sebagian besar dari 18 ribu tengkorak manusia yang disimpan di sebuah museum di Paris, Prancis, adalah milik muslim dari Aljazair dan sekitarnya. Hingga kini, belum semua tengkorak-tengkorak tersebut berhasil diidentifikasi.

Selain itu, seorang sejarawan Aljazair menyebut jumlah tengkorak dan artefak lain dari negaranya yang berada di Prancis hanya berjumlah ratusan. Dari jumlah ini, sebanyak 24 tengkorak pejuang Aljazair yang disimpan di Prancis telah dikembalikan ke negaranya pada Juli 2020.

Klaim soal pernyataan Iyad Qunaibi

Iyad Qunaibi (atau Eyad Qunaibi) yang disebut dalam unggahan akun Pecinta Panji Rasulullah adalah seorang profesor Farmakologi dari Yordania yang pernah dipenjara selama dua tahun karena mengkritik pemerintah negaranya di Facebook.

Berdasarkan penelusuran Tempo, Qunaibi memang menyatakan “Prancis marah karena satu warganya dipenggal setelah menistakan Rasulullah, tapi mereka lupa telah membangun museum berisi 18 ribu tengkorak manusia yang pernah mereka jajah”. Pernyataan itu ditulis dalam bahasa Arab di akun Facebook miliknya pada 24 Oktober 2020, dan telah dibagikan lebih dari 20 ribu kali hingga 5 November 2020.

Pernyataan itu dibuat di tengah protes negara-negara yang berpenduduk mayoritas muslim terhadap pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron soal Islam dan seruan boikot produk Prancis. Protes dan seruan boikot ini muncul pasca pembunuhan seorang guru asal Prancis bernama Samuel Paty dengan cara dipenggal serta penyerangan dengan pisau di sebuah gereja di Nice, Prancis, yang menewaskan tiga orang, di mana salah satunya juga dipenggal.

Klaim soal mayoritas tengkorak di sebuah museum di Prancis adalah milik muslim yang dipotong dan dikumpulkan saat Prancis menjajah Aljazair dan sekitarnya

Sesuai dengan isi artikel di situs Portal-islam.id, museum yang dimaksud adalah Musée de l'Homme. Museum yang terletak di Paris ini adalah museum antropologi yang juga dikenal dengan sebutan Museum Manusia. Diresmikan pada Juni 1938, Musée de l'Homme berawal dari Museum Etnografi Trocadéro yang berdiri pada 1882-1928.

Musée de l'Homme berfokus pada evolusi manusia dan masyarakat dengan menggabungkan pendekatan biologis, sosial, serta budaya. Musée de l’Homme adalah bagian dari Muséum National d'Histoire Naturelle (Museum Nasional Sejarah Alam) yang juga berfungsi sebagai pusat penelitian dan konservasi. Musée de l'Homme mewarisi barang-barang koleksi bersejarah yang dibuat sejak abad ke-16. Koleksi ini diperkaya selama abad ke-19, dan masih terus ditambah isinya hingga hari ini.

Dikutip dari The Guardian, beberapa koleksi Museum Nasional Sejarah Alam memang datang dari era kolonial yang dibawa oleh penjelajah, ilmuwan, dan tentara saat Prancis berkeliling dunia. Karya-karya yang sekarang berada di museum dan menjadi koleksi Prancis konon akan tetap menjadi bagian dari warisan nasional selamanya.

Prinsip ini ditetapkan pada 1566, ketika Dekrit Moulins menyatakan wilayah kerajaan tidak dapat dicabut dan tidak dapat dipisahkan. Tapi, dalam beberapa tahun terakhir, perubahan dalam keseimbangan kekuatan politik dan ekonomi internasional telah menggeser prinsip tersebut. Tuntutan restitusi atau pengembalian telah menargetkan apa pun, mulai dari karya seni hingga sisa-sisa manusia dan penemuan arkeologi.

Selain artefak, koleksi juga mencakup tengkorak manusia. Museum Nasional Sejarah Alam memang memiliki koleksi 18 ribu tengkorak manusia, yang beberapa di antaranya telah diidentifikasi. Di tengah tuntutan restitusi atau penyerahan kembali oleh negara-negara bekas koloni Prancis, mereka menetapkan kebijakan restitusi hanya untuk tengkorak yang telah berhasil diidentifikasi.

Klaim soal Prancis menolak mengembalikan tengkorak pejuang Aljazair ke keluarganya

Sejak 2011, sejarawan Aljazair menuntut pengembalian tengkorak para pejuang mereka yang disimpan selama beberapa dekade di museum Paris. Tuntutan ini akhirnya dipenuhi Prancis pada Juli 2020 dengan mengembalikan 24 tengkorak pejuang Aljazair yang dipenggal selama pendudukan kolonial Prancis di negara Afrika Utara.

Dikutip dari Aljazeera, ke-24 pejuang tersebut bertempur melawan pasukan kolonial Prancis yang menduduki Aljazair pada 1830 dan terlibat dalam pemberontakan pada 1849. Setelah kepala mereka dipenggal, tengkorak mereka dibawa ke Prancis sebagai piala.

Restitusi ini bermula pada 2011, ketika sejarawan dan peneliti Aljazair Ali Farid Belkadi menemukan tengkorak tersebut di Museum Manusia di Paris, di seberang Menara Eiffel, dan memberi tahu pihak berwenang Aljazair. Peneliti tersebut melobi selama bertahun-tahun agar tengkorak-tengkorak itu dikembalikan, dan Presiden Aljazair saat itu, Abdelaziz Bouteflika, akhirnya membuat permintaan repatriasi resmi.

Pada 2018, Presiden Prancis Emmanuel Macron setuju dengan hal itu. Namun, kendala birokrasi menunda pemulangan tengkorak-tengkorak tersebut hingga sekarang. Pada Desember 2019, Macron mengatakan "kolonialisme adalah kesalahan besar" dan menyerukan untuk membalik halaman di masa lalu.

Sejarawan Mohamed El Korso menyambut baik kembalinya sisa-sisa manusia tersebut, tapi mengatakan bahwa itu hanyalah bagian dari sejarah Aljazair yang masih berada di tangan Prancis. “Kami telah memulihkan sebagian dari ingatan kami. Tapi perjuangan harus terus berlanjut, sampai semua sisa-sisa pejuang perlawanan, yang jumlahnya ratusan, dan arsip revolusi kita kembali.”

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, narasi dalam unggahan akun Pecinta Panji Rasulullah sebagian benar. Eyad Qunaibi memang menyatakan “Prancis marah karena satu warganya dipenggal setelah menistakan Rasulullah, tapi mereka lupa telah membangun museum berisi 18 ribu tengkorak manusia yang pernah mereka jajah”. Klaim soal keberadaan 18 ribu tengkorak di sebuah museum di Prancis yang beberapa di antaranya adalah milik pejuang Aljazair juga benar.

Namun, terdapat klaim yang tidak akurat, yakni bahwa Prancis menolak mengembalikan tengkorak pejuang Aljazair. Faktanya, Prancis di bawah kepemimpinan Presiden Emmanuel Macron telah mengembalikan 24 tengkorak pejuang Aljazair yang berada di sebuah museum di Paris pada Juli 2020. Menghubungkan kemarahan Prancis atas kasus pemenggalan kepala di negaranya dengan koleksi 18 ribu tengkorak manusia di museumnya juga tidak tepat. Tengkorak-tengkorak tersebut adalah warisan dari era kolonial, yang didaparkan jauh sebelum Macron menjadi Presiden Prancis.

IKA NINGTYAS

Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id